Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Lemah hati seorang suami.
Bang Hanggar melipat sajadahnya. Ia menoleh melihat Arlian menangis dalam tidurnya. Teringat bayang 'kehancuran' semalam. Bingkai matanya basah namun sikapnya masih tenang.
Usai sholat subuh, Bang Hanggar mengganti pakaiannya, meraba bagian atas lemarinya lalu menyimpannya di balik pinggang. Sebelum membuka pintu kamarnya, Bang Hanggar berbalik badan dan berjalan menghampiri Arlian.
Di kecupnya kening istri cantiknya. "I love you, sayang..!! Dan selamanya akan tetap begitu." Bisiknya kemudian meninggalkan kamar.
...
"Sebenarnya bagaimana kerja kalian???? Kenapa sampai tidak ada satupun anggota yang tau kalau Dantim meninggalkan tempat?????" Tegur keras Bang Rumbu sebagai wakil Dantim.
"Siap.. salah, Komandan..!!"
dddrrrrrrr..
Bang Rumbu tersentak mendengar suara samar dentuman. Niatnya untuk menyikapkan anggota menjadi teralihkan. "Suara apa itu??"
"Ijin komandan. Dantim meledakan kesatuan musuh." Lapor salah seorang anggota.
"Apaaaa???? Apa Bang Hanggar sudah gila????"
...
Para anggota masih terus waspada dalam siaga satu karena Dantim meledakan camp musuh tanpa komando.
Sebagian dari para anggota menyisir dan mencari keberadaan Bang Hanggar. Sebenarnya keadaan mereka saat ini berada dalam status aman karena Dantim sudah meleburkan camp musuh, hanya saja jika pergerakan tanpa perintah panglima tentu akan berdampak buruk bagi karir seorang Letnan Hanggar.
Bang Rumbu tinggal di basecamp untuk pengamanan ring dalam sedangkan yang lain keluar untuk mencari keberadaan Letnan Hanggar.
//
Bang Hanggar bersandar lemas di bawah pohon berukuran besar. Hanya sebatang rokok yang ia punya saat ini, asap rokok menguar ke segala arah. Sunyi, sepi, sendiri.. lelehan bening membasahi pipi Letnan Satu Hanggar Bayuaji.
'Apalagi?? Kau ingin mengujiku seperti apalagi, Tuhan?? Apa sujudku selama ini masih kurang bagiMu?? Kau ambil orang tuaku, Kau ambil adikku, Kau pisahkan aku dengan anak dan istriku. Kini setelah aku mendapatkan istriku, Kau corengkan lara pada istriku. Aku ini hambaMu..!!!!!!!'
Bang Hanggar meremas dadanya, tangisnya menganak sungai. Sakit di hati dan di tubuhnya terasa menyayat secara bersamaan.
"Aku tidak sanggup lagi, Tuhan. Kau hajar mentalku habis-habisan. Cabut saja nyawaku ini..!!!!!" Teriak Bang Hanggar meluapkan segala beban di hatinya.
Sekuatnya Bang Hanggar berdiri, ia menebas segala apapun yang ada di hadapannya dengan badik di tangannya dengan membabi buta.
Derai tangis tak mampu lagi di tahannya. Bang Hanggar meluapkan perasaan yang ia pendam. Kali ini dirinya begitu kalap, marah mengungkapkan segala sakit hati dan beban batinnya.
"Aku suami yang gagal. Aku gagal..!!!!!!" Teriaknya.
Tepat saat itu Bang Raka, Bang Axcel, Bang Bowo dan beberapa orang anggota berhasil menemukan keberadaan Bang Hanggar. Sungguh keadaan Letnan Hanggar begitu hancur.
Badik terlepas dari tangan, Bang Hanggar mengungkapkan emosinya sampai 'menghantam bumi'. Amarahnya menjadi-jadi.
Bang Raka tak sampai hati membiarkannya. Ia menyergap sahabatnya dari belakang dan berusaha menenangkannya.
"Istighfar Gar, jangan begini..!! Kasihan Lian dan anak-anakmu..!!" Bujuk Bang Raka.
"Liaaaaannn..!!!!!" Bang Hanggar menangis meraung-raung, jika semalam tak ada reaksi darinya, kini seluruh dunia melihat kerapuhan seorang Hanggar. "Cukup Tuhaaann..!! Aku tidak kuat lagi..!!"
Beberapa saat kemudian Bang Hanggar kembali meremas kuat dadanya, darah meleleh dari sela bibirnya, pertahanan dirinya pun melemah. Bang Hanggar pun merosot dan tumbang menimpa Bang Raka.
Dengan sigap Bang Axcel dan Bang Bowo menangani sahabatnya.
...
Bang Axcel bersandar dengan derai tangisnya sendiri. Bang Raka pun tak kuasa menahan tangisnya dan Bang Bowo terdiam tanpa kata.
