Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kepergian nenek
Satu minggu berlalu, Paman kak firman mendaftarkan perceraian kami di pengadilan Agama. Sampai detik ini Kak Firman belum mau menampakkan batang hidungnya. selama proses perceraian dia hanya memakai surat kuasa. Mediasi juga tidak dihadiri. Mungkin semua itu dilakukan agar proses perceraian tidak rumit. Dua kali sidang aku hadapi seorang diri, beruntung ada keluargaku yang mau menjadi saksi. Mensupport dan menemaniku.
Dan setelah dua kali sidang itu pula, hakim memutuskan bahwa kami resmi bercerai.
Lega, tentu saja itu yang kurasa. Satu bulan kemudian akta cerai sudah keluar.Dalam surat akta cerai pun ada keterangan (Qobla duhul) yang artinya belum masuk atau secara detailnya belum digauli.
Tentu pada saat hakim membaca perkara kami, banyak pertanyaan yang dilontarkan kepadaku terkait pengakuanku yang memang belum sama sekali mendapat nafkah batin dari mantan suamiku. Jika seperti itu patu
...****************...
Di kampus
Saat santai di taman kampus, aku dan Putri asyik dengan camilan kami.
" Rai, kamu udah hampir 3 bulan ksn menikah, gimana belum ada tanda-tanda isi gitu? aku kan pingin punya ponakan hehe.."
deg, aku agak terkejut mendengar pertanyaan Putri. Rahasia ini memang aku simpan rapat-rapat sebelum semuanya clear. Mungkin ini saatnya aku bercerita, karna semua sudah tuntas.
" Jangan bilang kamu KB ya Rai?"
"Apaan sih Put, gak kok aku gak KB, tapi_"
"Tapi apa? jangan bikin penasaran deh."
" Gimana mau hamil Put, aku aja udah gk punya suami."
" uhuk uhuk." Putri keselek kripik pisang yang jami makan
"Pelan dong Put... jadi keselek kan wkwkwkk.."
"Ya habis kamu sih bisa bisanya bercanda, serius nih aku.."
"Aku gak bercanda Put, aku akan ceritain rahasia. Tapi kamu harus tutup mulut, oke?"
" Oke... ayo cepet ceritain."Pinta Putri dengan wajah seriusnya.
Akhirnya aku menceritakan semuanya kepada Putri. Putri sangat serius mendengarkan. sampai dia pun terbawa emosi.
" mYa ampun Rai, bisa bisanya kamu nyembunyiin semua ini dari aku, bahkan kamu bersikap seolah rumah tanggamu baik-baik saja. Tau gk sich kamu, seandainya aku jadi kamu mungkin aku gk akan sanggup masuk kuliah, pura-pura bahagia. Ah sudahlah kamu ini memang lain daripada yang lain."
" Emang aku kuntil anak gitu beda dari manusia... haha...
"Tuh kan gitu masih bisa ketawa, ya ampun Rai. Tapi aku salut banget sma kam. Untung saja kamu masih belum jebbol ya." Dengan reflek Putri menutup mulutnya dan menoleh ke kanan dan ke kiri melihat keadaan sekitar.
" ish bahasanya, mulut itu mulut tolong dijaga."
" mIya iya maaf keceplosan. Oh aku jadi pingin meluk, sini sini aku peluk sayang. Kamu manis baik, sholeha, pasti suatu saat akan menemukan lelaki yang baik. Si Fir bakalan nyesel udah buang kamu."
Putri memelukku dengan erat. Tak salah aku memiliki sahabat sepertinya. Semoga kami menjadi teman baik selamanya sampai maut memisahkan.
"Udah mau magrib, pulang yuk... ntar diculik om om." ajakku.
" ayuk... tapi kalau yang nyulik om ganteng banyak uangnya gak masalah, haha"
Akhirnya kami berpisah di parkiran, dan pulang dengan motor masing-masing.
