NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26

"Dion, apa kamu sudah melihat foto yang aku kirim ke nomormu?" tanya Rivandra serius saat Dion masuk ke ruangannya.

"Sudah, Pak. Apa ada yang bisa saya lakukan, Pak?"

"Cari orang itu, masukkan dia ke pusat rehabilitasi. Dia pemabuk. Pastikan orang itu mendekam di pusat rehabilitasi, selamanya kalau perlu." tegas Rivandra marah.

"Baik, Pak. Permisi."

Rivandra hanya menjawabnya dengan anggukan. Satu pesan masuk ke ponselnya.

'Ajak adikmu pulang, kita makan siang bersama sekalian fitting baju.'

Rivandra memijat pelipisnya yang terasa sakit. Pesan dari orang yang melahirkannya itu membuatnya teringat pertunangannya dengan Katty besok. Rivandra ingin memberitahu Arsyilla tentang rencana itu, Rivandra mau memastikan Arsyilla tidak mengetahuinya dari orang lain, Rivandra mau Arsyilla mendengar berita itu dari mulut Rivandra sendiri. Tapi, seharian Arsyilla bahkan sudah berusaha menghindarinya.

*****

Satu pesan dari Shayna yang membatalkan makan siang mereka, membuat Arsyilla menghela nafas lega. Karena tidak harus merasa was-was akan bertemu dengan Lek Bagong nanti.

"Tidak ke kantin?" tanya Nadine heran.

"Lagi mager nih. Aku titip jus alpukat boleh?"

"Oke. Duluan ya."

"Makasi." ucap Arsyilla.

Arsyilla mengerjakan laporan kerjanya yang numpuk karena satu minggu cuti. Tapi, pikirannya tidak bisa konsentrasi. Akhirnya, Arsyilla mengambil ponselnya dan menelpon Bu Kinasih.

"Halo, Nduk. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bu Kinasih cemas saat telpon Arsyilla di angkat.

"Assalamualaikum, Bu."

"Eh iya, sampai lupa. Waalaikumsalam. Kamu gak pernah menelpon ibu selama ini, ibu jadi khawatir terjadi apa-apa sama kamu, Nduk."

Arsyilla tertawa mendengar kekhawatiran Bu Kinasih.

"Aku hanya ingin mengabarkan, kalau sepertinya, aku akan mempercepat kepergianku ke Turki, Bu."

"Apa ada yang terjadi?"

"Ehhhmmm,,,, aku melihat Lek Bagong di kafe di depan perusahaan tempat aku bekerja, Bu."

"Apa? Lalu, apa Mas Rivan gak melakukan sesuatu?"

"Eh,, kenapa jadi Mas Rivan?" tanya Arsyilla pelan sambil menoleh ke kanan dan kekiri. Takut ada yang mendengar.

"Kan kalian bekerja di tempat yang sama."

"Mas Rivan itu, bos Syilla, Bu."

"Yang penting kan ada yang jagain kamu disana, Nduk. Itu sudah membuat ibu tenang."

"Ahh, ibu sudah mulai ngawur. Tentang kepergianku ke Turki, aku harap ibu benar-benar merahasiakannya dari siapapun."

"Termasuk ke Mas Rivan?"

"Terutama dia, Bu. Aku gak mau studiku terganggu."

"Baiklah ibu mengerti. Kapan kamu akan berangkat?"

"Sepertinya satu minggu lagi. Aku harus memastikan pekerjaanku sudah beres."

"Pokoknya hati-hati ya, Nduk."

"Iya, ibu juga harus jaga kesehatan ibu."

"Ya sudah ibu tutup ya. Mau menyiapkan makan siang untuk adik-adikmu."

"Salam untuk mereka."

"Pasti. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Arsyilla memainkan ponselnya sejenak. Lalu menghela nafas panjang. 'Aku harap keputusanku memang yang terbaik.' batin Arsyilla.

Arsyilla mengerjakan sisa laporannya dan tidak lupa membuat surat pengunduran diri untuk di serahkan pada Zaen.

"Akhirnya,, selesai." kata Arsyilla senang.

"Arsyilla , ke ruanganku!" seru Zaen sambil masuk.

Arsyilla membawa semua berkas yang membutuhkan tanda tangan Zaen dan tidak lupa surat pengunduran dirinya, lalu masuk ke ruangannya. Alisnya berkerut saat melihat Zaen bukannya memeriksa berkas-berkas yang ada di mejanya tapi hanya melamun.

"Ada apa Pak Zaen? Kenapa melamun?” tanya Arsyilla heran.

“Duduklah, Syilla." Arsyilla mengangguk sambil duduk di depan Zaen. "Apa kamu jadi makan siang bersama Shayna tadi?” tanya Zaen balik.

“Shayna membatalkan janji kami, karena dia sudah di tunggu keluarganya untuk makan siang bersama.”

“Apa benar-benar segawat itu sikonnya sekarang?” gumam Zaen yang terdengar jelas di telinga Arsyilla.

“Maksud Pak Zaen?” tanya Arsyilla bingung sambil meletakkan berkas-berkasnya di meja.

