NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 - Awal

Pandangannya gelap, dadanya juga terasa sesak. Dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Rasanya seperti dia berada pada kehampaan. Tidak ada yang bisa ia rasakan. Hanya kekosongan dan kehampaan yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Tiba-tiba secara samar dia mendengar suara. Entah mengapa suara itu terasa sangat familiar. Suara itu semakin dekat dan terdengar semakin jelas. Suara itu terdengar seperti seorang wanita yang memanggil namanya.

"Aditya."

Dia mengenali suara itu. Suara itu adalah suara ibunya yang sudah meninggal lima belas tahun yang lalu. Suara yang paling ia rindukan seumur hidupnya.

"Aditya."

Ah, sungguh. Seandainya dia bisa bertemu dengannya sekali saja dia akan rela bahkan jika dimasukkan ke dalam neraka.

"Aditya bangun!"

Suara itu terdengar jelas seolah ada di sampingnya. Kali ini dia juga merasakan sentuhan pelan di pipinya. Sentuhan tangan halus yang penuh dengan kehangatan.

"Aditya, bangun nak!"

Suara itu terdengar sangat nyata. Aditya merasa dia bisa membuka kedua matanya. Perlahan dia dapat melihat semua yang ada di depannya.

 "Bangun nak! Nanti kamu telat masuk ke akademi," kata seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di umur yang sudah menginjak empat puluh tahun. Wanita itu tersenyum hangat yang membuatnya terdiam tak percaya.

"Ibu?"

Wanita itu mengangkat alisnya bingung saat melihat putranya tiba-tiba meneteskan air mata. "Kenapa? Apa kamu bermimpi buruk?" tanyanya dengan nada khawatir.

Aditya menghapus air matanya lalu tersenyum. Jika ini adalah mimpi dia tidak ingin bangun dari tidur ini selama-lamanya. Dia ingin berada di sini sekalipun ini semua tidak nyata. Dia sangat merindukan senyum ibunya itu.

 "Kamu ini kenapa?" tanya ibunya lagi.

Aditya menggelengkan kepalanya. Dia bergerak dengan cepat memeluk tubuh ibunya. "Aku merindukanmu, Bu. Aku tidak ingin ibu mati untuk melindungiku." Dia tidak peduli jika terlihat seperti anak kecil. Dia hanya ingin melepaskan rasa rindunya.

Tiba-tiba dia merasakan sebuah pukulan keras di kepalanya. "Jangan ngawur kamu! Ibu ini masih hidup. Cepat mandi sana! Jangan aneh-aneh!"

Aditya merasakan sakit dari pukulan itu. Tunggu dulu! Sakit? Seharusnya dia tidak akan merasakan sakit di dalam mimpi. Dia mengelus kepalanya sambil menatap ke arah ibunya.

"Jangan diam aja! Mau ibu pukul lagi? Sana siap-siap ke akademi!" ucap ibunya sambil pergi meninggalkan kamar.

 Aditya menatap punggung ibunya yang menghilang di balik pintu. Dia tidak percaya kalau semua ini nyata. Seharusnya dia mati karena kehabisan darah dalam pertempuran itu. Dia bahkan masih bisa mencium bau darah segar dari medan pertempuran itu.

Sebelum kematiannya dia pernah membaca cerita tentang seseorang yang kembali ke masa lalu. Semua itu adalah cerita khayalan yang sangat tidak masuk akal baginya. Dia tidak percaya saat ini dia sedang mengalaminya sendiri.

Aditya berjalan menuju ke cermin kecil di kamarnya. Dia melihat pantulan wajahnya yang kembali saat dirinya masih berumur belasan tahun. Dia memiliki rambut hitam dengan mata yang juga hitam pekat dengan wajah yang bisa dibilang berada di atas rata-rata.

 "Apa dulu aku setampan ini?" katanya dengan penuh percaya diri. Ibunya adalah seorang keturunan Eropa sedangkan ayahnya adalah orang asli Asia Tenggara yang entah keturunan dari suku mana.

Dengan wajah seperti ini harusnya tidak sulit untuk mencari pasangan. Tapi dia tidak ingat ada satu pun perempuan yang pernah mendekatinya. Di saat semua teman-temannya sudah menikah dia tidak pernah mengenal atau bahkan berkencan dengan seorang gadis. Sungguh menyedihkan.

