Karena kedua orang tuanya penyuntik dana terbesar di kampusnya, Lexa pun menjalani masa pendidikannya dengan sesuka hatinya. Gadis yang memiliki nama lengkap Clara Lexa Viviana ini kerap sekali membuat ulah dan membuat kedua orang tuanya pusing menghadapinya. Karena tak tahan mendapatkan laporan terus menerus dari pihak kampus dan Orang-orang, kedua orang tua Lexa pun memilih menjodohkan Lexa dengan Elvin Zayyan Bagaskara yang tak lain ialah anak dari sahabatnya sekaligus dosen terkiller di kampus Lexa.
Elvin yang terlahir sebagai anak pertama memiliki watak yang keras dan tegas. Bahkan para adik dan keluarganya segan terhadapnya disebabkan dirinya yang sangat berwibawa dan dewasa. Selain berprofesi sebagai dosen, Elvin juga berprofesi sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Apakah Elvin mampu menghadapi Lexa yang terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya yang selalu di manja oleh keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
Cerita ini 100% Munir fiksi📌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Saat ini semua orang berbondong-bondong pergi ke kamar Monica sebab mendengar suara teriakan wanita itu yang sangat keras. Lexa dan Amel ikut pergi ke kamar Monica bahkan keduanya lah yang terlebih dahulu sampai. Karena panik, Reno pun langsung membuat pintu kamar Monica tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Pintu terbuka lebar dan betapa terkejutnya semua orang ketika melihat dua orang yang bukan mahramnya tengah berpelukan. Arsen menarik sedikit sudut bibirnya ketika melihat wajah pucat Monica yang di ciduk semua orang.
"Aku sudah mengatakannya, tapi kau yang keras kepala?" Bisik Arsen yang hanya dapat di dengar oleh Monica saja.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya Sean dengan tatapan tak percayanya sebab kedua orang yang berada di dalam kamar itu terlihat sangat intim dan membuat semua orang yang melihatnya berpikir negatif.
"Ini tidak seperti yang kalian lihat," ucap Monica langsung mendorong tubuh Arsen dengan kasar.
"Anak muda zaman sekarang selalu tidak sabaran," ucap Laila menggeleng pelan melihat Arsen dan Monica.
"Kalian berdua, ikut lah ke bawah. Kita bicara di ruang keluarga," ucap Reno lalu bergegas pergi ke lantai bawah.
Arsen tersenyum sedangkan Monica merasa cemas dengan apa yang akan terjadi. Semua orang pun bergegas menyusul Reno. Monica yang masih berada di dalam kamarnya menatap kesal pada pria di sampingnya itu. Arsen yang mendapatkan tatapan kesal dari Monica hanya tersenyum lalu segera keluar dari kamar itu.
"Cepatlah, jangan membuat semua orang semakin berpikir negatif," ucap Arsen sembari tersenyum membuat Monica yang melihat punggungnya mengepalkan tangannya.
Monica menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu segera menyusul Arsen pergi ke ruang keluarga. Setibanya di sana, Monica mau pun Arsen menjadi pusat perhatian. Lexa dan Amel diam-diam tersenyum senang melihat musibah yang di terima Monica. Lexa tau dan sangat yakin jika kakaknya lah yang mengganggu Monica hingga membuat kesalahpahaman. Lexa sangat mengenal Arsen yang tidak pernah melakukan hal yang di luar batas. Apalagi merusak kehormatan seorang wanita yang bukan istrinya. Arsen adalah pria yang berprinsip seperti Hendrik.
"Duduk," ucap Reno dengan tegas pada Monica. Mata pria paru baya itu terlihat melayangkan tatapan imitasinya.
Monica yang merasa takut dan cemas segera mendudukkan tubuhnya di sopa yang sama dengan Arsen. Keduanya saat ini berada di hadapan Reno dan Hendrik. Hendrik yang sudah mendengar cerita dari Reno terlihat tenang sembari menikmati kopi hangatnya. Hendrik tenang karena dia percaya jika Arsen tidak seperti apa yang di katakan Reno.
"Bagaimana ini Hendrik, apa kita nikahkan saja mereka malam ini?" Tanya Reno membuat Monica membulatkan matanya namun berbeda halnya dengan Arsen yang terlihat sangat tenang.
"Pernikahan semakin cepat di laksanakan semakin bagus, takutnya mereka terjebak di perbuatan yang di larang agama," ucap Laila menimpali ucapan suaminya dengan mata yang memperhatikan Hendrik, Reno, dan Sandra secara bergantian.
"Pa, Ma, ini semua salah paham. Monica sama kak Arsen tidak melakukan apa-apa," ucap Monica mencoba menyakinkan kedua orang tuanya.
