Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemuda Putus Asa
“KLEIN ASHFEY!!!”
Dalam sebuah bangunan megah yang mirip istana sekaligus benteng, raungan keras seorang pria menggema.
Pemilik suara itu, seorang pria tampan berambut hitam legam dengan mata seperti amber yang memakai pakaian layaknya bangsawan berjalan menaiki tangga dengan ekspresi muram.
Setelah menaiki tangga, dia segera bergegas ke arah sebuah ruangan lalu mendorong pintu dengan keras sampai terbuka.
Ketika pintu terbuka, terlihat sebuah kamar luas yang indah dan tertata rapi.
Di atas ranjang, tampak seorang remaja tampan berambut hitam berusia kira-kira 15 tahun berbaring malas sambil memejamkan mata.
“Bukankah aku sudah mengatakannya berkali-kali, Bocah! Hari ini kamu akan berangkat ke Dawn Star Academy, jadi kenapa kamu belum bersiap-siap? Bahkan tidak mau bangun!” teriak pria itu melihat putranya yang enggan bangun dari ranjangnya.
Mendengar teriakan pria itu, remaja tersebut membuka matanya, menunjukkan sepasang mata berbeda warna. Warna amber dan lavender yang kemudian menatap sayu ke arah ayahnya.
“Kurang-lebih sembilan tahun yang lalu.”
“Lebih tepatnya pada bulan september ketika dedaunan mulai menguning dan berguguran, setelah makan malam malam ketika angin berembus cukup kencang.”
“Saat itu juga kamu berjanji kepada ku jika mau menerima pendidikan kerajaan (les privat), aku akan bebas melakukan sesuatu setelah dewasa. Tepatnya di usia 15 tahun.”
“Jangan lupakan janji mu, King!”
Suara remaja yang belum sepenuhnya dewasa, tetapi begitu tenang dan penuh percaya diri menggema dalam ruangan.
Sama seperti yang remaja itu katakan, pria di depannya sekaligus ayahnya, Norman Ashfey adalah seorang Raja.
Mendengar perkataan remaja itu, Norman seperti mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu.
“Sembilan tahun yang lalu,” gumamnya pelan sebelum tertegun sejenak.
“Dasar Bocah tengik, jika otak mu sangat bagus, gunakan saja untuk mempelajari hal-hal penting! Jangan gunakan untuk mengingat dan mengembangkan berbagai hal berantakan semacam itu!”
Urat nadi di dahi Norman tampak menonjol, dan wajahnya sedikit merah karena marah. Dia menatap ke arah putra sulungnya dengan ekspresi marah sekaligus perasaan mati rasa.
Remaja itu jelas memiliki penampilan tampan sepertinya, bahkan memiliki bakat seperti dia dan istrinya. Akan tetapi, pria itu benar-benar tidak tahu dari mana sifat malas dan penuh keengganan itu diturunkan.
Alasannya sebenarnya sederhana-
Remaja itu, Klein Ashfey adalah seorang reinkarnator.
Setelah belajar wajib dan bekerja keras sampai wisuda dengan nilai tinggi, lalu bekerja di perusahaan besar tetapi mendapatkan posisi kurang menguntungkan karena tidak memiliki latar belakang, dan akhirnya dipaksa bekerja lembur setiap hari yang meski bergaji tinggi tetapi juga membuatnya mengalami kematian mendadak-
Klein hanya ingin bermalas-malasan di kehidupan ini!
Apa? Terlahir sebagai pangeran dalam keluarga kerajaan harmonis? Memiliki bakat luar biasa?
Jadi, haruskah menjadi pahlawan atau raja yang menaklukkan segalanya?
Omong kosong apa!
Berbagai faktor sebelumnya jelas membuatnya bisa hidup lebih nyaman dan bermalas-malasan di kehidupan ini!
Tentu saja, dia tetap mempelajari berbagai hal yang perlu dipelajari, berolahraga secukupnya, dan berlatih secukupnya.
Intinya, berbagai hal dilakukan sesuai dengan standar, dan gunakan sisanya untuk bersantai.
Klein merasa dirinya memang malas, tetapi tidak bodoh.
