Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kabar Buruk
Sang Sopir mobil box terlihat sangat panik. Dia dikerumuni warga dan dimintai untuk pertanggung jawabannya.
“Lalu saya juga harus ikut mengantar ke rumah sakit?” tanya si sopir pada warga.
“Lah iyalah bang. Kamu harus bertanggung jawab karena kamulah yang menabraknya!" Jawab salah satu warga.
"Saya akan coba membantu sebisanya. Tapi persoalannya saya masih belum selesai mengantarkan barang-barang ini. Nanti bos saya marah kalau sampai terlambat" Si Sopir mencari-cari alasan.
"Lebih baik kamu hubungi dulu bos kamu itu lalu jelaskan masalahnya. Siapa tahu bos kamu mau mendengarkannya dan lebih bagus lagi kalau bos kamu mau bertanggung jawab membiayai semua perawatannya dirumah sakit!" Sahut warga yang lain memberikan usulannya.
"Baiklah saya akan menghubungi bos saya dulu. Mudah-mudahan seperti apa yang saudara katakan!" Katanya pasrah.
Jam baru menunjukkan pukul 14.30 saat Smartphone milik Bapak H. Syukri Mashuri berdering menandakan ada panggilan masuk. Dia melihat nama karyawannya Andi yang biasa mengantarkan barang-barang dagangannya sedang menghubunginya.
"Wa'alaikum salam, iya ada apa An? Apa....? Bagaimana kejadiannya...? Dimana lokasi kejadiannya...? Terus sekarang korban dibawa kemana? Oke, oke, baik saya akan segera kesana!" Kata H. Mashuri kaget dan panik mendengar karyawannya telah menabrak seseorang.
Dia langsung berdiri lalu meminta maaf serta izin pamit duluan kepada para tamu yang berada ditempat itu karena ada suatu urusan yang sangat mendesak dan harus ditangani dengan segera. Setelah mendapat izin dari mereka dia langsung bergegas mencari keponakannya dan juga istrinya dia menceritakan secara singkat kejadian yang dikabarkan oleh karyawannya.
Selang beberapa saat setelah Bapak H. Syukri Mashuri meninggalkan kediaman keponakannya Ustadz H. Furqon.
Sedangkan sang korban kini diangkat ke mobil untuk segera dilarikan ke rumah sakit guna mendapatkan pertolongan yang intensif agar kondisinya yang kritis ini bisa cepat terlewati.
Setelah beberapa saat kemudian mobil yang membawa korban kini telah sampai di rumah sakit. Dia langsung disambut oleh para petugas rumah sakit lalu segera dimasukan keruangan IGD setelah itu seorang dokter wanita yang cantik masuk keruangan IGD, dia melihat pasien yang berwajah tampan itu sedang tak sadarkan diri, lalu dia memeriksa kondisi pasien secara teliti. Menurutnya luka-luka di sekujur tubuh pasiennya tidak terlalu parah namun telah terjadi benturan pada kepalanya inilah yang sangat serius dan harus segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal. Ringannya akan lupa ingatan dan parahnya akan menjadi gila.
Sebentar kemudian dia keluar dari ruangan IGD tersebut lalu dia bertanya pada orang yang membawa pasien ini.
"Siapa yang bertanggung jawab dan menjamin atas pasien ini?" Kata dokter.
"Saya dok! Emang kenapa dok?" Yunita Ayu Septiani maju mendekat sambil menggandeng kedua anaknya kearah dokter cantik yang tadi memeriksa korban.
"Lukanya sangat serius dan kami harus segera mengambil tindakan cepat. Pasien harus segera dioperasi dan anda harus menandatangani semua surat-surat ini. Bila tidak, kita tidak bisa mengambil tindakan selanjutnya, soalnya ini menyangkut nyawa pasien, bagaimana? Oh ya, maaf anda siapanya pasien? Kalau bukan siapa-siapanya lebih baik anda hubungi keluarganya segera?" Kata dokter panjang lebar.
