Siapa sangka kalau gadis lugu yang introvert luar biasa bisa menjadi seorang pelindung umat manusia? Terlahir kembali setelah selamat dari kecelakaan mengenaskan, Reina Sasaki kini berubah menjadi seorang Cyborg yang dilengkapi senjata dan kemampuan bertarung hebat. Bisakah Reina menjadi orang yang berbeda di dunianya yang baru saat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dovey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33: Takeshi Kouta (2)
Meskipun diguyur dengan amarah yang tak terbendung, pada kenyataannya Kouta tak bisa melawan satupun serangan dari penjaga bunker tersebut. Ia pun kemudian pingsan akibat tertembak banyak peluru. Yup, ia hanya pingsan dan tidak kehilangan nyawa.
Tubuhnya pun kemudian dihampiri oleh beberapa petugas yang berjaga disana. “Yikes, menjijikan. Aku tak mengira kalau efek bom nuklir bisa seberbahaya ini” ucapnya. Rekan di sampingnya tak membalas sepatah kata dan mengangkat tubuh Kouta.
Keduanya pun membawa tubuhnya dan tubuhnya kemudian dibuang ke sungai terdekat, dan kini Kouta pun terbawa arus sungai dan terombang-ambing untuk beberapa hari. Selama beberapa hari tubuhnya melewati kota Tokyo yang sudah hancur tak bersisa.
Setelah melewati banyak arus air dan perkotaan yang hancur, tubuhnya menyangkut di sebuah dahan yang kemudian membangunkan dirinya. Ia terkejut karena ia masih hidup dan masih harus melanjutkan kengerian ini.
Ia pun segera menolong dirinya sendiri dengan bertahan ke dahan tersebut, kemudian naik ke permukaan. Melihat tubuhnya yang kini semakin tak karuan dan pemandangan kota yang tidak lebih baik, membuat ia teriak begitu kencang.
“ARGHHHHHHH” teriakannya itu benar-benar kencang. “Kenapa aku masih hidup? Rencana apa yang semesta ingin berikan padaku? Aku sudah tak sanggup. Bunuh saja aku!” Ucapnya dalam hati.
Untuk beberapa saat Kouta benar-benar merenung dan menangis. Ia tak tau kenapa dirinya tak kunjung mati. Ia merasa semuanya sudah hancur dan tak perlu menjalani hidup lebih lama dari ini.
“Aku benar-benar tak ingin menikmati hidup ini. Jika aku diberikan kesempatan sekali lagi untuk memiliki kekuatan, akan kuhancurkan dunia ini!” Ucapnya dalam hati.
Dengan keadaan yang masih berapi-api, ia pun tersadar kalau saat ini dia sedang berada di kampung halamannya, desa kecil bernama Arrataki.
Meskipun dengan keadaan tubuh yang masih terkulai lemas, ia kemudian menguatkan dirinya untuk segera menelusuri ke tempat anak dan istrinya berada, di rumahnya. Sepanjang jalan ia terus dihantui dengan pemandangan yang tak mengenakan.
“Aku harus memastikan mereka masih selamat, meskipun aku juga tau kalau itu tidak mungkin.. Arghhh. Apa yang aku pikirkan sih, ayo pulang dan temui keluargamu itu, Takashi Kouta” ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.
Dengan susah payah akhirnya Kouta membawa dirinya sendiri sambil melihat hancurnya tanah kelahirannya itu. Ia kemudian melintasi gedung sekolah yang rencananya akan ia canangkan untuk putrinya.
Melihat itu Kouta semakin gelisah. Langkahnya kini semakin tak beraturan. Ia sangat takut dengan kenyataan yang akan ia hadapi.
Tibalah ia di sebuah rumah yang berukuran cukup sederhana, yang tak lain adalah rumahnya sendiri. Raganya terkulai melihat bangunan itu yang kini sudah hancur setengahnya. Meskipun begitu, ia masih cukup berkeyakinan kalau anak dan istrinya masih selamat.
Dengan perasaan tak karuan itu ia akhirnya masuk dan melihat bagian dalam rumahnya yang sudah hancur. Ia juga terus mengitari area rumahnya itu dan melihat putrinya terkulai lemas dibawah pelukan istirnya yang tertimpa beton rumahnya.
Betapa terkejutnya Kouta melihat hal tersebut. Ia tak sanggup menahan air matanya dan langsung menghampiri keduanya. “TIDAKKKKKK!! Anakku! Istriku!” Ucapnya yang secara mengejutkan mampu berbucara normal kembali.
Dengan erat ia memeluk keduanya. Ia merasa gagal karena terlambat menyelematkan keduanya. Ia terus menangis sambil meratapi takdir keluarganya.
“Aku gagal! Aku gagal menjadi seorang suami, aku gagal menjadi seorang ayah! Hukum aku saja Tuhan, aku sudah tak kuat hidup di dunia ini!” Ucap Kouta dalam hatis ambil terus menangis tersedu-sedu.
Dalam kesedihannya yang mendalam itu, tiba-tiba sang anak mengucapkan kalimat pertamanya. “A…ayah” ucapnya. Kouta langsung tersadar dan memeluk anaknya itu.
