"Kamu tahu arti namaku?" Ucap Acel saat mereka duduk di pinggir pantai menikmati matahari tenggelam sore itu sembilan tahun yang lalu.
"Langit senja. Akash berarti langit yang menggambarkan keindahan langit senja." jawab Zea yang membuat Acel terkejut tak menyangka kekasihnya itu tahu arti namanya.
"Secinta itukah kamu padaku, sampai sampai kamu mencari arti namaku?"
"Hmm."
Acel tersenyum senang, menyentuh wajah lembut itu dan membelai rambut panjangnya. "Terimakasih karena sudah mencintaiku, sayang. Perjuanganku untuk membuat kamu mencintaiku tidak sia sia."
Air mata menetes dari pelupuk mata Zea kala mengingat kembali masa masa indah itu. Masa yang tidak akan pernah terulang lagi. Masa yang kini hanya menjadi kenangan yang mungkin hanya dirinya sendiri yang mengingatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta ini menyakitiku
Zea sudah didandani sangat rapi dan terlihat anggun keibuan. Acel pun sudah siap dengan stelan jas mahalnya.
"Kita berangkat sekarang, Cel!" Seru Alia sambil merangkul tangan Acel.
Amel dan Zea melangkah tepat dibelakang mereka serta Lui dan Handi yang sudah lebih dulu tiba di dekat mobil untuk membukakan pintu mobil. Amel
bersama Alia ikut mobil yang dikemudikan Handi, sedangkan Zea dan Acel ikut mobil yang dikemudikan Lui.
"Apa kamu gugup?" tanya Acel pada Zea yang diangguki pelan oleh Zea.
"Tidak perlu gugup. Kamu tidak akan diminta melakukan apapun, hanya sekedar terus berada di sampingku saja."
Cara bicara Acel benar benar acuh dan dingin pada Zea, berbeda saat dia bicara dengan Queen. Sungguh hal itu membuat Zea berkecil hati. Hanya saja dia mencoba memendam rasa itu sendirian.
"Lui, apa sudah ada kabar lagi dari Mike?"
"Belum, Tuan muda."
"Aku harap acara hari ini tidak berlangsung lama."
"Tuan muda tidak usah khawatir. Mike sudah memerintahkan pada anak anak buahnya untuk membantu menemukan Boby."
"Tetap saja, aku tidak bisa hanya diam seperti ini."
Zea tidak mengerti apa yang dua orang itu bicarakan dan dia memang tidak ingin tahu apapun. Saat ini dia hanya berharap untuk segera menemukan bukti nyata kejahatan Alia terhadap Sanah dan Rudi. Tidak ada yang lebih penting dari hal itu baginya saat ini.
Tidak terasa akhirnya mereka tiba di gedung Sky grup. Kedatangan mereka disambut oleh semua karyawan Sky grup yang berbaris memanjang sambil menundukkan kepala mereka pada pimpinan baru mereka.
Acel melangkah paling depan dengan Zea yang berada di sampingnya. Tepat dibelakang mereka ada Alia dan Amel serta Handi dan Lui.
Kini mereka telah tiba di aula rapat yang sudah dipenuhi oleh para pemegang saham Sky grup termasuk Dania, Dandi dan Raka.
Kedatangan Acel memasuki aula dengan membiarkan Zea merangkul tangannya, membuat semua perhatian tertuju pada mereka. Ada yang merasa gemas dan memuji keanggunan istri pimpinan baru mereka itu, namun banyak juga yang menunjukkan ketidaksukaan mereka padanya.
"Selamat pagi semuanya, saya Akash Ceilo Sandrio pimpinan Sky grup mulai hari ini hingga beberapa tahun kedepan. Saya harap kalian semua senang bekerjasama dengan saya." sapanya dengan sedikit menundukkan kepalanya yang disambut oleh semua pemegang saham dengan berdiri dan ikut menundukkan kepala mereka.
"Maaf menyela, tapi bukankah kita masih harus melakukan voting untuk menentukan apakah bapak Akash akan langsung menjadi pimpinan Sky grup atau ada pilihan lain." ujar seorang pria yang merupakan asisten pribadi Dandi.
Mendengar pernyataan itu semua orang pun mulai berbisik bisik.