Sampai di rumah, kulihat keadaan sepi. Aku langsung masuk dan membawa si putih ke dalam garasi. Kulihat motor abi ada tapi mobilnya tidak ada.
" Udah pulang mbak?" tanya Sofi dari dalam musholla, sepertinya baru selesai sholat maghrib. Karna memang di dalam rumah orang tuaku ada musholla kecil di dalamnya, cukup kalau sholat berjamaah untuk 5 orang.
"Iya dik, kemana abi dan ummi?
"Tadi ditelpon bibi katanya nenek sakit, jadi mereka segera ke rumah nenek."
" Kasian nenek, sakit apa katanya dik?"
" aky juga gak tau mbak, tapi tadi abi kuatir banget kayaknya, sampe buru buru gitu."
Sejak saat aku bercerai dengan Kak Firman, aku sama sekali belum berkunjung ke rumah nenek, kalau nenek kangen beliau yang ke sini. Bukan karna aku marah, tapi aku belum siap berhadapan dengan orang-orang di sana. Apa lagi di sana sangat dekat dengannya Kak Firman. Aku takut tidak busa bersikap netral.
apa nenek sakit karna memikirkan aku, semoga saja tidak terjadi apa-apa. batinku dalam hati.
Setelah sholat isyak ada telpon dari abi, mengabarkan kalau nenek dibawa ke rumah sakit kota yang lumayan dekat dengan rumah kami. Aku dan Sofi segera menyusul ke sana. Tidak lupa aku membawa bantal dan selimut sesuai perintah abi.
Sampai di rumah sakit kami mencari kamar yang sudah diberitahu tadi di telpon oleh abi.
Kamarnya ada di paling depan, jadi tidak sulit untuk kami menemukannya.
" Assalamu'alaikum."
"wa'alaikum salam, Ayo masuk nak."
Kulihat nenek sedang berbaring tak berdaya, dan dipasang selang oksigen.
" Nenek sakit apa kata dokter bi?" tanyaku.
" kata dokter tadi struk, karna kakinya tidak bisa digerakkan. Dan ada dahak yang tidak keluar jadi harus dipasang oksigen.
" Astagfirulloh... semoga Allah segera angkat penyakit nenek ya bi."
" iya nak, amin."
Bertubi-tubi cobaan yang menimpa keluarga kami. Semoga kami diberi kekuatan dan ketabahan.
Selama nenek opname kami bergantian menjaganya. Tidak ada perubahan yang segnifikan selama dirawat empat hari. Nenek memaksa untuk minta pulang. Karna abi tidak tega akhirnya kami membawa nenek pulang.
Dua hari setelah dibawa pulang Nenek meninggal. Dulu memang nenek pernah berpesan "jika ada orang yang sakit parah di rumah sakit trmerus dia minta pulang, segera bawa pulang. Karna itu bisa saja menjadi permintaan terakhirnya."
Dan ini terjadi kepadanya sendiri. Kami tentu sangat terpukul. Aku adalah cucu kesayngannya, tapi aku belum bisa membahagiakannya. Aku menangis tersedu meratapi kepergiannya. Bukan aku tidak ridho, tapi aku merasa sangat bersalah karna sejak aku bercerai aku tidak pernah mengunjungi nenek.
" Ikhlaskan Rai, biarkan nenekmu tenang di sana, abi tahu kamu sangat menyayangi nenekmu. Abi juga sangat sayang, tapi nenekmu sudah waktunya pergi. Allah lebih sayang padanya. Suatu saat kita juga akan menyusulnya."
" iya bi, hiks hiks..."
"Ayo nak mandikan nenekmu untuk yang terakhir kalinya."
Akhirnya kami mengurus jenazah nenek dan makan pun sudah digali. Setelah disholati Jenazah nenek dikebumikan.Banyak orang berdatangan untuk takziyah. Termasuk Ibu halimah ibunya Kak Firman datang berbeda sungkawa.
...****************...
See you again kakak, terima kasih🤗