ISTRI SANG MAJIKAN 2

Deerrr deerrr derrr

"Assalamuamuaikum"

"Waalaikumsalam..."

"Eh Mbak e apa kabar?"

Tanya Bambang, hatinya berbunga-bunga betapa tidak? sedang memikirkan Rani eh, ternyata Rani telepon.

"Bang Bambang sedang repot tidak?"

Suara Rani di seberang sana.

"Oh tentu tidak Mbak e, mau di antar kemana?"

Tanya Bambang sebenarnya kalau di tanya repot saat ini, benar-benar menguras tenaganya.

Belum lagi harus meninggalkan showroom dan bengkel dengan keadaan seperti ini membuat Bambang bingung.

Di satu sisi Bambang ingin bertemu dengan Rani, dan di sisi lain Bambang harus profesional dengan tugas yang di emban di Showroom.

"Baik Mbak e, bisa-bisa!" Jawab Bambang pada akhirnya.

Bambang menutup handphone dan menyimpannya di dalam saku celana.

Ia lalu berjalan menuju ruang kerja merapikan mejanya kemudian menemui Om Wisnu.

"Om saya tinggal sebentar ya" Pamit Bambang sama Omnya.

"Memang kamu mau kemana satu jam lagi acara akan segera di mulai." Kata Om Wisnu.

"Iya saya tahu om, Pleas... saya izin sebentar saja. "Yang penting saat acara inti saya sudah ada di sini om,"

"Ya sudah cepet! kalau kamu sampai terlambat akan merusak citra buruk kamu." Kata Om Wisnu pasrah.

"Ada apa ini ribu-ribut?" Tanya Dira tiba-tiba datang, masuk ke ruangan om Wisnu.

"Ya Om dadaaa..." Bambang langsung ngibrit pergi khawatir Dira tau maksudnya dan pasti akan ngomel-ngomel nggak bakalan jadi berangkat, lebih baik kabur saja.

Dira menatap kepergian Bambang dengan dahi berkerut. Lalu beralih menatap om Wisnu.

"Kakak kamu itu loh Dir, tidak lama acara akan segera di mulai malah pergi." Adu Om Wisnu geleng-geleng kepala.

"Memang kakak mau kemana om?" Tanya Dira.

"Om tidak tahu Dir, ya sudah yang penting kakak mu profesional." Titah Om Wisnu menenangkan Dira sebab Wajah Dira sudah sangat kesal.

Sementara Bambang, hatinya terasa bagaikan bunga yang telah layu dan terkena siraman air.

Bambang mengendarai mobil avanza dan berharap cepat bertemu Rani mengantarkan sampai tujuan tanpa harus meninggalkan acaranya.

Bambang mempercepat laju mobilnya dan tidak lama sampai tujuan.

Bambang terkejut melihat Ruko Rani di sulap menjadi Rumah makan yang sangat ramai pengunjung.

Kalau tau begini kemarin-kemarin kesini saja kan bisa alasan untuk makan. Pikirnya. Bambang turun dari mobil dan menatap papan iklan bertuliskan. WARUNG MAKAN. LARASATI DUKRENGTENG.

Apa artinya rumah makan itu? Monolog Bambang.

Bambang kemudian masuk kedalam Warung lalu duduk tanpa ada yang mempersilahkan.

"Mas mau makan apa?" Tanya Nena mendekati Bambang.

"Oh gini Mbak e saya sopir taksi yang akan menjemput Mbak Rani?" Jawab Bambang dengan bahasa medoknya. Bambang tidak tahu bahwa Rani akan mengantarkan pesanan. Ia pikir hanya menjeput Rani saja.

"Baik Mas" Nena kemudian mengajak dua orang untuk mengangkat makanan dan memasukkan ke mobil Bambang.

Bambang tidak memperhatikan makanan yang di angkut. Tetapi pandangannya memutar mecari sosok yang di cari.

Setelah semua makanan masuk kedalam mobil. Nena kemudian ke lantai atas memanggil Rani.

"Ran taksinya sudah datang." Kata Nena melongok ke kamar Rani yang sedang bersolek sedikit. Sebagai pedagang makanan Rani harus tampil bersih dan wangi. Sebab jika penjual makanan tampil kucel dan jorok, orang yang mau makan pasti mikir dua kali.

"Oh sudah sampai ya, titip Resto ya Nen aku pergi dulu."

"Siap boss!" Jawab Nena.

Rani ke bawah, Nena mengekori di belakang.

Bambang menatap Rani tidak berkedip sudah sebulan tidak memandang wajah Rani rasa rindunya membuncah.

