Arumi Khoerunisa, seorang wanita yatim piatu yang peristri oleh seorang pria yang selalu saja menghina dirinya saat dia melakukan kesalahan sedikit saja.
Tapi kehidupan seketika berubah setelah kehadiran tetangga baru yang rumahnya tepat disampingnya.
Seperti apakah perubahan kehidupan baru Arumi setelah bertemu tetangga baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Rika sedikit tersenyum menanggapi pertanyaan Arumi.
"Selama ini Erlan gak pernah memotret sesuatu yang berbentuk manusia. Dan dulu saat kuliah, aku sempat denger dari sahabatnya. Kalau seseorang yang akan di jadikan objek foto Erlan, adalah orang yang benar-benar dia cintai."
Arumi seketika terkejut dengan apa di jelaskan oleh Rika. Apa yang di katakan Rika itu benar?
Bukankah Erlan sempat memotret Arumi beberapa waktu yang lalu.
Apa Erlan memiliki perasaan lebih pada Arumi? Mungkinkah pria itu diam-diam sudah menaruh hati pada Arumi?
Entah kenapa perasaan Arumi merasa sangat bahagia. Meski itu masih hanya sekedar dugaannya saja.
Tapi ia segera sadar kalau Erlan adalah milik orang lain. Pria itu adalah suaminya Rika.
Tak seharusnya dirinya merasa bahagia saat tahu tentang kemungkinan perasaan Erlan terhadapnya. Sebuah kemungkinan kalau Erlan sebenarnya menyukai Arumi.
"Lagi ngobrol apa nih?" tanya Ibrahim yang tiba-tiba muncul bersama Erlan.
"Enggak lagi ngobrol apa-apa kok, Mas." jawab Rika dengan raut wajah sedihnya yang langsung ia sembunyikan.
Ibrahim dan Erlan langsung ikut duduk bersama Arumi dan Rika.
Ibrahim duduk tepat di samping Arumi. Sementara Erlan duduk di samping Rika.
Hal itu membuat posisi duduk Arumi dan Erlan jadi saling berhadapan.
Arumi mendadak gugup. Arumi kini merasa canggung di hadapan Erlan.
Mungkin karena Arumi sudah mengetahui sesuatu tentang Erlan yang di jelaskan oleh Rika beberapa saat yang lalu.
"Kalian udah pesan makanan?" tanya Ibrahim.
"Belum, Mas." jawab Arumi dan Rika bersamaan.
Mereka semua kini melihat buku menu yang tersedia di atas meja dan mereka memesan beberapa makanan.
Arumi memperhatikan apa saja yang di pesanan Erlan. Entah kenapa, Arumi jadi tertarik dan berusaha mengingat apa saja makanan kesukaan Erlan.
Tapi, Arumi seketika kembali tersadar, ia menggelengkan kepalanya agar tak berbuat hal bodoh lagi.
"Sadar Arumi, sadar. Pria di hadapanmu ini adalah suami orang. Dia cuma sekedar tetangga kamu. Gak seharusnya kamu sampai berfikir terlalu jauh." gumam Arumi dalam hati.
***
Selang beberapa menit, makanan pesanan mereka akhirnya tiba. Tanpa menunggu lama, mereka langsung menikmatinya.
"Kamu suka Arumi?" tanya Ibrahim di tengah-tengah suasana makan malam mereka berempat yang sebelumnya tenang.
"Iya, Mas. Suka." jawab Arumi diiringi batuk yang tiba-tiba melanda.
Hal itu mungkin akibat Arumi yang makan sambil berbicara.
"Kamu gak papa, Arumi?" tanya Erlan cemas.
Erlan mendadak terlihat khawatir dan dengan cepat langsung menuangkan air putih lalu memberikannya pada Arumi.
Tentu saja Ibrahim dan Rika terlihat heran dengan apa yang dilakukan Erlan.
Karena rasa khawatir Erlan barusan, tak seharusnya dilakukan oleh seorang yang tak ada hubungan sama sekali seperti mereka.
Erlan juga menyadari kecurigaan Ibrahim dan Rika. Jadi, dengan cepat ia berusaha meluruskan suasana dengan alasan yang ia buat.
"Aku suka cemas kalau ada orang yang tersedak kaya gitu. Soalnya temanku pernah tersedak kaya gitu dan akibatnya fatal." Ucap Erlan dengan alasan yang terdengar sedikit tak masuk akal.
"Kamu gak papa kan, Arumi?" tanya Erlan seraya menatap Arumi.
Sepertinya itu juga bentuk pengalihan perhatian yang di buat oleh Erlan.
"Erlan, sejak kapan kamu manggil Mbak Arumi cuma namanya aja?" Ucap Rika tiba-tiba menyela.
Arumi seketika terhenyak, begitu juga dengan Erlan. Mereka benar-benar tak nyaman dengan pertanyaan Rika.
"Eemmhhh sejak hari ini." jawab Erlan yang kini terlihat sedikit gugup.
"Kayanya lebih enak manggil Arumi aja. Kami, kan, hampir seumuran. Kamu gak keberatan kan, Arumi?" Kali ini mata Erlan lagi-lagi tertuju pada Arumi.
"Iya, kayanya lebih nyaman kaya gitu." jawab Arumi yang ingin membantu posisi Erlan yang tengah terpojokkan.
"Oh ... Kirain kalian udah akrab banget." Ucap Rika merasa sedikit lega. Begitu juga dengan Ibrahim.
