HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN, PASTIKAN UDAH PUNYA KTP YA BUND😙
Bosan dengan pertanyaan "Kapan nikah?" dan tuntutan keluarga perihal pasangan hidup lantaran usianya kian dewasa, Kanaya rela membayar seorang pria untuk dikenalkan sebagai kekasihnya di hari perkawinan Khaira, sang adik. Salahnya, Kanaya sebodoh itu dan tidak mencaritahu lebih dulu siapa pria yang ia sewa. Terjebak dalam permainan yang ia ciptakan sendiri, hancur dan justru terikat salam hal yang sejak dahulu ia hindari.
"Lupakan, tidak akan terjadi apa-apa ... toh kita cuma melakukannya sekali bukan?" Sorot tajam menatap getir pria yang kini duduk di tepi ranjang.
"Baiklah jika itu maumu, anggap saja ini bagian dari pekerjaanku ... tapi perlu kau ingat, Naya, jika sampai kau hamil bisa dipastikan itu anakku." Senyum tipis itu terbit, seakan tak ada beban dan hal segenting itu bukan masalah.
Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Selesai perdebatan mereka, Siska hanya berusaha menerima keputusan Kanaya. Lagipula gaji Kanaya sebenarnya bisa saja membuatnya hidup, akan tetapi Siska takut kebahagiaan yang kerap Kanaya khayalkan ketika menikah, luntur begitu saja jika dia memilih Ibra.
"Pulanglah, aku harus tetap di sini," tutur Kanaya dengan wajah lesunya, bukan karena lesu gagal menerima serangan Ibra, akan tetapi dia hanya merasa hari ini mengecewakan Siska juga.
"Huft, sudah kukatakan cari tempat tinggal sendiri ... kamu ngeyel, Nay," celetuk Ibra menatap lekat wajah lawan bicaranya, pria itu menghela napas pelan, kembali mengingat bagaimana Siska membombardir Kanaya dengan berbagai serangan.
"Itu terlalu berlebihan, Ibra, kan cuma sebentar."
Tak berselang lama, Siska juga kini keluar. Dengan wajah memerah dan kening benjol, sungguh hal yang sangat pantas untuk dihina, pikir Ibra.
Rasanya sulit sekali dia meninggalkan Kanaya lagi, pria itu merasa ada hal yang seakan melarangnya untuk pergi saat ini. Entah karena wanita itu atau hal lain yang sejak dulu Ibra inginkan.
"Kau pulang dulu, izinkan Kanaya di sini tanpa gangguan untuk sementara waktu."
Menyebalkan sekali, kenapa sesulit itu mengusir pria ini dari tempat tinggalnya, pikir Siska kesal luar biasa.
"Kenapa begitu?" tanya Ibra polos, tanpa merasa bersalah dan bahkan semua baik-baik saja di matanya.
"Persiapkan apa yang perlu dipersiapkan, tunjukkan pada kami kalau memang kau pantas bertanggung jawab sebagai suami untuk Kanaya," Ucap Siska menatap tajam Ibra, pria itu masih menatap datar Siska seakan mengejek semua bentuk amarahnya.
Kanaya malu sebenarya, andai saja Siska tahu apa saja yang Ibra berikan sejak pertemuan kedua mereka, maka sudah tentu wanita itu akan tutup mulut dan menerima Ibra tanpa tapi.
"Baiklah, tunggu saja ... kau cukup diam dan jangan meracuni otaknya untuk lari dariku," ancam Ibra dengan suara santai namun dingin luar biasa, aura permusuhan seakan menggebu dibalik punggung kedua manusia itu.
Membiarkan Ibra pergi lagi, Kanaya hanya mengangguk pelan ketika Ibra kembali menekankannya untuk menjaga makan dan jangan pernah keluar malam.
"Aku pergi, Naya."
"Hm, hati-hati," jawab Kanaya singkat, sedikit geli sebenarnya ketika pria itu berbicara begitu lembut di depan Siska yang tengah melotot tak suka pada Ibra.
"Dan kau!! Jaga calon istriku."
Idih, berani sekali dia menunjuk wajah tuan rumah. Siska sampai bingung siapa manusia yang ada di hadapannya ini, bisa-bisanya Kanaya mengenalnya.
BRAK
"Siska! Maaf aku terlambat! Ada apa ini?"
Belum sempat Ibra keluar, Lorenza masuk setelah membuka pintu dengan kekuatan penuh. Desakan Siska yang memintanya untuk segera datang membuat wanita itu tergesa-gesa tentu saja.
BRUGH
Karena terburu-buru, Lorenza menambrak Ibra dan wajahnya tepat terbentur di dada Ibra. Pria itu bahkan terpejam menahan sedikit rasa linu yang tiba-tiba menyerangnya.
"Pakai matamu, Nona," ucap Ibra sembari menatap tak suka pada Lorenza, wanita itu menganga begitu dia mendongak dan memastikan siapa yang ia tabrak.
"K-kau?"