Yunita Ayu Septiani menjadi bingung harus ngomong apa, kalau dia bicara yang sejujurnya takutnya akan dipersulit oleh pihak rumah sakit dan kalau dia berbohong akan bertentangan dengan hatinya tapi keadaan saat ini sangat genting dia harus bisa mengambil langkah yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa orang yang selama ini dikaguminya ditambah lagi karena Ustadz Adin pula nyawa anaknya bisa terselamatkan. Dia merasa sangat berhutang padanya. Setelah meneguhkan hatinya dia berkata dengan tegas sambil mengeratkan giginya agar tidak menjadi gugup.
"Saya istrinya, dok! Tolong selamatkan-lah dia dokter, Aku mohon! Berapapun biayanya saya pastikan akan membayarnya dok? Berikanlah perawatan yang terbaik baginya dok. Aku mohon?" Yunita Ayu Septiani mengucapkan kata-kata itu dengan linangan air mata yang membasahi wajah ayunya dan dalam hatinya ia berkata. "Maafkanlah saya Ustadz yang telah membohongimu, sudah mengaku-ngaku sebagai istrimu, saat ini aku tidak punya pilihan lain selain berkata seperti itu. Maafkanlah saya Ustadz karena aku, kamu menderita seperti ini...".
"Baiklah, kalau begitu segera ibu isi formulirnya. Tanda tangani surat-surat ini dan selesaikan juga administrasinya, kami pihak rumah sakit akan berusaha semaksimal mungkin, berdoalah kepada Tuhan yang maha esa agar operasi ini berjalan dengan lancar dan nyawa suami anda bisa tertolong!" Kata sang dokter sambil menyodorkan surat-surat itu.
* * "Flash Back On" * *
Setelah korban berhasil dievakuasi dan segera dibawa menuju kerumah sakit dengan mobil putih milik Yunita Ayu Septiani dan yang menjadi sopirnya adalah orang yang menabraknya tadi. Dengan ditemani dua orang warga yang tadi menggotong korban, salah satunya adalah sang pemilik warung es kelapa yang ditongkrongi Sang Ustad tadi. Yunita Ayu Septiani dan kedua anaknya juga ikut dimobil itu, mereka duduk dibagian depan. Dia telah meminta kepada pembantunya untuk segera pulang duluan dan melaporkan masalah kejadian ini kepada keluarganya agar segera menyusulnya kerumah sakit. Dia sangat cemas melihat kondisi orang yang paling dikaguminya kini pingsan, lemah tidak berdaya. Dia memeluk erat-erat kedua anaknya sambil berlinangan air mata, dalam hatinya dia selalu berdoa. ''Ya Allah, selamatkan-lah dia, Ya Allah!" Itulah kata yang diulang-ulangnya terus. Melihat air mata yang membasahi wajah cantik Mamahnya, anak laki-lakinya yang bernama Ibrahim biasa dipanggil dengan sebutan Baim bertanya padanya.
"Mah, kenapa mamah menangis? Apakah mamah kenal dengan paman tampan ini?" Tanya Baim dengan kepolosannya.
"Mamah sangat mengenalnya nak!" Yunita berkata jujur. Dan anaknya berkata lagi.
"Mah, coba lihat paman tampan ini sangat lucu deh, masa pingsan aja masih senyum!" Baim menunjuk kewajah orang yang pingsan itu. Kontan saja orang yang mendengarnya jadi tergelitik hatinya mendengar celotehan bocah kecil itu. Mereka ingin tertawa tapi suasananya tidak pas jadi yang mampu mereka lakukan hanya bisa nyengir dan mesem saja.
"Mah, Paman yang pingsan ini orangnya tampan dan mamah juga cantik kenapa gak pacaran aja lalu menikah, Baim-kan pengen punya papah lagi, iyakan Syah?" Seru Baim penuh harap dan meminta dukungan dari adiknya yang bernama Aisyah. Mamahnya yang ditanya begitu, jadi sangat malu mendengar ocehan anak laki-lakinya itu. Lalu ia menasehatinya.
