NovelToon NovelToon
Late To Love

Late To Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:261k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Reyn Salqa Ranendra sudah mengagumi Regara Bumintara sedari duduk di bangku SMA. Lelah menyimpan perasaannya sendiri, dia mulai memberanikan diri untuk mendekati Regara. Bahkan sampai mengejar Regara dengan begitu ugal-ugalan. Namun, Regara tetap bersikap datar dan dingin kepada Reyn.

Sudah berada di fase lelah, akhirnya Reyn menyerah dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Pada saat itulah Regara mulai merindukan kehadiran perempuan ceria yang tak bosan mengatakan cinta kepadanya.

Apakah Regara mulai jatuh cinta kepada Reyn? Dan akankah dia yang akan berbalik mengejar cinta Reyn?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Cinta Yang Besar

Reyn menatap Rega yang kini berada di sampingnya. Lelaki itu selalu membantunya dalam mengerjakan laporan yang tidak dia mengerti. Selalu ada tanpa dia minta.

"Selesai."

Kini, Rega menatap ke arah Reyn yang masih menatapnya. Dia melengkungkan senyum dan mengusap lembut pipi wanita yang belum menjawab ungkapan hatinya tersebut.

"Percuma ya kamu punya asisten kalau pekerjaan asisten kamu aja kamu yang ngerjain."

"Kamu bilang apa sih?"

Rega sudah memutar tubuhnya. Dia menatap Reyn dengan begitu dalam.

"Sebagai seorang atasan harus bisa mengajarkan juga. Bukan hanya bisanya nyuruh doang."

Rega pun tersenyum. Semakin hari dia melihat wajah Reyn semakin pucat. Dan Reyn sering memegang dadanya.

"Kalau kamu capek, kamu bilang, ya. Lebih baik kamu istirahat dan aku yang akan menghandle semuanya."

"Enggak, Kak."

Percakapan mereka jika tengah berdua sudah tak memakai bahasa formal lagi. Rega yang berusaha keras untuk selalu mencairkan suasana.

"Aku gak mau makan gaji buta."

"Harusnya kamu gak usah capek-capek kerja, Reyn. Di rumah aja, uang akan aku kasih, apapun yang kamu minta akan aku beri. Cukup jadi istri aku aja."

Rasanya ingin sekali berkata seperti itu, tapi dia harus menahan. Hati Reyn sulit untuk dibuka.

.

Rega sudah sangat sibuk. Setiap hari dia akan meeting di luar. Sebenarnya dia keberatan karena dia akan jauh dari Reyn. Namun, dia hanyalah pegawai yang harus patuh pada tugas yang diberikan.

Reyn berdecak kesal ketika Langit terus menghubunginya. Semenjak kejadian di restoran itu, dia tidak tahu lagi bagaimana kabar Langit. Rasa tidak nyamannya sudah berubah menjadi rasa tidak ingin bertemu.

Reyn terus mengabaikannya. Bahkan memblokir nomornya. Reyn ingin hidup tenang tanpa adanya gangguan. Jam istirahat pun tiba, Reyn memilih untuk memesan makanan karena dia merasakan sebuah firasat yang tak mengenakkan. Dia pun meminta pihak security ataupun kebersihan untuk mengantarkan ke ruangannya.

Ketukan pintu membuat Reyn segera menegakkan kepalanya. Seorang office boy mengantarkan pesanannya.

"Makasih, ya."

"Sama-sama, Mbak."

Reyn tak lupa memberikan uang tip kepada office boy tersebut. Lelaki itu tersenyum bahagia.

"Mbak, kalau mau pesen makanan yang gak jauh dari sini, bisa suruh saya aja."

Lelaki itu menyerahkan nomor teleponnya kepada Reyn. Reyn melihat ke arah nametag yang ada di seragam office boy tersebut.

"Supri."

"Iya, itu nama saya, Mbak."

"Oke, saya save nomor kamu ya."

"Baik, Mbak. Kalau begitu saya permisi."

Reyn merasa sangat beruntung hari ini. Dia yang memang sering malas untuk keluar mencari makan dipermudah dengan penawaran diri dari Supri.