Mereka semua segera kembali menikmati hidangan yang sempat terabaikan selama beberapa saat.
Walaupun perasaan Arumi dan perasaan Erlan juga, sedang sangat was-was karena suasana barusan.
***
Setelah selesai menikmati makan malam mereka berniat segera meninggalkan restoran itu.
Arumi bangkit dari tempat duduknya, begitu juga dengan yang lainnya.
Arumi meraih tas yang sejak tadi memang dia bawa. Tapi tindakan itu rupanya menjadi mala petaka untuk Arumi malam ini karena tanpa sengaja pergelangan tangan Arumi terekspos oleh Rika.
Dimana di sana tersemat sebuah gelang yang hampir sama dengan yang di pakai oleh Erlan.
Rika yang melihat itu saja merasa sangat heran.
"Gelang yang di pakai sama Mbak Arumi kenapa hampir sama, sama punya Erlan?" Celetuk Rika seraya meraih pergelangan tangan Arumi dan pergelangan tangan Erlan.
"Kalian belinya bareng, ya?" Lanjut Rika dengan kecurigaan yang terlihat jelas di wajahnya.
Arumi dan Erlan sontak kembali tersentak kaget seperti tadi. Mereka kembali panik karena ketegangan kembali melanda.
Arumi benar-benar menyesal, kenapa hal kecil seperti itu justru malah jadi bumerang untuk mereka?
Apakah mungkin yang sudah mereka lakukan beberapa waktu yang lalu akan diketahui oleh Rika dan Ibrahim?
Entahlah..
Yang jelas Arumi merasa sangat takut sekarang.
Arumi hanya bisa diam mematung, wanita itu bungkam seribu bahasa.
Arumi merasa kali ini mungkin mereka tak akan bisa berbohong lagi.
Sementara Rika kini tengah menatap Arumi dan Erlan penuh selidik. Membuat Arumi tak lagi menyembunyikan rasa cemasnya.
"Cuma kebetulan sama aja. Aku beli ini pas lagi di Bandung. Kalau kamu, Arumi?" Ucap Erlan yang lagi-lagi berbohong demi menutupi semuanya.
"A-a-aku belinya di pasar." Ucap Arumi menimpali.
Setelah mendengar itu Rika akhirnya tertawa. Suasana tegang yang baru saja terjadi kini seketika mencair.
"Kalian tuh lucu tau gak. Selera kalian aneh. Gelang norak kayak gitu dibeli. Ketinggalan jaman tau!"
"Justru itu yang aku suka dari Arumi." sela Ibrahim seraya merangkul tubuh Arumi dan mendekatkan tubuh Arumi ke arahnya.
"Arumi itu orangnya sederhana. Makanya dulu aku bisa naksir sama dia." puji Ibrahim.
Rika dan Erlan seketika tertawa menanggapi keromantisan Ibrahim yang sengaja ia perlihatkan.
"Ya udah, yuk, pulang!" ajak Ibrahim.
Mereka semua melangkah meninggalkan area restoran dan langsung pulang ke rumah.
***
"Arumi, bikinin Mas kopi, ya!" Ucap Ibrahim setelah mereka selesai membersihkan diri.
"Iya, Mas." Arumi segera beranjak menuju dapur.
Arumi dengan cepat melaksanakan apa yang diperintahkan Ibrahim padanya.
Arumi meraih satu cangkir dan piring kecil yang ada di dalam rak atas dapur. Arumi menuangkan serbuk kopi, gula, dan terakhir air panas.
"Erlan, hentikan!" Arumi mendengar sayup-sayup suara dengan diiringi gelak tawa.
Arumi melangkah ke arah pintu dapur lalu sedikit membukanya.
Sampai Arumi kini melihat pemandangan dari arah ruang foto milik Erlan.
Jendela kaca di tempat itu memang terlihat tertutup, dan terdapat gorden yang menutup rapat.
Tapi karena tipisnya kain gorden itu membuat Arumi bisa melihat sesuatu yang ada di dalam sana. Sesuatu yang tak lain adalah keberadaan Rika dan Erlan.
Arumi melihat mereka tengah berciuman mesra di dalam sana.
Sebuah ciuman yang kemudian disusul oleh kecupan-kecupan lembut dari bibir Erlan yang mendarat di telinga dan leher Rika dengan sangat brutal.
"Aahhh ...." Rika mendesah pelan.
Tapi mendengar hal itu, Erlan bukannya semakin bersemangat, ia malah tiba-tiba menghentikan perbuatannya.
"Sayang, kenapa?" Rika terlihat kebingungan.
"Bilang dulu apa yang kamu mau, Rika. Baru aku akan melanjutkannya." Ucap Erlan pelan.
Rupanya pria itu tengah menggoda istrinya. Sengaja ingin membuat Rika semakin tak sabar dengan apa yang akan ia lakukan.
"Ayo, Sayang! Lakukan sekarang! Aku udah gak tahan, Sayang." ucap Rika dengan nada menggoda.
*************
*************
dan jika saling sadar jika pernikahan termasuk dalam hal ibadah kpd Tuhannya, maka seharusnya Memiliki rasa Takut ketika melakukan hal diluar yg dilarang dalam suatu pernikahan itu sendiri....
walau bagaimanapun alasannya, alangkah baiknya jika diselesaikan dulu yg sekiranya sdh rusak...
Jika masih dalam suatu hubungan pernikahan itu sendiri, Jangan coba-coba melakukan hal yg berganjar: Dosa besar !!!!
bodohmu itu lho ,,