Para anggota ikut pedih melihat komandan mereka sedang berada dalam titik terendahnya. Namun mereka pun paham dengan keadaan Letnan Hanggar.
Detik berlalu, Bang Hanggar tersadar. Ia melihat banyak orang di sekelilingnya. Perlahan dirinya mengambil posisi duduk. Jarum infus menancap di punggung tangannya, air mata kembali menetes, belum ada kata keluar dari mulutnya.
Bang Raka menepuk bahu sahabatnya. "Gar......"
Siapa sangka Bang Hanggar bersandar pada pinggang Bang Raka. Tubuhnya masih begitu lemah. "Saya.. Letnan Satu Hanggar Bayuaji meminta maaf atas kelalaian saya sebagai pimpinan dan atas kelakuan saya yang tidak pantas. Untuk itu, saya akan mengundurkan diri dari jabatan saya dan saya akan mempertanggung jawabkan secara pribadi atas segala keputusan yang sudah saya ambil."
Para anggota ikut hanyut dalam keadaan. Salah satu di antara mereka memeluk Bang Hanggar dan yang lainnya pun ikut memeluk. Seakan merasakan sakit yang sama, mereka pun turut menangis bersama.
"Komandan tidak salah. Kami laki-laki, hati kami sama seperti komandan. Kehormatan istri di atas segalanya."
"Istighfar, Gar..!!" Kata Bang Raka.
"Astaghfirullah hal adzim..!!" Ucap lirih Bang Hanggar hingga kemudian Dantim kembali ambruk.
...
Papa Hara sudah mendengar apa yang terjadi dengan putri dan menantunya. Malam itu beliau datang ke lokasi dan melihat keadaan Arlian. Sebagai seorang ayah tentu perasaan mereka cukup pilu, sudah tersadar namun banyak terdiam.
Kini Papa Hara beralih pada Bang Hanggar. Menantunya itu sedang mendapatkan perawatan dan hingga saat ini, Bang Hanggar belum sadarkan diri.
Papa Hara membenahi jambul Bang Hanggar yang berantakan. "Bagaimana keadaan Hanggar?" Tanya Papa Hara pada Bang Bowo.
"Ijin panglima, saat ini Letnan Hanggar sedang mengalami mental breakdown. Tekanan batin yang di alami Letnan Hanggar begitu besar, beliau memaksa untuk kuat."
"Ya.. saya paham." Papa Hara mengusap kening menantunya. Ia terus menatap Bang Hanggar yang masih memejamkan mata dengan wajah pucat. "Ujianmu sangat berat, usahamu luar biasa. Terima kasih banyak kamu sudah menyayangi putri Papa sampai seperti ini. Jikalau Papa harus bersujud di kakimu. Papa ikhlas, le. Arlian adalah satu-satunya putri Papa. Untuk itu, Papa akan melepas jabatan ini untukmu." Kata Papa Hara.
"Mungkin ini saat saya menebus kesalahan saya pada Hanggar. Saya juga siap melepaskan seragam saya, Pa." Imbuh Bang Axcel kemudian melepas seragamnya.
Bang Raka pun melepas seragamnya. "Semua ini juga andil dari kesalahan saya..!! Saya juga akan menebusnya."
"Cukuuuupp..!!!!!! Kalian masih muda, masih punya masa depan. Akan ada anak istri yang harus kalian lindungi, kalian didik dan kalian hidupi. Papa adalah manusia bebas yang tidak akan mungkin berperkara, jadi biarlah Papa selesaikan semuanya..!!" Kata Papa Hara kembali memakaikan seragam pada Bang Raka kemudian memakaikan juga pada Bang Axcel. "Tidak akan ada yang akan berani melepas seragam kalian begitu pula dengan Hanggar."
...
Sejak tadi Papa Hara terus menunggu menantunya yang tidak kunjung sadar hingga di pukul sembilan malam Bang Hanggar tersadar. Ia melihat ke atas langit-langit. Sekujur tubuhnya terasa ngilu, nafasnya sesak dan lukanya terasa nyeri.
"Allah Ya Rabb, sakit sekali." Gumam Bang Hanggar memercing merasakan sekujur tubuhnya begitu nyeri.
Begitu Bang Hanggar menoleh, sudah ada Papa mertuanya. Papa mertuanya menekuk lutut di hadapan Bang Hanggar.
Panik melihat mertuaya berlutut, Bang Hanggar menarik selang infusnya dan menghambur pada Papa mertuanya. Bang Hanggar meringkuk mencium punggung tangan Papa Hara, tangisnya pecah.
"Saya salah Pa, saya mengaku salah. Saya mohon jangan pisahkan saya dari Lian..!! Hati saya sudah hancur, saya sudah tidak kuat lagi dengan semua ini. Tolong jangan bawa Lian..!!"
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.