Setiap makan siang, Rega pasti akan mengirimkan pesan kepada Reyn untuk tidak lupa makan siang. Dulu, dialah yang sering melakukan itu kepada Rega.

"Kenapa kamu seakan mengulang semuanya?"

Reyn berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan Rega, tapi nyatanya pekerjaannyalah yang mendekatkan mereka. Apalagi melihat Rega yang selalu mengabari semua kegiatannya kepada Reyn. Meskipun Reyn jarang membalas, Rega tak pernah berhenti untuk melakukan itu.

.

Baru saja tiba di lobi, langkah Reyn terhenti ketika dia melihat seorang pria yang dia kenali dengan wajah yang begitu kusut. Senyum begitu tipis terukir di wajah orang itu. Dia pun mulai mendekat ke arah Reyn yang mulai memundurkan langkahnya.

Perasaan Reyn tidak enak ketika melihat Langit. Dia ingin mencari perlindungan. Hingga langkahnya terhenti ketika dia menabrak seseorang di belakangnya. Perlahan, dia menolehkan kepala dan ternyata Rega yang dia tabrak.

Tak ada kalimat yang keluar dari bibir Rega, tapi tangannya sudah terulur tanpa Reyn duga. Tak Rega pedulikan Langit tengah menatapnya dengan murka. Tanpa menunggu lama Reyn pun menyambut tangan Rega. Mereka berdua berjalan meninggalkan Langit yang mematung di sana.

"Dia mau menerima uluran tangan lu hanya karena dia sedang ketakutan."

Reyn menatap ke arah Rega yang terlihat tenang dan tak mengindahkan ucapan Langit. Dia terus menggenggam tangan yang begitu dingin menjauh dari Langit.

Rega menatap Reyn ketika mereka sudah berada di dalam lift. Wajah Reyn terlihat sedikit memucat Rega mengusap lembut punggung tangannya. Wajah Reyn pun perlahan menatap Rega.

"Ada aku di sini."

Hanya dengan kalimat itu, rasa takut di hatinya mulai menguar. Kehangatan mulai menjalar. Ketika pintu lift terbuka, Reyn dan Rega kompak melepaskan genggaman tangan mereka. Berjalan seperti atasan dan bawahan.

Setelah mereka masuk ke dalam ruangan, Rega segera bersimpuh di depan Reyn yang baru saja terduduk. Dia menggenggam tangan Reyn dan menatapnya dengan begitu dalam.

"Are you okay?"

"Aku takut."

Sudah Rega duga dan lelaki itu segera memeluk tubuh Reyn yang tengah merasakan ketakutan. Dia dapat merasakan irama detak jantung Reyn yang lebih cepat.

"Tenangkan hatimu," pinta Rega.

Reyn hanya mengangguk. Dia yang awalnya tak ingin bersentuhan fisik dengan Rega harus kalah karena sebuah rasa nyaman dan aman yang Rega berikan.

Perlahan Reyn memundurkan wajahnya. Dia merasa sudah tenang. Namun, wajah penuh kecemasan masih terpampang.

"Beneran udah tenang?" Reyn pun mengangguk.

Rega pun melepaskan pelukannya. Usapan di ujung kepala dia berikan.

"Jangan takutkan apapun selagi aku ada di samping kamu."

Kalimat itu mengingatkannya kepada kalimat sang Abang yang selalu dia katakan ketika Reyn merasakan ketakutan. Kini, kalimat itu Rega yang katakan.

.

Kesibukan Rega selama hampir sebulan ini membuat Reyn merasakan sebuah kerinduan. Di mana ruangan itu begitu sepi. Hanya dirinya yang menghuni. Reyn berjalan menuju meja kerja Rega yang begitu rapi. Figura yang biasa tertelungkup, kini selalu tegak berdiri. Reyn meraihnya dan memandangnya.

"Foto ini seperti menyuruhku untuk terus berusaha dapatkan kamu. Supaya aku bisa pakai tuxedo dan kamu pakai gaun putih dan kita berjalan menuju tempat resepsi pernikahan."

