Jeni, si pembuat onar itu itu julukan yang pas untuk jenifer,dia putri ke 3 dari pasangan Joshua martin dan yolanda vidia martin.
Ibunya sangat membenci jeni dia bahkan menganggap jeni anak sial,dulu waktu bayi ibunya bahkan tidak mau menyusui dan merawatnya,hanya sang ayah yang menganggapnya ada,dia selalu membuat onar di sekolahnya mencari perhatian dari sang ibu.
Sampai di pertemukan dengan CEO, keren dan cold,merasa tertantang untuk menakhlukkan sang CEO
Mampukan Jennifer menakhlukkan hati sang CEO, kita baca yuk kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilham Dzaki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Alex mengajak Jeni ke sebuah kafe yang lumayan nge hits di kalangan muda.
"Sudah pernah kesini?".
"Wih belum om, ini sih kafenya mewah banget, pasti menunya mahal mahal, mana ada duit untuk anak anak sekolah modelan kami." jawab jenifer dengan polos. Kalaupun punya uang mending untuk hal lain.
"Enggak juga, lihat disini lagi hits."Jeny Membaca nama kafe tersebut D journal cafe.
"Oke deh nanti gue rekomen ke teman teman."
Mereka menikmati makan siang dengan santai sambil membicarakan berlian yang masih proses.
Jeni makan dengan lahap, bahkan sampai ada yang belepotan di sudut bibirnya. Alex mengusap sisa makanan tersebut dengan jempol tangannya, membuat jenifer terhenyak kaget, mukanya memerah dengan perlakuan Alex barusan, sehingga suasana sedikit canggung.
Tanpa mereka ketahui Monalisa si primadona sekolah, juga ada di sana. Dia melihat jenifer makan bersama dengan om om, tapi gadis itu hanya melihat Alex dari belakang.
Mona mengambil gambar jeni yang sedang makan bersama dengan Alex, foto itu sungguh mendramatisir, terlihat tangan alex sedang mengelap sisa makanan yang belepotan di bibir jeni.
Jenifer memecah suasana yang awalnya canggung.
"Om, katanya kalau motor sudah jadi, om mau nantang si merah, ayo kapan?"
"Boleh, bagaimana kalau malam minggu. lo bisa ajak temen temen lo itu untuk meramaikan suasana."
"Siap, pak David bilang kita akan balapan di puncak, om ada rekomen tempat yang bagus dan menantang?"
" Ad, di bogor. sabtu sore kita berkumpul di perbatasan nanti Ronald yang akan memandu kalian. Gue akan berangkat dengan papa dan mama, mereka pasti nagih kalau tidak di ajak.".
🍁🍁🍁
Hari ini, dengan semangat 45 jenifer berangkat ke sekolah. dia sudah tidak sabar ingin memberitahukan kabar gembira itu pada yang lain. Tapi begitu di berjalan di koridor sekolah tersebut, banyak pasang mata yang menatap dirinya dengan sinis. Di sepanjang jalan mereka seperti melihat sampah yang harus di hindari, malah ada yang sampai meludahinya.
"kenapa sih mereka, apa ada yang aneh dengan penampilan gue." batin jeni, dia memeriksa pakaian, sepatu serta tas, tidak afa yang berubah samasekali.
Jeni berpapasan dengan monalisa, si mangga palsu. itu julukan yang pernah jeni berikan untuknya.
"Hei lihat, ada anak yang tidak di anggap keluarganya dateng, ck ck.ck. ternyata begitu cara lo supaya bisa sekolah di sekolah elit ini."
"apa maksud lo?" jeni heran darimana mona tahu kalau dirinya anak yang tidak dianggap.
prok prok prok. Mona bertepuk tangan sebanyak tiga kali.
"Semua murid di sini sudah tahu siapa lo, sudah lama menjadi sugar baby orang kaya." Monalisa menyindir Jenifer dengan sebutan sugar baby tanpa menoleh siapa dirinya, bahkan gadis itu mengoperasi buah mangganya untuk menyenangkan om om. dan pacar pacarnya yang resmi .
Jeni memutar bola matanya jengah, dia juga bingung darimana dia menyimpulkan kalau jenifer seorang sugar baby, apakah teman temannya. Jeni yakin kalau sahabatnya tidak mungkin berbuat seperti itu, mereka cuma bercanda.