“Himawawi!! Maafkan… ayah!!” Ucapnya sambil memeluk erat-erat. Ia tak menyangka kalau anaknya masih mengenali wajahnya, padahal wujud Kouta sendiri sudah sangat hancur total.
“Ayah..aku takut..” ucapnya. “Tidak pewu takut nak, ayah ada disini! Ayah akan ada disini!” Ucapnya sambil terus memeluk sang anak.
“Ayah… kenapa ibu tiduran di lantai” tanya sang anak. “Tidak apa-apa nak, ibu hanya kewewahan. Sekaang kita sembukan lukamu, ya!” ucapnya. Sang anak hanya terdiam.
Untuk sesaat Himawari terdiam dan tak meresppon. Detak jantungnya juga semakin melemah. “Tidak.. tidak!!! Himawawi!! Bangun, nak!!” Teriak Kouta yang terus menepuk-nepuk anaknya.
Dan ketakutannya pun kini terjadi. Sang anak yang masih sanggup bertahan untuk beberapa hari itu akhirnya tak kuasa melawan takdir kematian yang kali ini tak bisa lagi ia hindari.
Tangis Kouta semakin menjadi-jadi. Ia tak sanggup menerima fakta kalau anak yang ia cintai ini akhirnya menghembuskan nafas di pelukannya. Ia pun kemudian menempatkan jasad sang anak dan menutup tubuh kedua orang yang ia cinta dengan sebuah sprei kusut.
Dengan amarah yang semakin menjadi-jadi, ia kemudian keluar dari rumahnya dan segera berteriak dengan kencang.
“KAU INGIN AKU MATI? MATIKAN AKU! KAU INGIN AKU SENGSARA? AKU TAK SANGGUP! CABUT NYAWAKU SAJA, AKU TAK PEDULI!!” Teriaknya yang lagi-lagi dengan suara normal.
Amarah yang menjadi-jadi itu membuat kulitnya mengelupas dengan sendirinya, menyisakan Kouta yang kini hanya tersisa bagian lapisan daging saja.
Tubuhnya kini memanas. Pancaran suhu yang luar biasa panas keluar dari tubuhnya. Wujudnya yang sudah bukan manusia normal lagi, melainkan hanya menyisakan wujud tanpa kulit, membuat ia lebih mengerikan dan mampu untuk bergerak dengan leluasa.
Dengan cepat ia langsung pergi ke arah bunker yang ia temui kemarin. Ia bergerak sangat cepat sampai beberapa bagian tubuhnya terlepas. Tapi lagi-lagi, itu semua tak mampu menurunkan amarahnya yang sudah setinggi gunung.
Sementara itu di area luar bunker, seorang penjaga terkejut dengan bayangan merah dari kejauhan yang terus mendekat.
“Aneh, tapi sepertinya bayangan merah itu mendekati kita ya?” Tanya sang penjaga. Rekannya yang melihatnya setuju. “Iya, tapi itu apa ya?”
Dalam sekejap Kouta yang sudah berubah wujud datang dan menghempas keduanya. Mereka dengan mudah dikalahkan. Wajah mereka juga dengan cepat melepuh akibat panas yang Kouta keluarkan dari tubuhnya.
*Dia pun segera membanting kedua penjaga itu dan menghancurkan gerbang bunker*. Disana ia melihat kalau bunker itu tak diisi satu orang pun warga biasa. Ternyata tempat itu dihuni banyak artis, pejabat dan hanya orang-orang yang punya uang saja.
“Si.. siapa kau?” Tanya salah satu orang disana. Kouta tak menjawab. Ia hanya mengucapkan satu kalimat powerful dengan lirih: “Mati”.
Tak butuh waktu banyak, ia kemudian menerjang ke dalam dan menghabisi siapa saja yang ada disana. Tak ada satupun nyawa yang berhasil selamat dari amukannya. Dalam waktu yang teramat singkat, ia sanggup melenyapkan nyawa semua orang yang ada disana.
Setelah menghabisi semua orang disana, Kouta kemudian terdiam di tengah-tengah mayat yang saling menumpuk. Sambil melihat hal tersebut ia sekali lagi bergumam “maafkan aku, Hawari” ucapnya sambil kemudian tersungkur lemas dan pingsan.
Beberapa hari telah berlalu, Kouta akhirnya tersadar dan mendapati dirinya di sebuah lab. Ia juga melihat tubuhnya yang kini sudah bersisik bak ular dan berwarna hijau.
“A..apa ini? Siapa.. kau? Apa yang kau perbuat dengan tubuhku?” Tanyanya pada salah satu ahli lab disana. “Jadi kau sudah bangun ya?” Tanya sang ahli lab.
“Kau terlahir kembali dengan wujud baru, kau juga terlahir dengan kekuatan baru. Selamat datang ke dunia yang baru, Green Snake” tambah sang dokter yang tak lain adalah Ivone, rekannya saat ini.
Lanjutkan thor/Cake//Coffee//Good/