Sequel of Mars Untuk Kejora
Aries melakukan one night stand dengan seorang gadis yang bernama Venus, tak lain adik ipar dari wanita yang pernah ia cintai. Mereka pun akhirnya menikah karena Venus terlanjur hamil.
Venus kira, setelah mereka menetap di luar negeri membuat hubungannya dengan Aries berjalan lancar. Ternyata salah, itu awal dari kehancurannya. Aries memiliki seorang tunangan yang ia cintai.
"Aku pikir dia masih mencintai kakak iparku, tapi ternyata aku salah karena pria itu justru sudah memiliki wanita lain dalam hidupnya." Venus Graham.
"Maafkan aku, Venus." Aries.
Akankan Venus bertahan atau memilih mengakhiri rumah tangganya dengan Aries?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Dasar laki-laki pengecut." Geram Venus dalam hati.
Ya pengecut! Karena kata itu lah yang pantas disematkan untuk seorang Aries setelah apa yang dilakukannya. Meninggalkan dirinya di dalam kamar setelah percintaan panas mereka, dan kini menghindarinya dengan tidak ikut sarapan pagi.
"Nyonya tadi Tuan berpesan agar Anda tidak lupa untuk minum susu dan vitamin." Bi Asih meneruskan perkataannya. "Tuan juga berkata Anda tidak perlu menunggunya pulang kerja."
Venus yang sangat marah dan sedih hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"Loh Nyonya mau kemana?" Bi Asih terkejut saat melihat istri tuannya, pergi begitu saja dari ruang makan tanpa sarapan terlebih dahulu.
"Aku ingin ke kamarku." Venus berjalan menuju kamarnya dengan tergesa-gesa, karena ia tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain.
"Tapi Nyonya sarapannya?"
Venus tidak mempedulikan perkataan Bi Asih, ia terus berjalan menunju kamarnya tanpa menghiraukan pelayanannya yang terus memanggil namanya.
"Aku ini kenapa?" Venus mengusap air matanya setelah ia berada di dalam kamar. "Kenapa aku jadi mudah menangis seperti ini." Ia mencoba menarik napasnya lalu mengeluarkannya secara perlahan.
Ingin rasanya Venus menghubungi Mars dan menceritakan semua yang terjadi padanya selama dua hari ini tinggal bersama Aries, namun ia tidak bisa melakukannya karena tidak ingin membuat kakaknya bersedih, apalagi sampai keluarganya tahu jika keputusannya untuk tinggal bersama Aries justru membuatnya terluka.
"Venus kau tidak boleh menyesali keputusan yang sudah kau ambil! Mau bahagia atau pun tidak kau tetap harus menjalaninya!"
Perkataan itu selalu ia ucapkan dalam hati agar dirinya kembali kuat, dan menjadikannya sebuah cambukan bahwa apa yang terjadi padanya adalah resiko yang harus ia terima atas keputusan yang sudah diambilnya. Keputusan saat dirinya menerima Aries menjadi suaminya walaupun ia tahu pria itu tidak mencintainya, dan keputusan untuk tinggal bersama Aries menjauh dari keluarganya.
...🍁🍁🍁...
Sementara itu Aries yang saat ini berada di dalam ruang kerjanya, tidak bisa konsentrasi sedikitpun dengan semua berkas-berkas pekerjaannya. Bayang-bayang malam panas yang ia lalui bersama Venus terus berputar di kepalanya hingga membuatnya mengerang frustasi.
"****!" Aries menghempaskan semua benda yang ada di atas meja hingga terjatuh ke atas lantai.
"Tuan Anda baik-baik saja?" tanya Mark dengan wajah yang terkejut.
Aries hanya diam tidak mempedulikan pertanyaan asistennya, ia terus menghela napasnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Sir are you okay?" Mark mengulangi pertanyaannya, karena ia merasa khawatir dengan keadaan tuannya yang sejak tadi diam dan marah-marah tidak jelas.
"Mark aku sudah membuat kesalahan untuk kedua kalinya." Ucap Aries dengan sangat pelan.
"Tuan apa maksud Anda?" tanya Mark dengan wajah yang bingung.
"Aku menyentuhnya." Ucap Aries dengan lirih. "Kalau saja kemarin Agneta tidak memancing hasratku, maka kejadian tadi malam antara aku dan Venus pasti tidak akan terjadi." Sesal Aries.
Sementara Mark yang sejak tadi bingung dengan apa yang dibicarakan oleh tuannya, kini mulai mengerti permasalah yang sedang di hadapi oleh tuan Aries.
"Apa yang harus aku lakukan Mark? Aku merasa bersalah pada Venus." Aries menatap asisten pribadinya.
"Kenapa Anda merasa bersalah pada Nyonya Venus?" Mark bertanya dengan raut wajah yang datar.
"Mark apa kau tidak mengerti? Aku menyentuhnya! Kami bercinta dengan keadaan aku yang sadar tidak sedang mabuk, dan itu sama saja aku menyakitinya." Aries menghela napasnya dengan kasar.
"Tuan apa Anda tidak sadar? Dengan menyentuh Nyonya Venus atau pun tidak, tetap saja Anda sudah menyakitinya." Tutur Mark dengan datar.
Deg.
Aries terdiam tanpa bisa berkata-kata.
"Tapi aku tidak punya niatan untuk menyakitinya, kau tahu itu dengan jelas! Hanya saja keadaan yang membuat aku mau tidak mau melakukannya."
"Ya aku tahu Tuan, tapi apa tidak sebaiknya Anda memperbaiki semuanya dengan dimulai dari awal! Belajarlah mencintai Nyonya Venus, dan putuskan hubungan pertunangan Anda dengan Nona Agneta, aku rasa itu jalan yang terbaik." Mark berusaha menyadarkan kembali tuannya.
"Aku tidak bisa Mark, bukan karena aku tidak mau berusaha mencintai Venus. Tapi aku tidak bisa menyakiti Agneta dan melanggar janji yang aku buat untuk menikahinya."
"Kenapa tidak bisa? Anda saja bisa menyakiti Nyonya Venus, dan melanggar janji yang Anda katakan saat menikahinya, lalu kenapa dengan Nona Agneta tidak bisa?" Mark menautkan kedua alisnya, ia mulai jengah dengan tuannya yang sangat keras kepala.
"Karena pengorbanan Agneta sangat besar, dia yang selalu ada di sampingku, menunggu, dan mengobati rasa sakit hatiku saat aku kehilangan Kejora. Jadi aku tidak bisa mengecewakannya, dan untuk Venus aku yakin dia mampu mendapatkan pria yang lebih baik dariku setelah kami berpisah nanti."
Mark hanya bisa menghela napasnya dengan kasar setelah mendengar jawaban dari tuannya, Ia tidak mau lagi berdebat dengan tuan Aries karena semuanya itu hanya percuma saja selama tuannya tidak mau membuka hati dan pikirannya.