NovelToon NovelToon
University Prestige School

University Prestige School

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Playboy / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Farhan Akbar

Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.

Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.

Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencoba Mengakrabkan Diri

Driiiiiinnnnnnnnnggggssss!! Setelah pelajaran berakhir, bunyi bel yang nyaring menandakan waktu istirahat dimulai.

Akbar mengikuti Vin dan Roni, melangkah cepat menuju lift untuk ke lantai bawah.

Meskipun mereka terlihat nakal dan sering membuat keonaran, saat di kelas, ketiga sahabat ini tampak serius, seolah mematuhi semua aturan.

Di depan lift lantai 5, Akbar, Vin, dan Roni berdiri menunggu pintu lift terbuka. Ketiga sahabat itu tampak percaya diri, sementara sekelompok murid lain yang sebelumnya bercanda-canda tiba-tiba diam dan menjauh sedikit, memberi jalan kepada mereka.

Rasa ketakutan terlihat di wajah-wajah mereka, seolah-olah keberadaan Vin dan Roni membuat mereka merasa terancam.

Akbar, yang sedang berpura-pura menjadi Niko, menatap mereka dengan dingin. Dalam hati, dia merasa puas melihat reaksi itu. "Ah lihatlah wajah-wajah manis yang terlihat ketakutan itu," gumamnya dalam hati.

Dia tahu bahwa citra Niko yang kuat memberikan pengaruh, bahkan meskipun dirinya hanya berpura-pura.

Namun, di antara kerumunan itu, ada beberapa murid yang diam-diam mengagumi Niko. Mereka mengagumi sikap percaya diri dan ketenangan yang terpancar dari sosok yang kini diperankan Akbar. Beberapa dari mereka berbisik, "Itu Niko, ya? Keren banget!"

Sementara yang lain saling melirik, merasakan ketegangan yang aneh namun menarik.

Pintu lift akhirnya terbuka, dan Vin melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Roni dan Akbar.

Saat mereka berputar untuk beranjak, Akbar melirik sekilas ke arah murid-murid yang berdiri di luar. Dia merasakan kombinasi antara kekuasaan dan rasa ingin tahu yang muncul dari pandangan mereka.

Dalam lift, suasana terasa lebih santai, tetapi Akbar tidak bisa menahan senyum kecil.

"Sepertinya kita bikin mereka ketakutan," bisiknya kepada Vin dan Roni. Roni hanya tertawa, sementara Vin mengangguk dengan senyum nakal. "Memang harus begitu, biar mereka ingat siapa yang punya kuasa di sini."

Di dalam lift yang perlahan naik ke lantai 5, suasana jadi agak tegang. Akbar, yang sekarang ada di tubuh Niko, berusaha untuk tetap tenang sambil mendengarkan Roni dan Vin.

Roni memecah keheningan, "Eh, guys, gimana ya mau deketin Vira? Gua baper banget, tapi dia cuma ngelirik si Niko doang!"

Akbar, mencoba berpura-pura, menjawab, "Coba deh, Ron. Lo harus tunjukin sisi lo yang menarik. Mungkin dia butuh refreshing dan ikutin gaya gua yang cool ini."

Roni menatap Akbar, "Yah, Loe mah emang ganteng, Nik. Gimana gua mau deketin Vira, kalau dia cuma ngelirik lo doang?"

Vin ikut nambahin, "Iya, bro. Kayaknya Vira lebih tertarik sama si Niko. Gimana lo mau bersaing sama dia. Kwkwkwk?"

Roni menggeleng, "Yee, gua juga gak mau bersaing sama si Niko. Dah kalah power duluan, gue!"

Vin nyengir, "Bener, bro. Tapi lo juga punya kelebihan. Coba ajak dia ngobrol tentang hal-hal yang dia suka. Mungkin lo bisa bikin dia tertarik."

Akbar menambahkan dengan nada meyakinkan, "Iya, lo harus jadi diri lo sendiri. Kadang yang paling menarik itu yang santai dan natural."

Roni mulai ngerasa lebih optimis. "Oke, jadi gua harus pede. Gue coba ajak dia ngobrol di kantin, deh."

Lift berhenti, dan pintu terbuka. Roni melangkah keluar dengan semangat baru.

"Alright, thanks, guys! Ayo cari makan, biar bisa recharge energi buat ngejar Vira!"

Akbar dan Vin mengikuti Roni, merasa lebih ceria setelah diskusi di dalam lift itu, sambil Akbar tetap menyimpan rahasia tentang identitasnya yang sebenarnya.

Setelah keluar dari lift, mereka mulai berjalan menuju kantin. Jalan menuju kantin lumayan panjang, dan di sepanjang perjalanan, Akbar merasakan atmosfer yang berbeda. Beberapa murid lain menatap mereka, terutama ke arah Akbar yang sekarang ada di tubuh Niko.

"Eh, liat deh, itu Niko!" bisik salah satu murid, membuat yang lain menoleh.