"Apa aku punya semacam kutukan?" gumamnya sambil masih menatap ke arah cermin. Dia memegang lehernya yang terdapat sebuah tanda lahir berbentuk sabit. Tanda lahir itu membuatnya teringat dengan seorang pria tua yang mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan seorang dewa. Aneh memang. Jika dia adalah keturunan dewa, dia tidak akan menderita di kehidupan sebelumnya.

Setelah puas mengingat masa lalunya Aditya segera menuju ke kamar mandi. Dia ingin segera melihat akademi yang sudah lama tidak pernah dia kunjungi lagi. Akademi itu memang tidak banyak menyimpan kenangan, tapi bukan berarti dia membencinya.

...****************...

Aditya memasuki gerbang akademi yang megah dengan tinggi yang lebih dari delapan meter. Tidak heran karena dia adalah siswa dari sebuah akademi paling elit di negara ini. Akademi ini nantinya juga akan naik tingkat menjadi salah satu dari sepuluh akademi terbaik di dunia.

Siswa lain yang melihat Aditya segera menyingkir dari jalannya dengan wajah tertunduk. Hal inilah yang membuat Aditya tidak memiliki banyak memori di sekolah ini. Tidak banyak siswa biasa yang berani mendekatinya karena dia adalah seorang bangsawan dari keluarga tingkat Duke.

Di dunia ini bangsawan adalah orang yang sangat dihormati. Apalagi dia keturunan dari seorang Archduke yang merupakan salah satu gelar kebangsawanan tertinggi di bawah raja. Tidak banyak siswa yang berani mendekatinya bahkan dari kalangan bangsawan lain sekalipun. Ia juga tidak terlalu tertarik untuk menjalin pertemanan dengan orang lain.

Aditya masuk ke dalam kelasnya lalu ia duduk di kursi tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada orang lain. Dia hanya menunggu satu-satunya orang yang dia anggap sebagai teman sampai akhir hidupnya dulu.

"Tumben kau datang lebih pagi," ucap Rio seorang lelaki dengan seragam biru dengan wajah yang suka tersenyum. Di dadanya terdapat sebuah simbol perak yang menandakan bahwa dia adalah seorang bangsawan dari keluarga tingkat baron.

"Kenapa? Masalah untukmu?" balas Aditya dengan senyum tipis.

Seketika semua orang yang ada di kelas terdiam. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat seorang Aditya tersenyum seperti itu. Biasanya Aditya hanya menunjukkan ekspresi dingin yang seolah dapat membekukan orang yang mendekatinya.

Melihat ekspresi teman-teman sekelasnya yang menurutnya aneh ia segera mengubah wajahnya kembali. Dia tidak ingin mendapatkan banyak perhatian karena hal itu menurutnya mendatangkan banyak masalah.

"Heh, jangan tersenyum sialan. Aku mau muntah melihatnya," ujar Rio sambil duduk di samping Aditya.

Aditya mengangkat bahunya acuh. Ia hanya diam menatap ke arah buku sihir di depannya. Dia ingat pada hari ini harusnya dia akan belajar membuat formasi sihir untuk pertama kalinya. Di kehidupan yang sebelumnya dia mengalami kegagalan berkali-kali saat mencoba untuk mempelajarinya, tapi sekarang hal ini terlalu mudah baginya.

"Lihat aku sudah bisa membuat formasi dasar penyembuhan tingkat tiga," pamer Rio pada Aditya sambil menunjukkan tangannya yang penuh kode dan garis yang bercahaya hijau. Seperti biasanya Rio adalah anak yang berbakat.

Rio Redd di masa depan adalah pemimpin dari tujuh belas orang terkuat '17 Saint' yang nantinya akan bertempur bersamanya. Tidak heran dia memiliki bakat dalam sihir yang luar biasa. Walaupun dia lahir dari bangsawan tingkat baron, di masa depan nanti dia akan mendapatkan gelar duke karena prestasinya yang luar biasa. Dia itu lebih terlihat seperti tokoh utama dari dunia ini.

Tiba-tiba seorang wanita berkacamata memasuki ruang kelas dengan membawa sebuah tongkat sihir merah menyala. Wajah wanita itu tampak cantik, namun terlihat pucat tidak seperti biasanya. Langkahnya juga tidak seimbang seolah dia sedang mabuk.

Aditya teringat dengan memori buruk yang akan terjadi pada momen ini. Dia menatap wajah Profesor Elena yang berusaha untuk tenang. Dia harus melakukan sesuatu sebelum ini berakhir seperti apa yang ada di ingatannya dulu.

^^^Continued^^^

1
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!