Kurangnya pengetahuan menyebabkan mudah ditipu, kurangnya olahraga membuat fisik lemah dan mudah sakit, kurangnya latihan membuatnya lemah dan mudah terbunuh di dunia yang kacau ini.
Jadi bermalas-malasan memang boleh, tetapi beberapa faktor juga harus diperhitungkan sehingga memenuhi standar kehidupan yang nyaman serta damai.
Merasakan tatapan ayahnya yang dipenuhi kobaran api kemarahan seolah akan membakarnya kapan saja, Klein akhirnya duduk di ranjangnya lalu pura-pura batuk.
“Uh, bukankah Dawn Star Academy terlalu jauh? Itu berada di wilayah netral antara tiga kerajaan besar dan lima kerajaan kecil, kan? Bagaimana kalau masuk akademi lokal saja?” bujuk Klein.
“Lihat dirimu. Banyak bangsawan di kerajaan berkata kalau kamu tidak berguna, malas, dan lemah. Meski sebagai ayah aku tahu kalau kamu sebenarnya kuat, tetapi bisakah kamu memanfaatkan bakat dan otak mu dengan baik? Sebagai pangeran tertua dan calon Raja, kamu membuat rakyat kerajaan ini khawatir.” Norman menghela napas panjang.
“Tidak masalah! Aku tidak ingin jadi Raja, biarkan Evan yang melakukannya! Kita bisa mendidiknya dengan baik!” Klein menepuk dadanya dengan ekspresi penuh percaya diri.
Evan Ashfey adalah adik Klein, tiga tahun lebih muda darinya. Meski dianggap berbakat, tetapi bakatnya masih berada di bawah kakaknya.
Meski begitu, berbeda dengan Klein, Evan adalah sosok yang baik, pekerja keras, dan patuh. Benar-benar tipikal pangeran sebenarnya.
“Astaga. Kamu-“ Norman menutupi wajahnya, dan sekali lagi menghela napas. “Kamu benar-benar putus asa.”
Norman benar-benar bingung harus berkata apa.
Sejak kapan posisi Raja dari sebuah kerajaan besar dan juga kuat tidak berharga? Jelas banyak pangeran di kerajaan kecil menggunakan berbagai cara, sampai-sampai membunuh saudara-saudaranya untuk mendapatkan tempat ini.
Sedangkan putranya, Klein memperlakukan status mulia ini seperti kentang panas.
Tidak nyaman dipegang, jadi buang saja.
Itu benar-benar membuat hati Norman agak mati rasa.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Norman tampak lebih tenang. Dia menatap ke arah Klein lalu membuka mulutnya.
“Kamu akan berangkat setelah makan siang. Karena tahu semua akan menjadi seperti ini, aku telah mempersiapkan segala keperluan yang kamu butuhkan. Luna, Theodore, Everie, pilih satu pengikut mu untuk pergi bersama mu.”
Mata Klein langsung terbelalak, menatap ke arah ayahnya dengan ekspresi tidak percaya.
“T-Tidak mungkin. Kamu benar-benar tidak bermain sesuai etika bela diri, King! Selain itu, jelas-jelas akademi memperbolehkan untuk membawa tiga servant, kenapa hanya satu?” ucapnya enggan.
“Jaga perkataan mu, Bocah!” ucap Norman disusul dengan ayunan tinju penuh kasih sayang.
Bang!
Sesaat kemudian, Klein memegangi kepalanya dengan ekspresi enggan.
“Maksimal membawa tiga servant, dan ada yang tidak membawanya sama sekali. Sudah beruntung aku memperbolehkan kamu membawa satu,” tambah Norman yang melihat Klein tampak enggan.
“Kalau begitu Luna,” ucap Klein.
“Bukan Theodore? Bukankah dia serba-bisa, bukan hanya bisa mengurus kehidupan sehari-hari, tetapi juga mahir dalam pertempuran?” tanya Norman dengan penuh keheranan.
“Tentu saja aku tidak ingin melihat lelaki yang melayani kehidupan sehari-hari, aku jelas lelaki normal! Selain itu, masakan Luna sangat enak dan sangat pandai mengurus berbagai kebutuhan harian,” balas Klein tegas.
