Revina di jebak oleh kakaknya sehingga ia harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Felix yang baru saja keluar dari penjara hari itu tiba-tiba dipaksa menikah dengan seorang wanita.
Jasee merasa hidupnya akan sangat bahagia jika ia menikah dengan seorang laki-laki tampan dan kaya.
Sean menikah dengan siapapun itu tidak penting lagi untuk dirinya. Ia mengganggap wanita itu semua sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Bisa Janji
Pukul sembilan malam, Revina dan Felix sudah sampai di rumah. Revina menuju dapur untuk menyusun barang belanjaannya. Sedangkan Felix langsung masuk ke dalam kamar setelah meletakkan barang-barang yang mereka beli ke dapur.
Saat ini Revina sedang menikmati perannya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Dulu, Revina sempat berpikir jika nanti ia sudah menikah, ia akan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Membuat sarapan untuk suaminya di pagi hari, memasak makan siang dan malam, menyiapkan pakaian untuk sang suami dan melayani setiap kebutuhan suaminya. Revina tersenyum sendiri mengingat keinginan yang baru hari ini terwujudkan.
Setelah selesai dengan urusan di dapur, Revina masuk kedalam kamar. Sejenak ia tertegun melihat Felix sudah terlelap di tempat tidur. Revina berjalan mendekati ranjang. Ia masih berdiri di samping tempat tidur. Sepertinya Revina ragu untuk berbaring di sana.
"Tidurlah. Jangan terlalu banyak berpikir." suara Felix mengejutkan Revina. Tiba-tiba saja pria itu membuka matanya.
"Jangan memikirkan perkataan wanita tadi. Aku tidak akan melakukan itu pada mu." ucap Felix ketika melihat Revina masih tidak bergerak di tempatnya berdiri.
Astaga. Bagaimana pria ini bisa tau apa yang kau pikirkan. Kata Revina dalam hatinya karena benar yang di katakan oleh Felix. Revina memikirkan kata-kata wanita itu yang menyuruh Felix untuk membuatnya hamil. Revina bergidik ngeri membayangkan jika itu sampai terjadi.
Felix memutar badannya, berbaring membelakangi Revina dan memejamkan mata berpura-pura tidur. Karena merasa lelah, akhirnya Revina menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur di samping Felix. Sudah tidak ada pilihan lain bagi Revina saat ini selain berbagi dengan pria yang sudah enam bulan menjadi suaminya.
Seandainya pun terjadi sesuatu antara ia dan Felix, tidak akan ada siapapun yang akan menyalakannya. Toh mereka sudah sah menikah sebagai suami istri.
Apa yang aku pikirkan !. Revina mengetuk kepalanya sendiri mengusir pikiran yang tidak-tidak. Kemudian Revina memutar badannya, berbaring membelakangi Felix. Karena sudah mengantuk, akhirnya Revina tertidur juga.
*
Revina terbangun saat hari masih gelap. Ia lalu keluar kamar, mencuci muka dan langsung menuju dapur. Revina mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan. Seperti sebuah penyegaran untuknya saat ini. Aktivitas biasanya yang sudah hampir dua tahun ia jalani kini berubah. Ia tidak perlu memikirkan takut akan terlambat masuk kerja, membuat laporan sesuai deadline dan memperbaiki pekerjaan yang salah. Kini Revina merasa bebas dari tekanan kerja dan ia bisa melakukan apa yang ia inginkan.
Satu jam kemudian, Revina sudah selesai dengan masakannya. Ia langsung masuk ke kamar mandi karena merasa tubuhnya berkeringat.
"Astaga. Aku lupa membawa pakaian ganti." Revina berbicara pada dirinya sendiri saat ia selesai mandi dan menyadari tidak membawa pakaian ganti.
Revina membalut tubuhnya dengan selembar handuk yang menutupi bagian dada sampai ke atas lututnya. Sehingga menampakkan pundak dan kaki mulusnya. Revina berjalan mengendap membuka pintu kamar berharap Felix masih tidur.
"Syukurlah, dia belum bangun." Revina berjalan perlahan menuju lemari untuk mengambil pakaian dan segera memakainya.
Revina merasa lega setelah berpakaian. Kemudian ia mengoleskan krim di wajah dan menyisir rambutnya yang masih basah. Ia melihat ke arah Felix yang masih tidur sebelum keluar dari kamar.
Felix membuka mata setelah mendengar suara pintu tertutup. Ia mendudukkan tubuhnya di tempat tidur sambil meraup wajahnya kasar. Felix menghembuskan napas prustasi.
"Jika begini terus, aku tidak bisa janji tidak membuat mu hamil." gumam Felix karena ia melihat semua apa yang di lakukan oleh Revina di dalam kamar tadi. Dan pemandangan itu kini terus bermain di kepalanya.