"Aku akan membantumu!"
"Aku akan mengeluarkan mu dari kehidupanmu yang menyedihkan itu! Aku akan membantumu melunasi semua hutang-hutang mu!"
"Pegang tanganku, ok?"
Pada saat itu aku masih tidak tahu, jika pertemuan ku dengan pria yang mengulurkan tangan padaku akan membuatku menyesalinya berkali-kali untuk kedepannya nanti.
Aku seharusnya tidak terpengaruh, seharusnya aku tidak mengandalkan orang lain untuk melunasi hutangku.
Dia membuat ku bergantung padanya, dan secara bersamaan juga membuat ku merasa berhutang untuk setiap bantuan yang dia berikan. Sehingga aku tidak bisa pergi dari genggamannya.
Aku tahu, di dunia ini tidak ada yang gratis. Ketika kamu menerima, maka kamu harus memberi. Tapi bodohnya, aku malah memberikan hatiku. Meskipun aku tahu dia hanya bermaksud untuk menyiksa dan membalas dendam. Seharusnya aku membencinya. Bukan sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Selamatkan Aku, Elio
Seperti ini lagi.
Sekelilingnya terlihat gelap, bahkan dia tidak bisa melihat apapun. Luna melangkahkan kakinya, dia bisa merasakan itu adalah sebuah terowongan.
Dia tidak tau kenapa bisa ada di sana, dan arah mana yang harus dia tuju. Yang dia tahu dia harus terus melangkah.
"Seolah menyusuri jalan yang tak berujung, dan hanya itu yang harus ku lakukan. Terus berjalan.." gumam Luna.
Dia ingat. Dia ingat tempat itu, dan karena itu secara tidak sadar dia menjadi tergesa-gesa. Karena dia mengetahuinya.
Seperti waktu itu, dia tahu siapa yang sedang menunggunya di ujung sana. Dia berlari, terus berlari untuk mengejar cahaya yang menantinya di depan sana.
"Saudara Harley William dengan tuduhan malapraktik dan pembunuhan berencana, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.."
"Pembunuh!!"
"Tidak berhati nurani!!"
"Kau adalah putri seorang pembunuh!"
"Kau tidak pantas berada di dunia ini!"
"Matilah kau!!"
Luna menghentikan langkahnya. Suara-suara yang terus menyerangnya membuat kepalanya serasa akan meledak.
Tubuhnya sangat gemetar. Kakinya melemas. Tubuhnya ambruk dalam seketika setelah merasakan sebuah benda tajam menembus perutnya.
"Kau harus melunasi hutang-hutang mu!"
Tusukannya semakin dalam. Dia tidak dapat merasakan tangan dan kakinya. Napasnya menjadi tak beraturan.
"Siapapun, tolong aku~" lirih Luna.
"Tolong.."
"Tolong selamatkan aku.."
Luna menangis. Dia tidak dapat membedakan apakah ini nyata atau hanya mimpi. Tapi rasa sakit di perutnya membuktikan kalau itu bukan sekedar mimpi. Semua itu nyata.
'Siapa yang bisa menolongku di saat seperti ini?'
"Ugh"
Sekali lagi. Tusukannya bertambah. Kini benda tajam yang lainnya menembus dadanya. Dia tidak bisa melihat bagaimana keadaan tubuhnya saat ini karena kegelapan yang menyelimuti nya.
Sakit. Sangat sakit. Dia ingin berteriak, tapi ada sesuatu yang mencengkeram erat lehernya. Mencekiknya dengan sangat kuat. Dia kesulitan bernapas, apalagi untuk berteriak. Mustahil.
"E~Elio.." lirihnya.
"To~tolong aku.."
"Tolong selamatkan aku, Elio~"
Elio menatap Luna yang terus menggumam kan namanya, dengan suara frustasi yang memenuhi ruang tamu luas itu.
Lengannya yang mengeras karena kepalan di tangannya itu, terus dirangkul oleh tangan dingin milik Luna.
Big yang berdiri di sebelah sana tak dapat berbuat apa-apa. Dalam hati dia sudah memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Elio akan menghempas tangan Luna. Itu yang dia pikirkan.
