NovelToon NovelToon
The Marriage Of Moon And Dew

The Marriage Of Moon And Dew

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: dzataasabrn

Terlahir dari orang tua yang membenci dirinya sejak kecil, Embun Sanubari tumbuh menjadi laki-laki yang pendiam. Di balik sifat lembut dan wajah tampannya, tersimpan begitu banyak rasa sakit di hatinya.

Ia tak pernah bisa mengambil pilihannya sendiri sepanjang hidup lantaran belenggu sang ayah. Hingga saat ia memasuki usia dewasa, sang ayah menjodohkannya dengan gadis yang tak pernah ia temui sebelumnya.

Ia tak akan pernah menyangka bahwa Rembulan Saraswati Sanasesa, istrinya yang angkuh dan misterius itu akan memberikan begitu banyak kejutan di sepanjang hidupnya. Embun Sanubari yang sebelumnya menjalani hidup layaknya boneka, mulai merasakan gelenyar perasaan aneh yang dinamakan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dzataasabrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sayang

Sanu mengusap kedua matanya untuk memastikan kembali bahwa ia tidak salah lihat. Ia merasa terkejut sekaligus kaget saat melihat nama Layla terpampang di layar ponselnya. Jika dipikir lagi, Layla benar-benar tidak menghubunginya sama sekali sejak Sanu pergi ke ibukota. Meski Sanu juga tidak menunggu Layla menghubunginya, yang jelas ia merasa heran mengapa Layla menghubunginya sekarang.

Kenapa sekarang Lay?

Melihat Sanu yang sedang termenung seraya memandangi ponselnya membuat Saras penasaran, ia mendekatkan kepalanya ke arah Sanu dan menatap layar ponselnya, "Siapa yang menelpon kamu?"

Sanu menoleh ke arah Saras dan mendekatkan layar ponsel miliknya ke arah istrinya itu agar Saras bisa melihatnya dengan jelas. Ia tidak sedikitpun merasa harus menyembunyikan ini. Baginya, Layla dan perasaannya pada gadis itu hanyalah masa lalu. Sementara Saras yang kini duduk di sebelahnya adalah masa depan baginya. Satu-satunya orang yang perlu ia pikirkan dan pedulikan dengan segenap hati dan cintanya.

"Ini dari Layla, dia sahabat aku sejak kecil. Kami bertetangga dan tumbuh bersama-sama," Sanu menjelaskan dengan suara tenang. Matanya tak lepas dari Saras, mencoba menyelidik ekspresi yang ditunjukkan oleh istrinya itu.

Mendengar jawaban Sanu membuat Saras tersenyum simpul. Saras menggenggam tangan Sanu dan menatapnya dengan lembut, "Kamu tidak perlu menjelaskannya sedetail itu kepadaku. Aku percaya padamu."

Sanu menanggapi ucapan Saras dengan senyum simpul, dan di saat yang bersamaan, dering telepon itu berhenti. Sanu memandangnya kembali layar ponselnya dan meletakkannya kembali ke nakas. Ia tidak merasa ini waktu yang tepat untuk berbicara dengan Layla mengingat masih ada Radit dan Ramon di sini.

"Terima kasih banyak kalian sudah membantuku," Sanu menatap Ramon dan Radit yang sedari tadi ternyata sedang memandangi dua sejoli itu dengan tatapan kecut.

"Rupanya kau masih ingat kalau ada kami di sini..." Ramon tersenyum tipis seraya menepuk kepala plontos Radit yang nampak jengkel melihat Sanu dan Saras kembali akur karena sejujurnya ia masih sangat kesal dengan sikap Saras tempo hari.

Usai bercakap-cakap ringan hari itu, Saras mulai memahami bahwa Sanu adalah orang yang sangat pekerja keras. Ia tidak pernah ikut pesta atau clubbing seperti yang dibayangkannya beberapa waktu lalu. Ramon bahkan mengatakan bahwa Sanu sangat sulit untuk diajak keluar, ia terlalu sibuk dengan bisnis dan istrinya. Setiap kali menyelesaikan kelas atau pekerjaannya, ia akan langsung melenggang pulang tanpa mau ikut bermain atau hangout bersama mereka. Bahkan Ramon harus memohon kepada Sanu agar ia mau menghadiri pesta di rumahnya beberapa waktu lalu.

