Aku takkan pernah mengantarmu
pamit pada bait-bait puisi terakhirku ~
Hanya saja bila di batas kejenuhan
ini datang kembali,....
Tolong carikan aku secarik lirik
yang bisa membuatku bertahan
dengan keresahanmu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miphz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#26 Pernikahan Rini dan Samsul
"Lekas bergegas Mas, aku tidak mau telat di hari pernikahannya kak Rini," Rani sambil berlalu pergi keluar kamar.
" Sebentar sayang, kunci mobilnya lupa."
Jawab Vino.
"Hey, kalian tunggu ibu, ibu juga mau ikut!"
Terdengar suara teriakan dari ruang tamu.
Rani dan Vino membalikkan badan dan matanya membelalak melihat Ibu Anis yang sudah tampil rapi dengan perut yang semakin membesar.
"Ibu yakin? Ibu hamil tua lho, hanya menunggu hari saja ibu melahirkan, kalo tiba tiba disana ibu mules gimana coba?" Tanya Vino yang sebenarnya keberatan jika ibunya harus ikut.
Sedangkan Rani dan pak Hadi hanya diam.
Zahra dan Aldi gak mau tau, mereka kini sudah berada didalam mobil.
"Ibu kenapa sekarang kelihatan banget iri sama Kak Rani ya Kak?" Tanya Zahra.
"Gak tau, kita gak usah ikut campur, toh ibu juga gak pernah perhatian sama kakak kan, ngapain aku peduli," Aldi mengangkat alis dan tersenyum miring.
"Kakak udah selesai skripsinya?" Tanya Zahra mengganti topik pembicaraannya.
"Sudah, sebenarnya seminggu lagi wisuda, tapi kakak sengaja diam, kakak malu jika harus ibu yang datang," Aldi mengendus kesal.
"Wisuda aku......," Tiba tiba Zahra memposisikan duduknya ketika menyadari Ibunya membuka pintu mobil depan.
Rani kini duduk di kursi tengah berdampingan dengan Zahra, sedangkan pak Hadi bersama Aldi di kursi belakang.
Vino yang sebenarnya tak nyaman kini menyetir dengan ekspresi muka kaku.Sedangkan Rani hanya diam tanpa protes jika mertuanya sudah dengan kemauannya.
Rani sesekali melirik kaca depan hanya ingin melihat muka suaminya.
"Tenangkan pikiran serta hatimu Mas, yang ikhlas, supaya hatimu tenang," Batin Rani cemas.
"Vino!" Teriak Bu Anis tiba tiba.
Vino yang terkejut pun seperti ingin marah, namun dari belakang kurainya tangan Rani mencoba mengelus lengan Vino dengan lembut.Meskipun tak bisa dipungkiri semua juga ikut terkejut dengan aksi Bu Anis.
"Ada apa buk? Mengagetkan saja, pelan kan suaramu buk, itu sangat menganggu Vino yang sedang fokus menyetir," Pak Hadi pun merasa kesal dengan tingkah istrinya itu.
"Ibu juga baru aja lihat pak, kalian jangan lebay dong, orang hamil itu tidak boleh dibuat kesal, Rani mah belum sempat sampai hamil tua, jadinya gak tau kan apa yang dirasakan ibu jika semua menyudutkan ibu begini?!" Ucap Bu Anis sinis.
"Buk.....!!!!!!!!!" Jawab Vino dan Pak Hadi bersamaan.Mereka sangat kesal dengan ucapan Bu Mona, sedangkan Aldi dan Zahra juga hanya saling menatap tak menyangka ibunya seperti kembali mengingatkan menantunya yang baru saja kehilangan bayinya dan belum sempat perutnya membesar seperti dirinya.
"Sudah, sudah," Rani kembali mengelus lengan Vino sambil mengedipkan matanya kala tatapan Rani dan Vino bertemu.
Rani mencoba menata hatinya kembali setelah mendengar ucapan mertuanya itu.
