"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pasca Perjanjian [I]
Aurora menatap beberapa pelayan yang berlalu-lalang keluar masuk ke dalam kamar Pangeran Felix. Sesuai dengan apa yang Pangeran Felix katakan tadi, mulai hari ini, Aurora juga akan menempati kamar sang Pangeran, jadi beberapa keperluan Aurora juga disiapkan di dalam sana.
"Kenapa ini terkesan seperti sedang mempersiapkan kamar pengantin baru, ya?" gumam Aurora tanpa sadar.
******
Sebenarnya, tidak ada yang beda antara sebelum dan sesudah perjanjian darah tersebut. Karena sebelum ataupun setelah perjanjian darah tersebut, tugas Aurora masih sama, masih seputar mengurus kebutuhan dan keperluan Pangeran Felix.
Hanya saja yang membedakannya sekarang, Aurora jadi benar-benar selalu berada di dekat Pangeran Vampir itu.
Dan tugas memberikan darahnya sebagai menu santapan sang Pangeran menjadi lebih sering lagi. Bahkan bisa dibilang, darah Aurora sudah seperti menu utama!
Setelah menjalani berbagai aktivitas panjang seharian, Aurora rasa tubuhnya akan ambruk sekarang juga.
Langit sudah mulai gelap, namun masih banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan. Terlebih lagi, ia harus menunggu sampai si Pangeran Vampir selesai dan keluar dari ruang rapat istana.
Aurora kurang mengerti masalah apa yang sedang terjadi di kaum vampir, tapi dari apa yang ia dengar-dengar, Pangeran Felix baru saja menghukum beberapa pejabat istana yang melakukan kecurangan, selain dihukum, keluarga mereka juga mendapatkan sanksi sosial.
"Dia benar-benar kejam dan tidak segan-segan menghukum orang!" gumam Aurora lalu bergidik ngeri.
Sembari menunggu si Pangeran Vampir selesai dengan urusannya, Aurora berencana untuk berkeliling di sekitar taman belakang, sekalian mencari udara segar dan mengusir kantuknya.
Angin malam yang bertiup pelan menerpa wajah Aurora, terasa sangat sejuk.
Dengan langkah yang sedikit dipercepat, Aurora semakin mendekati area taman.
Sepertinya, malam ini semesta sedang berpihak padanya. Malam ini, langit nampak begitu cerah, dengan taburan bintang dan sinar rembulan yang mengusir gelapnya malam.
Aurora menjulurkan tangannya, seolah-olah ingin menyentuh langit yang tampak sangat indah itu.
Perlahan, mata bening gadis itu mulai berkaca-kaca, jika sudah seperti ini, ia akan kembali teringat pada kehidupannya sebelum peperangan terjadi.
Langit malam yang seindah ini pasti akan ia saksikan bersama keluarganya.
"Jangan nangis lagi, dong!"
Aurora berusaha untuk menyeka butiran bening yang tak bisa ia tahan lagi. Dadanya terasa sangat sesak.
Alih-alih mendapatkan sebuah ketenangan, ia malah dilanda kerinduan yang begitu mendalam sekarang.
Gadis itu duduk di kursi taman. Melepaskan sesak yang memenuhi dada. Sesekali ia kembali mendongak, menatap langit, bertanya-tanya, kenapa dia harus berada di situasi ini?
Rasa lelah yang bercampur dengan kegundahan hati membuat Aurora lupa diri. Padahal ia sudah berjanji akan menjadi gadis yang tangguh, tapi sayangnya baru beberapa hari, ia kembali rapuh.
Saking larutnya, Aurora sampai tidak menyadari saat Pangeran Felix duduk di sebelahnya, menatapnya penuh keheranan.
"Apa yang terjadi?" tanya Pangeran Felix mengangetkan Aurora. Reflek gadis itu langsung menyeka air matanya.
"Ti-tidak ada, Tuan," jawab Aurora gelapan.
Tentu Pangeran Felix tidak langsung percaya dengar jawaban Aurora, karena jawaban yang baru saja Aurora berikan bertolakbelakang dengan keadaannya sekarang.
"Ayo masuk, di sini sangat dingin!"
Pangeran Felix berdiri terlebih dahulu, lalu disusul oleh Aurora.
Namun, belum sempat mereka melangkah meninggalkan kursi taman. Tubuh Aurora tiba-tiba saja terkulai lemas dan hampir saja jatuh ke tanah jika Pangeran Felix tidak segera menangkapnya.
"Aurora?"