Hari itu, Saras menyadari bahwa sekali lagi pikiran buruknya terhadap Sanu tidaklah benar. Bahwa suaminya itu adalah memang orang yang sangat baik dan tulus. Meski demikian, mendengar nama Layla beberapa waktu lalu sejujurnya membuat perasaan Saras sedikit tidak enak. Saras menyadari bahwa Layla pastilah gadis berwajah timur tengah yang dilihatnya beberapa waktu lalu di sebelah rumah Sanu. Tidak salah lagi. Gadis itu pasti orangnya.

Aku percaya sepenuhnya kepada Sanu. Tapi entah kenapa perasaanku jadi tidak enak begini saat membicarakan gadis itu.

 

"Pelan-pelan jalannya," Saras membopong tubuh Sanu untuk bisa duduk di kasur dengan sangat berhati-hati.

Sanu tertawa kecil melihat Saras yang terus memaksa untuk membantunya berjalan sejak turun dari mobil tadi. "Saras, aku cidera hanya di kepala. Kamu tidak perlu membopong aku seperti ini." Sanu tersenyum simpul dan menatap Saras dengan tenang, "Tapi terima kasih banyak kamu sudah mau membantu aku. Aku sangat senang."

Saras tersenyum malu. Jantungnya berdetak hebat. Sejujurnya ia juga tahu jika Sanu bisa berjalan dengan lancar, tetapi itu memang hanyalah akal-akalannya untuk bisa menempel dengan suaminya dengan dalih membantunya berjalan.

Selama beberapa hari terakhir, Saras benar-benar selalu berada di sisi Sanu kapanpun dan dimanapun. Ia selalu mengikuti Sanu kemanapun ia pergi dan berusaha untuk membantunya dalam tiap kesempatan. Setiap kali Saras harus pergi ke kampus untuk menghadiri kelas yang tidak bisa ia tinggal, ia akan bersedih dan kembali secepat mungkin. Rasa-rasanya dalam beberapa hari ini mereka menjadi lebih saling mengenal satu sama lain.

Hari ini Sanu sudah diperbolehkan untuk kembali ke rumah setelah satu bulan dirawat di rumah sakit. Dan seharian ini pula, Saras selalu menemaninya dari perjalanan hingga ia tiba di apartemen.

Hari itu, Saras membantu Sanu untuk menata kembali barang-barang yang ia bawa dari rumah sakit. Saras sengaja tidak meminta bantuan bibi karena ia memang ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Sanu hari ini, mengingat saat di rumah sakit waktu kebersamaan mereka selalu terganggu oleh kehadiran Sania dan khususnya Radit yang entah kenapa selalu tiba-tiba muncul.

Sanu duduk di meja makan sembari menatap Saras yang sedang berdiri di pantry dengan kedua tangan yang sibuk mengupas apel. Saras meletakkan apel yang setengah terkupas itu di piring dan bergerak pelan untuk membasuh tangannya di wastafel otomatis yang hanya berjarak beberapa jengkal dari dirinya.

Usai membasuh tangannya, Saras menarik rambutnya dan menggulung rambut panjangnya ke atas, mengekspos tengkuknya yang jenjang dan mulus. Sanu tersenyum tanpa sadar saat memperhatikan gerak-gerik Saras. Beberapa helai rambut istrinya itu nampak bergelayut lembut karena tak ikut tergulung.

Sanu kembali tersenyum, rasanya ia bisa menghabiskan sepanjang hidupnya hanya dengan memandangi Saras melakukan sesuatu. Tak ada rasa bosan, Sanu justru ingin lebih melihat Saras bahkan saat sedang melihatnya. Ia merasa rindu bahkan saat mereka hanya berjarak kurang dari sepuluh langkah!

Melihat bagaimana Saras memotong apel dengan sangat anggun dan terkadang juga nampak sedikit lucu dengan ekspresi bingungnya membuat Sanu tak sedikitpun mengalihkan pandangan. Merasa dirinya sedang diperhatikan dengan sangat intens, Saras akhirnya menoleh ke arah Sanu, mendapati suaminya itu sedang memandanginya dengan penuh cinta.

Saras kembali membuang muka ke arah apel-apel di hadapannya untuk menyembunyikan rasa malunya.