"Bu, ibu mau apa, atau kenapa?" Tanya Rani.
"Gak jadi, harusnya ketika Ibu berteriak tadi kamu berhenti Vin!, gak peka banget kamu!"
Jawab Bu Anis yang malah menyalahkan Vino.
Vino hanya diam dan tak ingin ambil pusing, kini dia lebih memilih fokus menyetir.
Rani yang tak mendapat jawaban jelas dari Bu Anis kini kembali memposisikan duduknya dan kembali diam.
Kini di sepanjang perjalanan mereka hanya diam dalam sunyi, hanya ada suara mesin yang gemuruh di kabin.
Perjalanan mereka memakan waktu sampai dua jam, selama perjalanan Vino tak menggubris ke rempongan ibunya itu, meskipun dalam keadaan hamil.
Kini Vino memarkirkan mobilnya, disitu terpampang foto Rani dan Samsul berbalut kebaya warna hitam, dalam bingkainya dihiasi janur kuning yang semakin terlihat elegan tapi tetap mewah.
Gedung yang digunakan begitu luas, dan ternyata disitu pun banyak bodyguard Dafa.
Rani yang mengandeng Vino cepat cepat melangkah, mereka disambut Pak Slamet dan Bu Mona yang berbalut kebaya senada dengan Rini dan Samsul.
"Bu, cantik." Rani mencium ibu Mona lalu melayangkan senyum bahagianya.
"Kamu bisa saja, ayo ajak ibu dan bapak mertuamu ke tempat yang sudah kami siapkan nak!" Tutur Bu Mona.
Kini mereka duduk di kursi paling depan, disitu Rini dan Samsul menyambut keluarga Vino.
"Kak, selamat, jangan sampai lupa aku ini adikmu," Bu Anis mendekatkan ucapannya ditelinga Samsul.
"Jangan bikin malu Nis!" Samsul sedikit menekankan katanya.
Sedangkan Rani yang berlama lama memeluk Rini hanya bisa menangis haru.
"Kali ini yang terakhir, kakak harus bahagia, harus jadi tuan putri." Masih dengan pelukan yang semakin erat.
Samsul yang mendengar ucapan Rani hanya tersenyum dan memandang penuh haru melihat kakak beradik sedang beradu dalam haru.
Kini keluarga Vino kembali ke posisi tempat duduknya, dimana tempat itu persis didepan mempelai.
Acara berlangsung dengan sakral.Sesi foto yang sedang dilakukan berlangsung rusuh dengan kelakuan karyawan Samsul.
Mereka berebut tempat ingin disamping Rini yang begitu tampil cantik dan menawan.
Sedangkan Bu Mona dan Pak Slamet duduk bersebelahan dengan besan.
"Bagaimana Bu, sehat? Kandungannya juga baik kan?" Tanya Bu Mona.
"Alhamdulillah sehat Bu, tinggal menunggu hari." Bu Anis sambil melayangkan senyum manisnya.
"Semoga jadi sedikit obat untuk Rani nantinya ya Bu." Bu Mona sambil mengelus perut Bu Anis.
Bu Anis yang tak menjawabnya hanya melayangkan senyumnya.
Sedangkan Pak Hadi dan Pak Slamet membahas soal kebun serta peternakan yang mereka geluti.
Zahra dan Aldi sedang berkeliling menikmati hidangan yang beraneka ragam.Sedangkan Rani dan Vino ikut dalam keributan disesi foto.
Vino difokuskan dengan bodyguard yang berkeliling disetiap sudut ruang, Vino memperhatikan setiap wajah bodyguard yang semua memakai seragam, sepatu, serta memakai kacamata hitam, namun Vino bisa membedakan setiap postur wajah mereka.
Samsul yang melihat Vino kini menepuk bahu Vino.
"Eh Om." Vino membalikkan badan.
"Serius amat, nyari siapa? Tanya Samsul.
