Luna Shang Yuan adalah Ratu dari Kerajaan Shang Yuan, sebuah negeri yang makmur dan kaya raya. Di bawah kepemimpinannya, Shang Yuan mencapai puncak kejayaan, dengan rakyat yang sejahtera dan perdamaian yang terjaga. Namun, meski berada di puncak kemakmuran, hati Luna merindukan petualangan dan kebebasan. Dia memutuskan untuk melepaskan diri dari tugas kerajaan dan berkelana mengelilingi dunia.
Dengan mengenakan hanfu yang anggun dan membawa seruling serta belatinya, Luna memulai perjalanannya. Dia melintasi berbagai negeri, dari hutan belantara hingga pegunungan yang tertutup salju, bertemu dengan berbagai suku dan bangsa. Sepanjang perjalanan, Luna menggunakan suara merdunya untuk membawa kedamaian, menyembuhkan hati yang terluka, dan mengusir kegelapan yang mengancam.
Luna segera menyadari bahwa takdirnya lebih besar daripada sekadar berkelana. Luna menginspirasi banyak orang dan menciptakan legenda yang akan dikenang sepanjang masa.
[Soundtrack mp3: Indila Instrumental]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keheningan di Balik Pegunungan Es
Saat Luna dan Lan Hui melewati gerbang desa. Di kejauhan, mereka melihat kerumunan penduduk yang berkerumun di sekitar pusat desa. Ning Long, yang tampak lelah dan pucat, berdiri di tengah kerumunan. Meski tubuhnya gemetar dan kondisinya tak sehat. Dia berusaha tetap tegar.
"Kenapa mereka mengerumuni Ning Long?!" tanya Lan Hui dengan suara kecil, matanya menatap penuh kekhawatiran.
Luna memperhatikan Ning Long yang terlihat semakin terdesak oleh kerumunan. "Jadi dia adalah Ning Long?" pikir Luna.
Wajah Ning Long menunjukkan tanda-tanda sakit, namun dia berusaha menahan diri dan tetap berdiri tegak. Fan Bin dengan senyum licik di wajahnya, berdiri di samping Ketua Desa Heng Guang yang terlihat muram. Suasana semakin tegang ketika Heng Guang akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar berat dan tegas.
"Ning Long, aku telah mendengar semua tuduhan yang diajukan padamu. Penduduk desa menuntut keadilan. Kau telah kehilangan kepercayaan mereka. Aku tidak punya pilihan selain meminta kau pergi dari desa ini," kata Heng Guang, suaranya seperti palu yang menghantam hati Ning Long.
"Tapi, Ketua!" Ning Long memohon, suaranya parau. "Aku tidak bersalah! Tolong, beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku tidak terlibat dalam kejahatan yang dituduhkan kepadaku. Aku bisa—"
Fan Bin dengan cepat menyela, matanya berkilat penuh kemenangan. "Kau sudah diberi cukup banyak kesempatan, Ning Long. Namun, desa ini tidak lagi membutuhkan orang sepertimu. Jika kau ingin tetap tinggal, maka buktikanlah keberanianmu dengan membawa bunga Lili merah dari puncak Pegunungan Es. Kau hanya punya waktu satu hari."
Kerumunan mulai berbisik, sebagian terlihat terkejut dan khawatir. Bunga Lili merah dari Pegunungan Es adalah obat legendaris yang hanya tumbuh di puncak tertinggi, dan dikatakan dijaga oleh makhluk siluman yang mengerikan. Semua orang tahu bahwa misi itu hampir mustahil, terutama dalam keadaan Ning Long sangat lemah dalam bertarung melawan makhluk diluar batas manusia.
Ning Long menundukkan kepala, tangannya mengepal. "Aku akan melakukannya," katanya, meski tubuhnya gemetar. "Aku akan membawa bunga itu dan menyelamatkan anak Ketua. Aku berjanji."
Tanpa mengucapkan kata-kata lebih lanjut, Ning Long berbalik, meninggalkan kerumunan yang masih bergemuruh dengan suara bisikan dan keraguan. Luna, yang memperhatikan dari kejauhan, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia melihat Fan Bin yang masih berdiri dengan senyum puas, dan firasat buruk mulai merayapi pikirannya.
"Aku harus melakukan sesuatu!" seru Lan Hui, matanya penuh kekhawatiran.
Luna menoleh ke arah Lan Hui, lalu kembali memandang Ning Long yang berjalan menjauh dari desa, menuju jalan setapak yang mengarah ke Pegunungan Es. "Jika dia adalah orang yang sangat berharga bagimu. Aku akan mengikutinya, Lan Hui. Kau tetap di sini dan jangan khawatir."
Lan Hui mengangguk pelan, meski tampak berat untuk melepaskan Luna pergi sendirian. "Hati-hati, Luna," katanya pelan. Lan Hui mengetahui betapa berbahayanya Luna daripada Makhluk siluman yang menjaga Bunga Lili itu.
Dengan langkah yang tenang namun pasti, Luna mengikuti Ning Long. Dia tetap menjaga jarak, menyembunyikan kehadirannya di balik bayang-bayang pohon dan semak-semak. Gerakan Luna begitu ringan, nyaris tanpa suara, seolah dia adalah bagian dari angin yang berhembus.
Ning Long, yang tidak menyadari bahwa dirinya diikuti, terus berjalan melewati jalan setapak yang semakin menanjak. Rasa sakit terlihat jelas di wajahnya, namun usahanya untuk menyelamatkan anak Ketua membuatnya terus melangkah. Luna memperhatikan setiap detil, dari cara Ning Long berusaha menahan batuk, hingga langkahnya yang semakin berat.
"Apakah dia sedang sakit?" pikir Luna.
Ketika Ning Long mendekati kaki Pegunungan Es, angin dingin mulai bertiup lebih kencang, membawa aroma salju dan kesunyian yang mengerikan. Sampai malam tiba dimana Cahaya bulan menerangi jalur berbatu yang semakin sulit dilalui. Ning Long berhenti sejenak, mengatur napasnya, sebelum melanjutkan perjalanan. Luna, yang mengawasi dari kejauhan, tahu bahwa dia harus tetap berada di dekatnya.
"Aku tak bisa membiarkannya menghadapi ini sendirian," gumam Luna pada dirinya sendiri. Namun, dia juga tahu bahwa intervensinya harus dilakukan dengan bijaksana. Dia ingin Ning Long merasakan bahwa dia tidak sendirian, tanpa harus membuatnya merasa di bawah perlindungannya secara langsung.
Malam semakin larut ketika Ning Long akhirnya mencapai bagian yang lebih tinggi dari pegunungan. Suasana semakin menegangkan saat suara angin yang menderu-deru di antara celah-celah batu mulai terdengar seperti bisikan-bisikan dari dunia lain. Luna merasakan perubahan di sekitarnya, sesuatu yang gelap dan jahat seolah mengintai dari bayang-bayang.
Ning Long berhenti lagi, kali ini di depan sebuah tebing tinggi yang tampaknya menjadi jalan buntu. "Aku tahu bunga itu ada di sini," gumamnya, suaranya hampir tidak terdengar di antara suara angin. Dia mulai mencari-cari celah atau jalan lain, sementara Luna memperhatikan dari balik bebatuan.
'dengan kekuatan bulan, akan menghukummu'
semangat terus