Benar.
Tanpa perasaan, tanpa belas kasihan, Elio menghempas tangan Luna.
"Tidak lagi. Aku sudah membiarkanmu menyentuhku waktu itu.." gumam Elio.
"Aku bukan orang yang sebaik itu untuk kau mintai tolong.."
Elio berjalan ke arah jendela besar di sebelah sana. Dia hanya berdiri dan menatap kosong ke halaman. Pandangan yang tidak dapat dibobol sedikitpun. Tentang apa yang sedang ada di kepalanya. Entah dia sedang memikirkan sesuatu atau tidak.
Tapi semua tidak berlaku untuk Big. Mungkin dia tahu apa yang ada di dalam pikiran Elio saat ini. Dia tahu apa yang telah terjadi. Dan dia yakin, Elio pasti sedang goyah saat ini.
Atau mungkin salah.
"Sampai orang itu berada di tanganku, dan aku mendengar semuanya sendiri.." gumam Elio.
"Aku tidak akan melepaskan Harley.."
Elio berbalik dan menatap Luna yang berbaring di sana dengan tubuh babak belurnya.
"Ataupun gadis itu.."
Elio mengepalkan tangannya, rahangnya tampak mengeras.
"Dingin~"
"Selamatkan aku, Elio.."
Dalam mimpi buruknya, Luna masih menggumam kan kalimat itu. Dengan tubuh yang semakin gemetar dan tangis yang juga semakin keras.
Big yang semakin tak tega pun mendekat dan menyentuh kening Luna.
"Suhu tubuhnya semakin menurun," ucapnya.
"Anda harus membawanya ke rumah sakit. Nyawanya bisa terancam kalau dibiarkan seperti ini.." tutur Big.
Elio tertawa pelan.
"Bagus, kan? Aku tidak perlu repot-repot untuk membunuhnya. Dan sebagai gantinya aku akan memberikan pemakaman yang layak!" cetus Elio.
"Elio!" bentak Big.
Elio tertegun.
Dia tidak pernah mendengar Big meninggikan suaranya, bahkan pada bawahannya sekalipun. Tatapan seperti itu juga tidak pernah dia lihat pada mata Big. Tatapan frustasi dan juga kekecewaan.
Big membalut tubuh Luna dengan selimut, lalu menariknya dalam dekapannya.
"Apa yang sedang kau lakukan?!" tekan Elio.
"Kau yang paling tau bagaimana rasanya. Kau juga pernah mengalami hal yang sama. Tapi lihatlah tubuhnya. Dengan tubuh mungil yang seolah akan hancur saat di sentuh, bagaimana bisa dia menerima dan menahan semua ini?"
"Kau akan benar-benar menyesal kalau semua ini hanyalah kebohongan!"
"Tapi bagaimana kalau semuanya ternyata benar?" tukas Elio.
"Bagaimana caraku mendapat keadilan untuk Ayah ku?"
"Tidak bisakah kau bersikap baik padanya hingga sampai semuanya terbukti?" tanya Big.
"Kau menyukai gadis itu? Kenapa kau sangat membelanya?"
"Kau lupa? Adik perempuan ku juga mati karena dipukuli.."
Elio terdiam. Dia mengusap wajahnya dengan gusar.
"Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri.."
"Lepaskan dia!"
Elio mengambil alih tubuh Luna, menggendongnya untuk naik ke kamarnya yang ada di lantai atas.
"Mau kau apakan dia? Aku sudah menyarankan mu untuk membawanya ke rumah sakit!" tutur Big.
Elio menghentikan langkahnya.
"Cara bicaramu.. Apa kau sudah lupa kalau aku atasanmu?" tegur Elio.
"Aku lebih tua darimu!" tukas Big.
Elio berbalik dan tersenyum miring.
"Terserah mu saja.." ucapnya.
"Rumah sakit kau bilang? Apa kau ingin menarik perhatian?" lanjut Elio, kemudian berbalik dan melanjutkan langkahnya.
"Dan jangan lupa kalau aku ini mantan dokter!"
mampir juga dong ke karya terbaruku. judulnya "Under The Sky".
ditunggu review nya kaka baik... 🤗