"Aawwww!! Kasar sekali," keluh Lorenza kala Ibra melewati Lorenza hingga wanita itu hampir terjatuh.
Sengaja menabrak balik Lorenza dan tak peduli teriakan wanita itu. Yang ia pedulikan hanya segera kembali dan memastikan perintahnya pada Gavin telah terlaksanakan.
BRAK
"Astaga, maaf, Siska."
Entah bagaimana nasib pintu itu, setiap orang yang keluar masuk selalu dengan emosi, pikir Kanaya mengelus dadanya.
"Kanaya, dia yang waktu itu kan?" tanya Lorenza mencoba mengingat-ingat siapa Ibra, wajahnya familiar dan dia sama sekali tidak akan salah.
"Waktu itu? Kamu kenal siapa dia, Lorenza?"
Matilah Lorenza, dia lupa menceritakan fakta itu pada Siska setelah mereka meributkan masalah perubahan sikap Kanaya. Wanita itu sejenak mengigit bibir dan bisa dipastikan Siska akan murka setelah ini.
"Lorenza!!!"
"I-iya, bukan kenal tapi cuma sekadar pernah lihat, Siska ... dia adalah cowok yang Kanaya temui tiga minggu lalu, tapi selebihnya aku tidak paham lagi."
Penjelasan Lorenza membuat Siska kembali naik pitam, dan dengan bodohnya kenapa Lorenza izinkan. Marah sekali rasanya Siska, memiliki dua sahabat yang sama bodoohnya.
"Bagus jika kita sudah berkumpul di sini, kamu tau kan Kanaya apa maknanya?"
Persahabatan mereka biasanya anti rahasia, dan saat ini sudah jelas Kanaya akan diserang berbagai pertanyaan karena telah menyembunyikan fakta besar dari mereka, terutama Siska.
"Hm, paham."
-
.
.
.
Sementara di tempat lain, Ibra bukan diam saja. Dengan kinerja Gavin yang memang patut diandalkan, Ibra hanya menikmati waktu beberapa hari sebelum dia menjadi suami.
Perhiasan, Ibra mencari sendiri dan menyesuaikan kehendaknya. Senyumnya terbit kala menemukan cincin yang dia rasa menggambarkan sosok Kanaya.
"Tunangan, Ibra?" tanya wanita cantik yang berada di hadapan Ibra, wanita itu memperlihatkan semua koleksi terbaik yang ada di tokonya.
"Pernikahan," jawabnya santai, tanpa melihat wanita itu dan fokus akan pilihannya.
"What? Nikah? Aku tidak salah dengar?" tanya wanita itu ragu, jawaban Ibra mengguncangkan dunia dan hatinya tentu saja.
"Tidak, memang benar begitu."
"Bagaimana kalau yang ini? Hanya ada satu dan ini akan sangat indah jika tersemat di jari wanita yang kau cintai." Wanita itu menunjukkan koleksi terbaik diantara yang paling baik, cantik dan itu sangat-sangat indah kala Ibra perhatikan.
"Jarinya lentik, mungil dan sangat-sangat indah."
Membayangkan jika cincin itu tersemat di jemari Kanaya, pria itu menarik sudut bibir kala yang muncul di otaknya justru wajah Kanaya.
"Sialan, kenapa denganku." Ibra menggerutu dalam hati, pria itu menepuk kepalanya berkali-kali.
"Bagaimana Ibra? Apa kau kurang suka?" tanya wanita itu memastikan, selera Ibra tinggi luar biasa walau berkenaan dengan kaum wanita.
"Suka, baiklah aku ambil."
Tak perlu banyak berpikir, dan ini sangat menguntungkan para pelaku bisnis. Kedatangan Ibra bak kedatangan saudagar bagi mereka, tidak pernah menawar bahkan memberikan harga lebih jika dia menyukai produk mereka.
Drrt Drrt Drrt
"Hallo, ada apa?" tanya Ibra lugas pada pria yang kini menghubunginya.
"Wali nikahnya siapa? Kakak atau masih punya orangtua, Tuan?"
Pertanyaan sulit dan kenapa Ibra mendengarnya jadi sakit, teringat bagaimana ucapan Adrian dan Abygail malam itu. Ibra mengeraskan rahangnya, ingin sekali dia meluapkan kemarahannya di sini tiba-tiba.
"Tanpa wali," jawab Ibra tegas, dia tidak ingin membuat Kanaya kembali memohon pada keluarga mereka, ini akan lebih baik dan tidak akan membuat Kanaya semakin hina.
"Maksudnya, Tuan? Nona muda yatim piatu?"
"Iya, anggap saja begitu."
Terserah mau bagaimana nanti, demi Tuhan Ibra dendam sekali. Perlahan namun pasti, dia akan membuat keluarga itu mengerti dan paham bahwa Kanaya tidak patut mereka perlakukan bak hewan peliharaan.
**TBC
Dimohon sabar, karena nikahnya Ibra harus ngundang Zayn Malik😙**