"Hussst... Nak, kalau ngomong itu yang sopan! Baim tidak boleh ngomong sembarangan. Apalagi paman tampan ini sedang sakit, Baim tidak boleh mengganggunya, mendingan Baim doakan saja biar paman cepat sembuh!" Ujar Mamahnya dengan lembut sambil mengelus-elus kepala anaknya.
"Mah, kenapa gak telpon eyang sekarang? Eyang pasti sangat khawatir!" Kata Baim.
"Astaghfirullah nak, kok mamah nggak kepikiran dari tadi ya! Baru kepikiran setelah Baim mengatakannya!" Sahut mamahnya menepuk keningnya sendiri dan menciumi kedua kepala anaknya itu.
Mobil putih itu terus melaju menyusuri jalanan yang lumayan padat disesaki oleh para pengguna jalan dan dengan lincahnya sang sopir memilah dan memilih jalur tercepat untuk menuju ke rumah sakit.
Smartphone Bapak Kades Wawan Setiawan pun berdering menandakan ada panggilan masuk. Ternyata, putrinya Yunita Ayu Septiani yang menghubunginya. Dia berbicara dengan suara yang terbata-bata diiringi dengan isak tangisan sehingga membuat Bapak Wawan Setiawan menjadi sangat heran dan cemas mendengarkan suara putrinya yang kurang jelas ditelepon. Ia kemudian meminta putrinya untuk tenang dan bicara yang jelas agar bisa didengar olehnya. "Apa..........?" Sontak saja dia menjadi sangat kaget dan shock mendengar berita buruk itu. Jantungnya bagai copot dan tubuhnya gemetaran hingga Smartphone-nya terjatuh dilantai.
Semua tamu yang berkumpul bersama di Majelis Ta'lim itu juga terkejut melihat reaksi Bapak Wawan Setiawan yang hampir mau pingsan itu. Lalu mereka mengerumuni Bapak Wawan Setiawan meminta penjelasan dari berita apa yang baru saja diterimanya. Dengan bibir yang bergetar dan suaranya sedikit terbata-bata bapak Wawan menjelaskan tentang kabar yang baru saja ia terima kepada mereka.
"Aaapa.........!". "Inna lillah!". "Masya Allah". "Astaghfirullah!" Suara-suara para tamu itu menggema di Majelis Ta'lim dan membuat kaget para ibu-ibu dan para anak gadisnya yang berkumpul dirumah Umi Tiah.
"Ada apa...? Ada apa...? Ada apa...?" Sahut mereka resah dan bingung. Setelah diberi tahukan tentang kejadiannya mereka juga kaget dan shock berat. Tubuh mereka lemas bagai tanpa tulang bahkan para anak gadisnya menangis dengan hati yang perih dan yang paling menderita tentunya Umi Tiah sang kakak dia langsung jatuh pingsan setelah mendengar bahwa adik yang paling disayanginya kecelakaan tertabrak mobil dan kini dia sedang dilarikan kerumah sakit dalam kondisi pingsan. Begitu juga dengan Ustadz H. Furqon hampir sama keadaannya dengan istrinya untung saja dia seorang pria yang tegar dan tetap menjaga kesadarannya. Melihat suasana yang mengharukan dan memilukan itu dua orang kiyai sepuh berusaha menasihati semuanya agar tetap tenang dan jangan menambahkan lagi masalah yang sudah ada dengan yang baru. Mereka berdua mengajak kepada semuanya untuk berdoa kepada Gusti Allah agar Ustadz Adin masih bisa terselamatkan dan masalah ini cepat teratasi dengan mengharapkan bantuan dan pertolongan dari yang Maha Kuasa diatas segala-galanya.
* * "Flash Back Off" * *
Segera saja Bapak H. Syukri Mashuri bergegas menuju kerumah sakit yang lokasinya telah dishare melalui WA oleh karyawannya. Dia datang sendirian karena istrinya tidak mau ikut. Alasannya ia masih betah berada dirumah keponakannya Umi Tiah dan masih ingin berbincang-bincang dengan kedua istrinya pak kiyai dan kebetulan juga cs-nya berada disana.