Tak begitu lama berselang, Saras membawa piring berisikan potongan apel yang sudah terkupas bersih itu ke meja makan. Ia mmenyodorkan piring itu kepada Sanu seraya mengulas senyum tipis.

"Terima kasih ya," Sanu mengulas senyum terbaiknya seraya menggamit sepotong apel di hadapannya.

Saras hendak menarik kursi untuk duduk di hadapan Sanu saat ponselnya yang terletak di meja pantry berdering dengan nyaring.

Dengan gerakan cepat, Saras berlari ke arah pantry dan mengambil ponselnya. Ia menoleh ke arah Sanu dan berkata, "Sebentar sayang."

Sanu membeku di kursinya. 'Sayang' katanya.

S A Y A N G?

Aaaaaaa dia memanggilku sayang? Haruskah aku membalasnya dengan 'iya sayang" atau haruskah aku membalasnya dengan anggukan? Apa yang harus kulakukan Tuhan. Jantungku mau meledak saja rasanya!

Sanu terbatuk ringan dari tempatnya hingga membuat Saras menoleh ke arahnya dengan khawatir. Sanu menatap Saras dan mengisyaratkan bahwa dia tidak baik-baik saja. Sejujurnya, justru saat ini Sanu sedang sangat super duper extra baik-baik saja karena mendengar kata 'sayang' yang diucapkan Saras kepadanya.

Usai memastikan Sanu baik-baik saja, Saras berjalan menjauhi Sanu menuju ke arah jendela. Saras terlihat bertelepon dengan seseorang yang entah siapa. Yang pasti, Sanu dapat sedikit mendengar bahwa hal yang sedang mereka bahas adalah seputar jadwal pemotretan yang entah jadwal siapa.

Sanu mengamati Saras yang terlihat sedikit bersemangat dalam mengobrol dengan lawan bicaranya di telepon. Saras beberapa kali tertawa kecil dan menyunggingkan senyum yang tak pernah dilihat Sanu sebelumnya. Dengan gerakan pelan, Saras terlihat menendang kecil ke arah jendela dan memanyunkan bibirnya tanpa sadar. Melihat hal itu tentunya membuat Sanu merasa gemas bukan main. Ia terus tersenyum sejak tadi, seolah lupa caranya kembali berwajah datar tanpa ekspresi.

Pipinya mulai terasa ngilu karena terus menerus mengulas senyum sejak beberapa hari belakangan. Bahkan Sanu merasa tulang pipinya mungkin akan naik beberapa senti jika ia terus bersikap seperti ini.

Sanu kembali mengambil sepotong apel dari piring dan mengamati Saras sekali lagi. Betapa beruntungnya aku bisa bertemu dan memiliki kamu.

1
thieewiee
semangat kk
thieewiee
menyala author Q/Drool/
sisdelb: aaa maacii kaak🥰
total 1 replies
Aisyah Siti
nextt kak
thieewiee
lope lope sebakul buat autor udah crazy up
sisdelb: 😭😭 jadii semangat nulisnya karena pada antusias minta updatee. makasii banyak yaa buat supportnyaaa, lopee sekebon💞
total 1 replies
Culprit Heart
yaampun saras kamu janga Nethink duluuu
Culprit Heart
ya Tuhan😭😭😭 Author beneran isunya tendang pelecehan mulu yaaa
sisdelb: sorryy kaak😭. sejujurnya aku mau bikin reader kita aware aja sama isu sexual abuse karena aku pun pernah ngalamin hal serupa. entah itu orang asing atau orang terdekat, kita pokonya harus selalu aware dan waspada
total 1 replies
Culprit Heart
ati ati kemakan omongan sendiri neng
Culprit Heart
kocak banget😭
Culprit Heart
hahahaha sanuu gemes banget dah
Culprit Heart
wkwk avvvv
Culprit Heart
beneran cowok langka
Culprit Heart
astogenggg naksir ini mah
Culprit Heart
wkwkw jokes bapak bapak bgt jir
..
lanjuut
..
udah lama gk bca cerita author ini. menarik dan bikin penasaran
Culprit Heart
gaya penceritaannya bagus
Culprit Heart
lanjuttt thoorr
Culprit Heart
hahahah ketawanya ang ang ang dong😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!