Dina dan Dona mendekati jeni dan merangkul bahu sahabat mereka itu.
"Diam lo mangga palsu, bilang saja lo iri dengan jeni, bukannya elo yang sugar baby." Dona melontarkan kata pedasnya untuk mona.
"Hello, mona tidak perlu jadi sugar baby dulu kalau cuma pengen punya pacar, banyak yang ngantri keles, tu lihat foto lo, terpampang besar di sana, haha si tomboy bar bar jenifer ternyata seorang sugar dady, dia mencari uang untuk sekolah di smu garuda ini dari hasil menyenangkan nafsu om om hidung belang." Mona membaca tulisan yang tertera di spanduk besar itu.
Tadi malam dia dan jesslin menyuruh orang untuk memasang spanduk itu di sekolah, kenapa Mona bisa kenal dengan jesslin, karena kakak nya satu kampus dengan jesslin dan kemaren mona bercerita peristiwa di cage dengan kakaknya, kebetulan jesslin ada di sana.
Sofyan dan rendi sudah naik ke lantai 3 dan menggunting spanduk tersebut hingga jatuh ke tanah.
"Hahaha, para bodyguard beraksi, tapi tenang semua sudah melihat dan membaca, tunggu saja, pasti lo akan di keluarkan dari sekolah ini." cibir mona.
"Mon lo lihat tadi om om itu mengelap bibir si tomboy dengan mesra, ih om makasih ya nanti akan eike servis dengan baik." luna sahabat mona juga ikut ikut mencibir jeni dengan kata kata bohong.
Jiwa bar bar jeni muncul, dia langsung mendorong luna, dan meremas mangga palsu Mona, hingga mona meraung kesakitan, silikonnya pecah sebelah.
"Arghh, dasar jalank, ah sakit." Ada cairan merembes di kemeja sekolah mona, cairan bercampur darah.
Luna segera menolong mona.
"Antar gue ke rumah sakit, dan kalau kalian perlu bukti kalau dia sugar dady datang saja ke cafe D journal. tanyakan ke pelayan disana, serta pasti ada cctv disana arghh."
Mona masih sempat sempat ya mencela jenifer disaat keadaannya yang sudah memprihatinkan.
"Sial pecah mangganya, bisa di hukum gue," keluh jenifer.
"Emang mulutnya ember sekali , ayo kita ke kelas!" Dina mengajak jeni ke kelas mereka, meski banyak tatapan yang misterius dia dapatkan.
Belum jauh jeni melangkah, mereka di panggil guru BK.
"Jeni, pak Ahmad memanggilmu ke ruangannya." Reyhan ketua osis itu memanggil jenifer.
"Oh." jawab jeni singkat.
"Hati hati jen, kami akan selalu mendukungmu, ayo kita sama sama ke ruang Bk, kita bantu klarifikasi." Dona menyemangati sahabatnya itu. mereka berjalan bersama ke ruang BK. Dina dan Dona mulai mengorek keterangan dari jeni perihal gambar tadi.
"Jen, memang kemaren lo ke kafe itu?" dona mulai angkat bicara.
"Iya. kemaren gue ke kantor om Alex, mengantar motornya yang sudah selesai, dan dia mengajak gua makan di D journal kafe itu, mungkin saja si Mona lihat tapi dia salah faham, palingan kalau tahu om om itu adalah om Alex, dia akan nempel kaya perangko." Jeni menceritakan kejadian kemaren pada Dona dan Dina.
"Wih, jadi yang ada di spanduk itu om Alex." Dina kaget.
"Ih jadi pengen, kalau om omnya om Alex mana romantis lagi, din lo lihat kan bahkan om Alex membersihkan mulut jeni,ih." Dona jadi gemes dan menutup muka dia dengan kedua tangannya.
Akhirnya mereka sampai di ruangan pak Ahmad.
"Permisi pak!" jenifer masuk kedalam.
"Masuk, dan duduk?" pak Ahmad meminta jenifer duduk serta mengeluarkan gambar jeni dan Alex seukuran kertas A4.
"Apa maksud dari berita ini, dan kabarnya kamu juga menyakiti temanmu?" tanya pak Ahmad dengan tegas, beliau ingin segera menyelesaikan masalah itu dengan tuntas.