"Sudah lama nunggu ya Bang?" Tanya Rani tidak peduli dengan Bambang yang menatap wajahnya.

"Baru kok Mbak, mau berangkat sekarang?" Tanya Bambang sambil berdiri.

"Ayo, tapi apa tidak sebaiknya abang minum dulu?" Tanya Rani basa basi, sebenarnya Rani ingin cepat berangkat agar makanan datang lebih awal dan harus profesional. Kepuasan klein dengan pelayanannya harus nomor satu.

Tidak hanya rasa yang enak saja. Prinsip Rani memberi kenyamanan kepada pelanggan adalah yang utama.

Bambang membukakan pintu mobil untuk Rani di belakang Ia terkejut. "Lah kok banyak makanan?" Tanya Bambang menatap Rani.

"Lah kan memang mau antar makanan ini bang." Jawab Rani. Memang Nena tadi nggak bilang? tanya Rani dalam hati.

"Oh iya, ndak apa-apa Mbak e, Mbak duduknya di depan saja, di belakang sempit soalnya" Tutur Bambang.

Rani sempat berpikir untuk duduk di samping sopir biar bagaimana ia saat ini istri orang. Tetapi benar juga apa yang di bilang Bambang. Rani terpaksa duduk di kursi depan.

Bambang menyalahkan mobilnya.

"Mau di antar kemana makanan ini Mbak e?" Tanya Bambang melirik Rani sedikit. Dadanya degdegan.

" Ke showroom xxx bang" Jawab Rani tanpa melihat ekspresi wajah Bambang. Deg Bambang matanya membulat. ciiitttt dug.

"Astagfirlullah... pelan-pelan apa nyetirnya bang! saya belum mau mati tau?!.

Rani menatap Bambang tajam, wajah nya pucat pasi. Rani bersungut-sungut kesal. Untung tidak terjadi apa-apa, kendaraan juga sedang lengang. Kalau di belakang tadi ada mobil pasti akan ada kecelakaan beruntun. Rani ngeri membayangkan itu.

"Iya Mbak e, nuwon sewu" jawab Bambang merasa bersalah.

Bambang kembali menjalankan mobilnya. Didalam tampak hening. Bambang tidak menyangka kalau Rani akan mengantarkan makanan ke showroom miliknya.

Tenyata Ibunya memesan catering ke wanita di sampingnya. pikiran Bambang campur aduk antara senang dan bingung.

Senang ibunya secara tidak langsung mendukung usaha Rani. Lalu Ibu tau dari mana tentang restoran milik Rani? Sedangkan Bambang sendiri saja tidak mengetahui jika usaha Rani akan maju secepat ini.

Bambang juga bingung apa yang harus ia lakukan ketika sampai Showroom nanti? Bagaimana harus memberi penjelasan dengan Rani jika Rani sudah tau siapa dirinya.

Tentu Bambang tidak akan bisa bertemu Rani. Setelah Rani mengetahui jika dirinya bukan sopir taksi yang sebenarnya.

"Saya turut senang Mbak e, usaha Mbak Rani akan maju secepat ini." Kata Bambang menghangatkan suasana.

"Alhamdulillah bang, saya juga tidak menyangka" Jawab Rani tersenyum.

Senyumnya itu, ya Allah..Begini ya rasanya orang sedang jatuh cinta? Bukan munafik sih, waktu SMA juga pernah jatuh cinta. Tetapi tidak separah ini. Batin Bambang.

"Jangan melamun lagi bang nggak kapok tadi ya?" Tanya Rani mengingatkan. Dahi Rani sampai merah karena kejedot.

"Iya Mbak e, maaf." Bambang menjawab singkat.

"Kenapa sih bang! kok hari ini gelisah banget?" Tanya Rani biasanya Bambang kalau membawa mobil tidak grusa grusu seperti sekarang.

"Tidak apa-apa kok Mbak, lain kali saya akan hati-hati." Jawab Bambang tatapannya fokus ke depan.

"Mbak e, besok-besok saya boleh makan di Restoran Mbak ya?" Tanya Bambang selain ingin mencicipi masakan Rani. Bambang juga ingin selalu bertemu Rani.

"Bolehlah! malah kusus buat abang saya gratis kan deh, abang kan sudah banyak membantu saya." Tutur Rani.

"Kalau gratis saya malah nggak mau makan di tempat Mbak." Jawab Bambang tentu tidak mau kalau gratis.

Tidak terasa suka duka dalam perjalanan ini mobil Bambang sudah sampai Showroom.