Reyn melihat sebuah kotak merah di atas meja. Dia ambil dan dia buka. Matanya nanar ketika melihat cincin indah yang Rega gunakan untuk melamarnya masih disimpan bahkan diletakkan di samping figura.

"Menikahlah denganku, Reyn. Aku sangat mencintai kamu."

Reyn menolak lamaran itu, tapi Rega sama sekali tak marah. Apalagi sampai menjauhinya. Bahkan semakin hari Rega semakin menunjukkan cinta yang begitu besar.

"Sekalipun kamu tak membalas cintaku. Akan tetap aku tunjukkan betapa besarnya cinta yang aku miliki untukmu."

Reyn menghela napas kasar. Dia melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Reyn sudah harus pulang. Tibanya di lobi belum ada yang menjemputnya. Reyn memilih untuk ke kedai kopi seberang kantor sambil menunggu sopir.

Baru dua langkah menyeberang jalan, mobil putih melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi dan seseorang sudah terpental ke tengah jalan.

"Kak Rega!"

Reyn yang terjatuh ke bahu jalan berteriak begitu keras. Dia yang juga terluka segera bangun dan berlari membelah orang-orang yang sudah berkerumun di tengah jalan. Wajah tampan itu sudah bersimbah darah dan air mata Reyn luruh begitu saja.

"KaK Rega--"

Senyum masih mampu dia ukirkan ketika mendengar suara Reyn. Dia pun mencoba untuk mengatakan sesuatu.

"I L-love Y-you, R-reyn."

...*** BERSAMBUNG ***...

Hayu atuh komen biar double up.

1
Indrijati Saptarita
koq kak fiiThaa buat cerita jadi begini...
bunda DF 💞
keren ka ceritanya,, tp kasih tau dong silsilah novelnya biar urutan bacanya
Mukmini Salasiyanti
Ember dah penuh, Thor😁
Mukmini Salasiyanti
isshhhh Author suka maksa deh
kyk Rega.....
😂
jgn merusljak ya, Thor
semungguuutttttt😃
Mukmini Salasiyanti
itu si Er...
atau si Rayy??
huhhh rega..
Poor, rega...
Mukmini Salasiyanti
aishhhhh
kata author nunggu tembus 50 comment
itu mah udah 63..
yaahh gk jd comment deh aqu..

😂🤣🤣
Mukmini Salasiyanti
yg mana yg lemes, Thor??
kaki atau..
kepala??
eh...
jgn jgn tangan ya, Thor..

hihiii becanda..... 😃🥰
Mukmini Salasiyanti
syokoriiinnnn
tapi....
itu SUDAH terjadi!!!
apa loe bisa kembalikan waktu, Ga??
Mukmini Salasiyanti
nah gitu dong, bung!
jantan dikit. lemah bgt!
tegas!
Mukmini Salasiyanti
alamakkk
kissing pulak..
kurang h*jar!!!
Mukmini Salasiyanti
😭😭😭😭😭
Mukmini Salasiyanti
makin rumit jln si Reyn..
jd sad deh....
Mukmini Salasiyanti
aaaa Abang tersayang...
syg bgt ma adiknya
Mukmini Salasiyanti
Ya Alloh
knp cerita anak2 muda ni gak ngebosenin yak??
sll seru dan mendebarkan.
aaa berasa muda....
Mukmini Salasiyanti
aihhhh
siapa itu ???
kukira wajah gadis Asia, Thor..
Asia Tenggara
Asia Tengah
Asia Timur
wkwkwk
😂😅
Mukmini Salasiyanti
Salken, Thor...

aaishhhh awal yg mendebarkan..
begitu akrabnya 3 bersaudara ini..
aaa pasti seru ya pny abg kandung..
Heni Linda Oriflame
haha....kelakuan bang er sama yayan bener2 bikin ngakak 😀😀
Chusnul Smilly
langsung lanjut dooonk🥰
Chusnul Smilly
😭😭😭😭gak kuat nahan air mata
Chusnul Smilly
ya allah kok makin kenceng aja nangisnya😭😭😭, gak sanggup buatan baca bab ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!