Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan maaf
Aiman memarkirkan mobilnya di halaman rumahnya yang cukup luas. Fatih keluar dari dalam mobilnya, dia berdiri menatap nanar rumah yang pernah menjadi saksi dimana istrinya dan ia membangun kebahagiaan. Tetes demi tetes air mata mulai meluncur di pipinya, sang adik merangkul bahu kurus itu dengan usapan pelan.
"Semuanya sudah berlalu, mari kita buka lembaran baru kak. Takdir memang begitu menyesakkan, tetapi sebagai manusia kita hanya bisa mengikhlaskan. Sama halnya denganmu, saat aku kehilangan istri dan anakku rasanya aku pun ingin menyusulnya, tapi aku yakin kalau Senja pasti akan marah padaku. Betapa beruntungnya kau Kak, disaat istrimu pergi setidaknya kau masih memiliki malaikat kecil yang menemani hari-harimu nanti. Sementara aku, aku hanya bisa menatap wajah kecil nan tampan itu untuk pertama dan terakhir kalinya, saat aku menggendongnya dan mengantarkannya ke rumah terakhirnya yang hanya bisa ku tatap dari atas sambil menaburkan bunga untuknya." Ucap Aiman dengan senyum getirnya, ia harus tetap tegar di hadapan semua orang seakan ia baik-baik saja.
Fatih mengusap air matanya dengan kasar, sudah cukup ia terkurung oleh rasa kehilangan sampai tak bisa mengenali dirinya sendiri. Seharusnya ia bangkit dan saling menguatkan bersama adiknya, dia tidak mungkin membiarkan orang yang sudah membuatnya dan sang Putri kehilangan sosok yang berperan penting di kehidupannya.
"Badai pasti berlalu, semua pasti akan mendapatkan bagian kebahagiaan. Ayo bangkit! Jangan biarkan mereka yang sudah pergi merasa sedih, lebih baik kita kirim doa sebagai hadiah rasa sayang kita." Ucap Laras dengan bersemangat.
Aiman dan Fatih saling melempar pandangan, mereka pun mengulas senyumnya di lengkapi dengan anggukan kepala.
"Ayah, Papa. Ayo! Kuta makan, yuhuuu!" Seru Elsa dengan bersemangat.
"Makan!" Langit menimpali seruan Elsa, kalau urusan makanan ia pasti bersemangat.
Laras dan yang lainnya pun terkekeh, akhirnya kelimanya pun masuk ke dalam rumah. Para pelayan menyambut kedatangan Aiman dan yang lainnya, makanan pun sudah tertata diatas meja makan dan siap untuk di santap.
*****
Sore hari.
Laras dan Langit sudah sampai di kediamannya, Laras menyuruh Langit untuk membersihkan tubuhnya, sementara dirinya memeriksa laporan yang dikirmkan oleh Melly selaku manager di restoran pusat. Perihal kekacauan yang Nando lakukan, sudah di ganti rugi oleh ayahnya.
Knock.. Knock ..
Terdengar suara pintu di ketuk dari luar, Laras enggan beranjak dari duduknya karena pekerjaannya yang tanggung. Alhasil, Mbok Wati yang membukakan pintu rumah, begitu pintu terbuka Mbok Wati mengernyitkan dahinya karena tidak mengenali siapa tamu di depannya.
"Siapa Mbok?" Terdengar suara Laras bertanya dari arah ruang tamu, Mbok Wati pun membalikkan tubuhnya menghadap kearah Laras yang tengah menatap kearahnya pula.
"Enggak tahu, Bu! Baru lihat." Jawab Mbok Wati sedikit meninggikan suaranya.
Laras pun menutup laptopnya, ia beranjak dari duduknya kemudian berjalan menghampiri Mbok Wati. Saat sudah sampai di pintu utama, Laras cukup kaget melihat siapa yang datang.
"Selamat, sore. Maaf mengganggu waktunya, apa benar ini rumah Laras? Pemilik restoran Sky Restaurant?" Tutunya dengan lembut.
"A-Ah, i-iya. Dengan saya sendiri, nyonya." Jawab Laras sungkan.
"Boleh kami masuk?" Tanyanya lagi.
"Astagfirullah, sampai lupa. Mohon maaf, ya nyonya. Silahkan masuk, lewat sini." Laras pun mengajak tamunya menuju ruang tamu.
Seorang perempuan paruh baya mengajak anaknya untuk duduk di sampingnya, tampak wajah seorang pria itu tertunduk seolah malu menatap wajah Laras.
"Nak, kedatangan saya kemari untuk meminta maaf atas perbuatan putra semata wayang saya. Sebelumnya mungkin kamu dan suami saya sudah bertemu, tetapi tidak afdol rasanya jika Nando tidak meminta maaf secara langsung padamu." Tutur Alfi dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Oh, Jadi namanya Nando ya, Nyonya. Tuan Rafli sudah menjelaskan semuanya pada saya, dan saya pun sangat amat memaklumi sikap Nando pada saat itu, karena memang disaat kejadian pun saya sudah menyadari ada yang tidak beres pada putra nyonya. Mungkin cita rasa makanan yang di hidangkan mengingatkannya pada seseorang, mungkin seseorang itu sangat spesial sehingga sulit untuk melupakannya." Ucap Laras.
"Iya, kau benar. Aku minta maaf sebesar-besarnya, aku tidak bisa mengendalikan emosiku saat itu karena saat menyantap hidangan makanannya, pikiranku hanya tertuju pada Berlian. Dan Berlian yang ku maksud itu bukan perhiasan, melainkan nama seorang wanita yang sudah mengisi hidupku." Ucap Nando tanpa mengangkat kepalanya.
Sontak Laras tertawa kecil saat mendengar ucapan Nando, dia jadi teringat perihal Berlian yang di maksud oleh Nando tempo hari. Laras dan Alfi pun mengobrol sampai tak sadar hari sudah mulai gelap, Nando mengangkat wajahnya menatap Laras, wajah cantik Laras sejuk untuk di pandang. Seulas senyum terbit dari bibir Nando, jantungnya berdetak tak karuan apalagi melihat senyum manis Laras.
Cantik, manis dan SEMPURNA. Batin Nando.
Dirasa sudah cukup pertemuannya dengan Laras, Alfi mengajak Nando untuk pulang ke rumahnya. Langit juga sempat bertemu dengan Nando dan juga Alfi, nampaknya kedua orang beda generasi itu menyukai Langit yang terlihat menggemaskan, apalagi tubuhnya yang berisi dan ketika senyum pipinya merah seperti tomat.
"Huh, kenapa aku di pertemukan dengan pria-pria gamon, ya? Mas Aiman, Nando dan satu lagi Mas Fatih? betapa beruntungnya wanita yang menjadi pasangan mereka, para pria itu mencintai dengan begitu besarnya sampai gila karena di tinggalkannya. Sedangkan aku? Udah mah di julidin mertua, di duakan suami, ahhh... Sangat malang nasibmu, Ras." Gumam Laras menatap kepergian Nando dan Alfi.