Roni berbisik ke Akbar, "Gila, lo dapet perhatian banget, Nik. Rame juga, ya?"

Akbar pura-pura santai meskipun sebenarnya agak merasa canggung. "Iya, mungkin mereka penasaran sama ‘gue’ yang baru masuk sekolah lagi," jawabnya sambil tersenyum.

Vin menyengir nyenggol si Roni, "Lo harus memanfaatkan momen ini, bro. Jadikan ini peluang untuk lebih dekat sama siVira!"

Murid-murid yang melihat mereka tampak terpesona, beberapa bahkan tersenyum.

Akbar bisa merasakan tatapan mereka, dan di dalam hatinya, dia mulai merasakan kekuatan dari situasi ini.

Di tengah perjalanan, Roni bertanya, "Eh, lo ngerasa nyaman gak sih, Nik? Semua orang pada ngeliatin lo gini?"

Akbar mengangguk, berusaha tetap cool. "Nyaman-nyaman aja, bro. Just keep it casual. Yang penting kita tetap percaya diri."

...****************...

Scene : Kantin Gabungan UPS & SPS

Akhirnya, mereka sampai di kantin, dan suasana ramai langsung menyambut mereka.

Akbar merasa sedikit lega bisa berbaur dengan keramaian, sambil mencari tempat duduk dan merencanakan langkah selanjutnya.

Setelah sampai di kantin, Roni melihat sekeliling dan berkomentar dengan nada bercanda, "Gini Nih, kalo si Niko masuk sekolah, dia selalu jadi pusat perhatian. Gua sama lu, Vin, jadi ikut-ikutan kena imbasnya!"

Vin tertawa, "Iya, bro! Rasanya kayak kita juga ikut jadi superstar, ya? Semua orang pada nengok!"

Akbar pura-pura santai, meskipun di dalam hati dia merasa bangga. "Ya, begitulah. Tapi lo harus ingat, ini semua bukan hanya tentang penampilan. Yang penting itu personality, bro."

Roni melanjutkan, "Bener juga. Tapi tetep aja, aura loe bikin semua orang melirik. Kayaknya kita harus belajar dari lo, Nik."

Setelah mereka menemukan tempat duduk di kantin, Vin tiba-tiba menatap Akbar dengan serius. "Eh, Nik, kenapa sih lo bisa punya aura superstar gitu? Apa bokap gue harusnya nikah sama artis juga biar bisa kayak gitu?"

Akbar tersenyum, mencoba menanggapi dengan santai. "Yah, mungkin itu salah satu caranya. Tapi yang lebih penting itu, lo harus percaya sama diri sendiri. Aura itu datang dari dalam, bro."

Roni menimpali, "Iya, bener. Gak semua orang yang anak artis bisa punya aura, kan? Lo punya caranya sendiri buat menarik perhatian."

Akbar melanjutkan, "Tapi, serius deh, kita semua punya kelebihan masing-masing. Yang penting, lo tampil jadi diri sendiri. Kalo lo percaya diri, orang lain juga bakal ngerasain itu."

Vin mengangguk, "Oke, noted! Kita semua punya potensi jadi superstar dengan cara kita sendiri."

Roni tertawa, "Jadi, kita harus jadi superstar di bidang masing-masing ya, guys? Mungkin gua bisa jadi komedian terkenal."

Mereka bertiga tertawa, merasakan semangat baru untuk menjelajahi potensi diri mereka masing-masing, sambil memikirkan makanan yang akan di pesan.

Sambil berfikir mencari makanan yang enak, Vin tiba-tiba bertanya, "Eh, hari ini siapa nih yang mau traktir? Kita dah ngumpul lagi ini."

Akbar berpikir sejenak. Dalam hatinya, dia merasa sepertinya mereka sudah saling bergantian mentraktir. "Hmm, sepertinya kita bisa saling ganti-gantian, ya. Hari ini mungkin saatnya Roni yang traktir," jawabnya sambil tersenyum.

Roni mengangkat alis, "Eh, jangan-jangan lo mau ngeles, Nik! Gak bisa gitu dong!"

Akbar tertawa, "Enggak, enggak. Kita kan teman, jadi saling bantu. Lagipula, gua udah traktir kemarin-kemarin lalu. Sekarang Giliran lo, Ron!"

Vin ikut menambahkan, "Iya, Ron! Kita udah setuju untuk saling traktir, kan? Jadi, jangan khawatir, kita semua pasti dapat jatah."

Roni menghela napas, "Oke deh, ya. Tapi kalo gue traktir sekarang, lo harus siap-siap buat ngajak gua ke tempat makan yang enak!"

Mereka semua tertawa, merasakan kebersamaan yang semakin erat. Akbar merasa senang bisa berbagi momen ini dengan teman-temannya, sambil tetap menyimpan rahasia besar tentang identitasnya.

1
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😇🙏
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: sip mangat ya😁🙏
neerxlight: salam kenal juga kak
total 2 replies
arfan
semangat up terus bos
neerxlight: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!