"Semua bodyguard di sini seperti bodyguard Dafa Om, lalu Dafa benar benar tak hadir kah?" Tanya Vino heran.
"Ini semua memang bodyguard Dafa, Dafa tak akan membiarkan pernikahan papanya berantakan, hal wajar bukan?" Jawab Samsul memastikan Vino tidak akan penasaran lagi soal bodyguard yang begitu banyak disudut ruang.
"Ayo kembali, gabung sama istrimu, ayo kita foto bersama!" Samsul mendorong pelan punggung Vino.
Vino yang hanyut dalam keseruan foto bersama itu, kini tak lagi mempedulikan bodyguard yang berseliweran.
Bu Anis yang mulai tak nyaman kini mulai berkeliling sambil melihat lihat nuansa gedung yang begitu indah itu.Memutuskan untuk tetap berkeliling disetiap sudut gedung.
"Bagus, konsep yang dibuat Rini gak sembarangan, pintar juga ngabisin duit kakakku." Senyum miringnya menampakkan tanda tak suka.
Sementara itu, Bu Anis tak luput dari para tamu undangan yang meliriknya.
Bu Anis yang sempat tak nyaman ingin kembali ke tempat duduknya, namun di berhentikan oleh bodyguard yang nampaknya sigap menangkap guci yang hampir terjatuh.
"Berhenti!" Sambil menahan Bu Anis.
"Maaf, ibu hampir saja menjatuhkan guci, tolong perhatikan langkahnya." Sambil membenarkan posisi guci.
"Ya elah,kamu gak tau saya ini siapa?" Bu Anis menantang.
"Maaf Bu, saya di sini menjaga acara ini sampai selesai tanpa ada sedikitpun kerusuhan ataupun insiden sekecil apapun, jadi saya mohon jangan buat keributan." Jordan mencoba menjelaskan.
"Saya ini adiknya yang punya acara, adiknya Pak Samsul bos kamu, saya akan adukan biar kamu di pecat!" Tantang Bu Anis tak sopan.
"Maaf Bu, saya antar ibu ke tempat sebelum kerusuhan ini menjadi pusat perhatian yang lain." Jordan mencoba membuka jalan untuk Bu Anis.
"Memangnya guci apaan, sampai kau berani memberhentikan adik dari bos kamu ha?" Kali ini suara Bu Anis di dengar tamu undangan lainnya.
Mereka fokus memperhatikan perut buncit bu Anis.Sedangkan Samsul yang melihatnya seperti ingin mendekat, namun tak mau Rini akan banyak tanya soal apa yang terjadi.
Samsul mencoba berpikir, kali ini dia akan mencoba dengan mengirim pesan kepada Bu Anis.
"Kembali ke tempat, sebelum kamu jadi pusat perhatian semua para tamu undangan!!! Samsul sangat khawatir jika akan merusak acara pernikahannya.
Bu Anis yang masih berdebat dengan jordan kali ini mengangkat guci yang akan dilemparkan.
"Jangan buang uang 100jt ku." Samsul menahan tangan Bu Anis.
Bu Anis yang kaget dengan pernyataan Samsul membuatnya melotot tak percaya.Bu Anis mengembalikan guci tersebut ketempatnya.Jordan segera membenarkan posisi guci tersebut.
Kini Bu Anis kembali ke tempat duduknya sambil bergelut dengan pikirannya,tak habis pikir dengan ucapan Samsul.
Bu Anis yang melihat kebahagian di keluarga Rani semakin membuatnya ingin menjadi adik kesayangannya Samsul kembali.
Namun dia tidak akan buru buru.Dia akan gunakan anak terakhirnya itu untuk merebut kembali hati Vino dan Samsul.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Mampir juga di novel ku ya kak/Rose/
selisih 12 tahun, yayaya
kalau selisih 16 tahun cocok ga ya?🤔🤔🤔
😆😆😆😂😂😂😂