"Apanya yang salah paham, jelas-jelas kami melihat kalian sangat intim di kamar yang tertutup!" ucap Reno dengan nada tegasnya.
"Pa, percayalah... Kalian salah paham," ucap Monica dengan tatapan memohonnya berharap ada yang membelanya.
"Sebaiknya nikahkan saja mereka malam ini Pa, takutnya nanti Kak Monica hamidun pula," ucap Lexa membuat suasana semakin memanas. Bahkan wajah Reno terlihat menegang seakan menahan amarah.
"Sayang." Tegur Elvin dengan nada lembutnya agar istrinya itu tidak asal bicara di momen menegangkan seperti ini.
"Mama setuju jika malam ini mereka menikah Pa, lagian seminggu lagi mereka juga akan menikah. Tidak ada salahnya kita melakukan akad terlebih dahulu seperti Lexa dulu," ucap Sandra sembari menatap Hendrik suaminya dengan serius.
"Setuju Ma," ucap Lexa yang paling semangat dari pada yang lainnya.
"Bagaimana Arsen, Monica?" Tanya Hendrik dengan sikap yang sangat santai.
"Malam ini juga boleh," ucap Arsen membuat Monica membulatkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Gimana Reno, Laila, dan yang lainnya?" Tanya Hendrik sembari mengedarkan pandangnya menatap semua orang yang berada di sana satu persatu.
"Setuju," ucap semua orang secara bersamaan kecuali Arsen, Monica, dan Sean. Ketiganya hanya diam sembari memperhatikan semua orang.
"Gimana Nak Elvin menurut kamu?" Tanya Hendrik meminta pendapat Elvin yang terlihat tak ingin ikut campur dalam masalah pribadi Arsen dan Monica.
"Yang terbaik saja Pa, semakin cepat semakin baik. Niat baik tidak seharusnya di tunda," ucap Elvin membuat Hendrik mengangguk setuju dengan ucapannya.
"Benar apa yang di katakan suami Lexa, semakin cepat semakin baik." Lagi-lagi Lexa mengatakan itu dengan penuh semangat membuat hati Monica mengeram kesal.
"Baiklah, mari kita nikahkan mereka malam ini," ucap Hendrik seketika membuat tubuh Monica melemas hingga nyaris pingsan. Arsen yang melihat itu segera memegang Monica sebab takut wanita itu akan jatuh.
"Sayang, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Laila terlihat sedikit cemas melihat keadaan Monica.
"Aku tidak mau menikah Ma," ucap Monica dengan suara lirihnya namun masih dapat di dengar oleh semua orang yang berada di sana.
"Tidak, kamu harus tetap menikah dengan Nak Arsen!" Perkataan Reno terlihat sangat menuntut. Bahkan suara pria paru baya itu terdengar sangat tegas seakan tak ingin di bantah.
Karena tak tahan lagi, akhirnya Monica pun jatuh pingsan sehingga membuat semua orang panik. Dengan cepat Monica langsung dibaringkan di sopa panjang yang sebelumnya di duduki Lexa, Elvin, Sean dan Amel.
"Lexa, ambilkan minyak angin di kamar Mama," ucap Sandra membuat Lexa mengangguk pelan lalu bergegas mengambil minyak angin milik Mamanya.
"Sayang," ucap Laila sembari memukul pipi Monica dengan pelan. Mata wanita paru baya itu terlihat mulai menganak sungai.
"Tenanglah Ma, dia akan baik-baik saja," ucap Reno yang hanya di balas Laila dengan anggukkan lemahnya.
"Ma, ini minyak anginnya," ucap Lexa yang baru saja kembali.
Sandra segera mengambil alih minyak angin itu lalu membuka tutupnya. Minyak angin itu di tuangkan sedikit ke jarinya lalu dioleskan ke kening, hidung, dan leher Monica. Karena sopa ruang tamu itu tidak memadai, semua. orang pun setuju untuk memindahkan Monica ke dalam kamarnya. Arsen dengan penuh perhatiannya mengangkat tubuh Monica yang lemas.
Di kamar Monica saat ini, hanya ada Lexa dan Amel saja sedangkan sebagian yang lain kembali ke bawah. Mereka benar-benar melakukan apa yang sudah mereka rundingkan. Walaupun sudah malam, mereka tetap saja memanggil Bapak penghulu. Arsen pun di nikahkan oleh Reno dengan Monica anaknya. Mereka melakukan akad mendadak itu tanpa menunggu Monica siuman dari pingsannya. Mungkin jika wanita itu bangun, ia akan menangis histeris. Siapa coba ya tidak sedih jika di nikahkan secara mendadak dalam keadaan pingsan.
Good Job thor🖤