‘Bukankah itu yang terakhir? Kamu hanya ingin makan enak dan bermalas-malasan, bukan?’
Norman memutar matanya, tidak ingin mempedulikan kata-kata putranya yang membuat emosi naik-turun.
Berhadapan dengan bocah itu, dia takut tiba-tiba mati karena marah kapan saja.
“Kalau begitu persiapkan dirimu.”
Setelah mengatakan itu, Norman pergi meninggalkan ruangan.
Beberapa jam kemudian, beberapa orang berkumpul di depan istana.
Norman berdiri dengan tenang. Di sampingnya, ada dua orang.
Salah satunya adalah seorang wanita cantik seperti peri, memiliki rambut berwarna platinum kebiruan panjang dengan mata berwarna lavender. Dia adalah istri Norman, Claudia Ashfey.
Sementara itu, ada juga bocah berusia 12 tahun berambut hitam dan bermata layaknya amber. Penampilannya agak mirip dengan Norman, dan dia adalah adik Klein, Evan Ashfey.
Sementara itu, ada juga seorang gadis remaja cantik berambut perak panjang dengan iris mata berwarna hijau cerah. Gadis itu memiliki sosok menawan, dan ekspresi lembut.
Dia adalah servant Klein, Luna Edellia.
“Tolong rawat Klein dengan baik, Luna. Akan tetapi jangan memanjakannya,” ucap Norman.
“Saya akan menjaga Master Klein dengan baik, Yang Mulia!” Luna mengangguk tegas, tetapi wajahnya yang polos agak kurang meyakinkan.
“Ya, ya, Luna pasti akan menjaga ku dengan baik,” ucap Klein dengan nada malas sambil mengelus kepala Luna.
“Hehe~”
Dielus kepalanya oleh Klein, Luna tersenyum. Melihat gadis yang tampak begitu naif itu, Norman hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Berhenti mengelus kepala Luna, Klein menghampiri adiknya lalu menepuk bahunya dengan ekspresi serius.
“Aku akan pergi ke Dawn Star Academy untuk belajar, Evan. Aku pasti akan mengajarkan semuanya pada mu dan menjadikan kamu Raja yang baik. Jadi, setelah kamu menjadi Raja, kamu harus merawat Kakak (aku) dengan baik dan biarkan kakak pensiun dini!” ucap Klein serius.
“Aku tidak akan mengecewakan mu, Kak!” Evan mengangguk serius.
BANG!
Tinju penuh cinta langsung mengenai kepala Klein, disusul dengan suara teriakan tidak puas Norman.
“Berhenti mencuci otak adik mu dengan hal-hal berantakan seperti itu!” teriaknya.
“Tapi, Ayahanda, Kakak-“
“Cukup!”
Norman langsung menyela ucapan Evan. Dia jelas mengetahui seberapa percaya Evan pada Klein, bahkan mengagumi bocah nakal itu lebih dari dirinya sendiri.
Padahal dia adalah ayahnya, juga Raja yang bermartabat!
Melihat interaksi antara suami dan kedua putranya, Claudia tersenyum lembut. Dia menatap putra sulungnya lalu berkata, “Bersenang-senanglah di sana, Klein. Jaga dirimu dengan baik.”
Mendengar perkataan ibunya dan merasakan tatapan penuh kasih sayang keluarganya, tatapan mata Klein sedikit mengelak.
“Aku sudah dewasa dan aku tahu itu.”
Klein langsung membelakangi keluarganya dan berjalan menuju kereta kuda.
Sebelum masuk ke gerbong kereta, dia menstabilkan emosinya lalu menoleh ke arah keluarganya sambil tersenyum.
“Kalau begitu aku berangkat, kalian juga harus menjaga diri baik-baik.”
Setelah mengatakan itu, Klein memasuki gerbong kereta disusul oleh Luna yang membungkuk sopan ke arah Raja, Ratu, dan Pangeran kedua sebelum memasuki gerbong.
Melihat kereta kuda berangkat dan perlahan menjauh, Norman tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“Sampai bertemu lagi, Nak. Semoga kamu bisa bersenang-senang.”
>> Bersambung.