"Berdasarkan surat wasiat langsung dari tuan besar Burhan Sandrio, tuan muda Akash akan langsung menjadi pimpinan Sky grup selama tuan Akash telah memenuhi persyaratan yang tertera dalam surat wasiat." Asisten pribadi sekaligus pengacara hukum Burhan memaparkan dihadapan semua orang tentang surat wasiat tersebut.
Para pemegang saham kembali berbisik, ada yang setuju dengan keputusan tersebut dan ada juga yang merasa keberatan karena mereka ingin Dandi-lah yang menjadi pimpinan Sky grup sebab mereka telah diberi uang suap oleh Dandi serta dijanjikan kenaikan jabatan. Dan Acel sudah mengetahui semua itu termasuk siapa saja yang memilih Dandi.
"Baiklah, karena saya melihat ada pendapat yang berbeda. Saya menghormati kalian semua selaku pemegang saham di Sky grup. Jadi, bagaimana kalau kita lakukan voting sesuai keinginan kalian." ujar Acel yang membuat Dandi tak percaya ponakannya itu bisa terlihat sangat percaya diri.
Senyum Acel tertuju pada Dandi yang dibalas dengan senyuman sinis olehnya. Ini pertama kalinya Dandi memperlihatkan kebenciannya pada ponakannya itu.
Akhirnya voting pun dimulai. Ada dua pilihan yaitu Dandi Ceilo Sandrio atau Akash Ceilo Sandrio.
Saat sedang dilakukan voting, Acel disibukkan dengan beberapa pemegang saham yang menghampirinya mengajaknya mengobrol sampai dia melupakan keberadaan Zea. Dandi tentu tidak diam saja, dia menggunakan kesempatan itu untuk mengobrol dengan istri keponakannya itu.
"Zea." sapanya ramah.
"Om..."
"Kamu pasti canggung di tempat ini. Acel bahkan tidak memperdulikan kamu, nak. Sangat disayangkan sekali, Acel menikahi kamu hanya karena ingin menjadi pemilik Sky grup."
Zea diam saja. Dia tidak tahu harus menanggapi seperti apa, karena dia sendiri sudah tau tentang apa yang dibicarakan Dandi barusan.
"Kamu cantik, pintar, sudah punya kafe yang cukup terkenal. Harusnya kamu tidak bertahan disini, nak. Kamu harus menemukan pria yang bisa menghargai keberadaanmu, bukan malah terus menjadi boneka buat pria serakah seperti Acel." bisiknya sengaja menghasut Zea agar meninggalkan Acel.
"Ada hal penting yang harus saya lakukan dan itu hanya bisa dilakukan selama saya bertahan di tempat ini." jawab Zea yang membuat Dandi penasaran.
"Hal penting apa itu, nak?"
"Sanah dan Rudi." bisik Zea yang membuat Dandi melirikkan kedua bola matanya kearah Alia.
"Kamu ingin tahu tentang kematian mereka?"
Kali ini Zea terkejut dengan respon Dandi yang ternyata mengetahui tentang kematian Sanah dan Rudi.
"Saya tahu semuanya tentang itu, nak."
"Katakan padaku, Om. Apa benar mereka membunuh Uma Sanah dan Kak Rudi?!" Zea tidak bisa menahan dirinya hingga napasnya bahkan terlihat tak beraturan.
"Tenang, nak. Om akan memberitahu semuanya dan Om akan membantu menjebloskan pelakunya ke penjara. Tapi, tentu dengan syarat." bisiknya tersenyum penuh kemenangan.
"Apa syaratnya?"
Senyum Dandi semakin melebar kala dia berhasil mempengaruhi Zea. Sebelum menjawab pertanyaan Zea, dia melirik kearah Acel yang masih sibuk mengobrol dengan para pemegang saham. Kemudian dia juga melirik kearah Alia yang juga sibuk memperngaruhi orang orang untuk memilih putranya.
"Kirimkan gugatan cerai untuk suamimu itu." bisiknya yang membuat Zea terdiam.
Matanya menatap kearah pria yang sangat dicintainya itu. Ingatan tentang hari hari sulit yang harus dia lalui karena mencintai Acel kembali terlintas dalam ingatannya.
"Cinta ini menyakitiku. Aku harus berhenti untuk melindungi orang orang yang menyayangiku. Aku tidak ingin kehilangan siapapun lagi, hanya karena terus mencintainya." Batinnya diikuti tetesan air mata yang langsung dihapusnya.