“Dua perusahaan akan bersatu, Syilla. King Company dan Power Company. Kamu pasti tahu kalau dua perusahaan itu paling berkembang di kota ini, atau negara kita.”

“Bersatu? Maksudnya mereka mau kerja sama gitu?”

“Bersatunya dua perusahaan hanya akan terjadi kalau ada pernikahan, Syilla.” jawab Zaen sembari tersenyum.

Arsyilla menelan ludahnya getir, apa Rivandra akan menikah? Bagaimana perasannya? Apa tidak semakin menyiksanya?

“Baik Rivan atau Shayna memang di persiapkan menjadi generasi penerus perusahaan. Mereka di perbolehkan menjalin persahabatan dengan siapapun tapi tidak percintaan. Karena itu, Rivan bersikap dingin pada setiap orang. Agar dia tidak perlu menyakiti orang lain nantinya.”

Arsyilla tersenyum kagum. "Pak Rivandra tahu dia punya adik perempuan. Jadi dia tidak akan menyakiti wanita lain kalau tidak mau adiknya tersakiti."

"Tapi, menurutku itu bodoh, Syilla."

"Bodoh? Kenapa? Apa salahnya menjaga hati untuk calon istrinya nanti?" protes Arsyilla.

"Syilla, belum tentu calon istrinya nanti juga menjaga hati seperti yang di lakukan Rivan kan?"

"Itu biar menjadi urusan masing-masing orang. Yang terpenting kan kita sudah berusaha menjaga diri. Kita harus bisa menerima masa lalu pasangan kita. Karena yang membersamai kita kan masa depannya." jelas Arsyilla.

Zaen tertawa lirih, seolah menertawakan argumen Arsyilla yang terlalu naif.

"Apa saya salah?"

"Gak, kamu gak salah, Syilla. Hanya saja kamu itu terlalu naif."

"Naif?"

"Bagi para orang tua biasa atau kamu misalnya, itu akan menjadi sesimple itu. Tapi, bagi kami? Kami tidak di berikan pilihan untuk memilih, mencintai atau mengungkapkan apa yang kami mau, Syilla. Kami itu robot mereka, merasa berhak mengatur hidup kami karena telah melahirkan kami menjadi generasi penerus kekayaan mereka." Zaen menghela nafas sejenak.

"Mencintai bagi kami, perasaan suci. Tapi bagi mereka, perasaan kami hanya akan di anggap angin lalu. Kami di lahirkan untuk menuruti kemauan mereka, bukan untuk memberikan alternatif pilihan pada mereka. Kebahagiaan bagi mereka itu, kalau sudah bisa menjodohkan anaknya dengan penerus perusahaan yang lain. Yang bisa memajukan perusahaan mereka. Menambah pundi-pundi kekayaan mereka."

Arsyilla terdiam dengan penjelasan Zaen, ada sedikit nyeri di hatinya. Membayangkan perasaan Rivandra saat ini, betapa tersiksanya Rivandra saat ini.

"Bagaimana kami bisa mencintai calon pasangan kita kalau kita tidak pernah di beri kesempatan untuk mencintai orang lain? Bagaimana kami bisa memberikan kebahagiaan pada calon pasangan kita nanti, sedangkan kita gak pernah merasakan apa itu bahagia bersama orang yang di cintai?"

Arsyilla teringat semua perkataan Rivandra sewaktu liburan bersama di Yogya. Permintaan simpel Rivandra untuk melengkapi kebahagiaannya hanya dengan mengijinkan Rivandra melakukan psikal touch padanya.

“Perjodohan itu, apa juga berlaku untuk Shayna?” tanya Arsyilla khawatir. Rasa-rasanya Shayna tidak mungkin bisa menghadapi perasaan tersiksa seperti apa yang dirasakan Rivandra saat ini.

“Tentu saja. Untukku juga.”

"Apa Pak Zaen tahu, siapa calon tunangan Shayna nanti?" tanya Arsyilla.

"Kenapa jadi sekepo itu?"

"Shayna itu teman saya, Pak."

Zaen tertawa sejenak. "Orang itu ada di depan kamu sekarang."

Arsyilla menatap Zaen tidak percaya. "Benarkah? Pak Zaen gak bohong kan."

"Memangnya aku terlihat seperti pembohong?"

"Bukan begitu, Pak. Syukurlah, Shayna bertemu dengan orang yang cocok. Kalian berdua sangat serasi, Pak Zaen. Aku ikut senang mendengarnya."

"Waktu aku tahu siapa calon tunangan yang telah di persiapkan orang tuaku. Aku mendekati Shayna dengan caraku sendiri. Aku ingin Shayna nyaman dengan hubungan kami. Aku ingin pernikahan kami atas dasar saling mencintai bukan karena kepentingan relasi." tegas Zaen.

Sekali lagi Arsyilla tersenyum bahagia karena Shayna bersama dengan orang yang tepat.

“Resiko jadi sultan, Pak Zaen. Harus rela menjadi robot.”

“Sialan kamu, Syilla! Tapi, yah... Aku akui itu memang benar.”

Keduanya tertawa mendengarnya. Arsyilla meletakkan surat pengunduran dirinya di depan Zaen. Hingga tawa Zaen hilang seketika.

"Surat pengunduran diri??"

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!