Di tengah kesibukan kota modern yang serba cepat, Ferdy, seorang pria yang dulunya memiliki segalanya, kini menjadi pecundang. Ditinggal istri yang telah meninggalkannya, Ferdy merasa hidupnya hancur dan tak memiliki arah. Kesehariannya dipenuhi dengan kesedihan dan keraguan, mengingat kembali kejatuhannya dari puncak keberhasilan hingga menjadi seseorang yang tidak diperhitungkan.
Suatu hari, untuk melarikan diri dari kenyataan pahitnya, Ferdy memutuskan untuk pergi ke gunung, mencari ketenangan dan mungkin sebuah jawaban. Dalam perjalanan menuju puncak, ia terperosok ke sebuah gua misterius yang tersembunyi dari pandangan umum. Di dalam kegelapan gua itu, Ferdy menemukan sebuah gelang antik yang mengeluarkan cahaya lembut. Tanpa disadari, gelang itu adalah kunci dari sebuah sistem kekayaan dan kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya.
bagaimana cerita ferdy bangkit dari keterpurukan menuju ke kekuasaan tetapi masih memiliki kebaikan dan membantu sesama yang kesusahan dan menderita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diambang kematian
Ferdy terbaring dalam tendanya, namun pikirannya tak bisa berhenti memikirkan kenangan tentang Syahida dan Yuni. Rasa sakit emosional dan kesedihan yang mendalam membuatnya merasa tidak nyaman. Dalam ketiduran yang tidak nyenyak, Ferdy tiba-tiba terbangun saat mendengar suara yang memanggil namanya.
**Suara** "ayah.... Aku disini.... Ayah... Ayah..."
**Ferdy:** (terjaga, bingung) "Syahida? Syahida, itu kamu?"
Ferdy berusaha mengabaikan suara itu, tetapi semakin lama, suara itu semakin jelas tapi tak kunjung melihat sosok suara itu.
Ia merasakan dorongan yang kuat untuk mengikuti suara itu. Tanpa menyadari bahwa ia meninggalkan api unggun dan tendanya, Ferdy berlari menuju sumber suara, yang tampaknya berasal dari arah puncak gunung.
Namun, dalam kegelapan malam yang pekat, ia tanpa sengaja berbelok menuju hutan lebat yang jarang dilalui.
Jalan setapak di hutan semakin sempit dan terjal. Angin dingin menyapu wajahnya, dan suasana gelap semakin menambah rasa ketidaknyamanan.
Ferdy terus berlari, berusaha menemukan suara itu, hingga tiba-tiba kakinya tersandung dan ia terjatuh ke dalam sebuah gua kecil namun dalam.
Tubuhnya menghantam dinding-dinding gua berbatu dengan keras, menyebabkan luka-luka di sekujur tubuhnya.
**Ferdy:** (dalam keadaan lemah) "Syahida… tolong…"
"Ayah...mencintaimu...nak..... jangan.... tinggalkan ayah...." Dengan terbatuk dan mengeluarkan darah segar dimulutnya.
Ferdy pun tergeletak tak bergerak, tubuhnya penuh luka dan tulangnya patah. Ia kehilangan kesadaran dan kemungkin tak tertolong jika terlalu lama.
**Pagi Menyambut**
Pagi menjelang, dan kelompok pendaki mulai terbangun.
Gilang dan teman-temannya memulai rutinitas pagi mereka dengan memasak makanan. Saat mereka bersiap-siap untuk summit ke puncak, mereka menyadari Ferdy belum juga bangun.
**Gilang:** (memeriksa tenda Ferdy) "Eh, di mana Ferdy? Tenda dan barang-barangnya masih di sini."
Teman-teman Gilang mulai panik. Mereka berpikir berbagai kemungkinan, mulai dari Ferdy mungkin sudah pergi ke puncak tanpa memberitahu, atau mungkin ia melarikan diri karena telah dibayar, atau bahkan mungkin sedang buang air dan belum kembali.
**wahyu** (teman gilang) "Kalau benar Ferdy pergi ke puncak, kenapa barang-barangnya masih di sini?"
**fitri**(teman gilang) "Mungkin dia ada masalah. Kita harus cari tahu. Jangan-jangan dia tertinggal atau ada sesuatu yang terjadi."
**Gilang** "sudah jangan ribut ataupun panik. Kita tunggu mas ferdy, aku tau sifat dia. Dia orangnya sangat bertanggung jawab. siapa yang menunggu mas ferdy angkat tangan dan yang tidak boleh berangkat summit tapi tanpa kami yang mengakat tangan bagaimana?" Gilang yang sudah mengetahui sifat Ferdy.
Dan memutuskan untuk tidak panik dan menunggu sebentar dan memberikan saran kepada rekannya tapi semua mengangkat tangan hanya 2 orang saja yang tidak, yang dua orang pun akhirnya pasrah mengikuti yang lainnya.
Namun, setelah satu jam berlalu dan Ferdy masih belum muncul, ia memutuskan untuk membagi tim.
**Gilang:** "Oke, kita bagi tugas. Tim pertama akan naik ke puncak dan cek kalau-kalau Ferdy ada di sana. Tim kedua akan mencari di sekitar sini dan sekitar hutan. Tim ketiga akan tinggal di pos, berjaga-jaga dan menghubungi basecamp untuk meminta bantuan."
Mereka mulai melaksanakan rencana. Gilang juga menyadari bahwa HT milik Ferdy tertinggal di tenda.
**Gilang:** "Saya coba hubungi basecamp lewat HT. Mungkin ada yang bisa kita lakukan untuk segera menemukan Ferdy."
**Di Dalam Gua**
Sementara itu, di dalam gua, keadaan Ferdy semakin buruk. Tubuhnya dingin dan luka-lukanya belum mendapatkan perawatan. Dalam kegelapan dan kesunyian gua, Ferdy terbaring masih belum ada tanda tanda sadar.
**Upaya Mencari**
Di luar, tim pencari mulai menyebar. Gilang dan timnya dengan cepat membagi tugas dan melakukan pencarian. Gilang menggunakan HT untuk menghubungi basecamp utama.
**Gilang:** (melalui HT) "Basecamp, ini Gilang dari kelompok pendaki. Kami sedang mencari rekan kami, Ferdy, yang hilang. Kami sudah memeriksa sekitar pos tenda, dan barang-barangnya masih ada. Kami butuh bantuan untuk mencari di sekitar hutan dan gunung."
**Basecamp:** "Terima kasih, Gilang. Kami sudah mendapatkan laporan dan segera mengirim tim penyelamat. Pastikan untuk terus melaporkan kemajuan kalian dan tetap hati-hati."
Setelah berkomunikasi dengan basecamp, Gilang dan timnya melanjutkan pencarian dengan semangat baru. Mereka berdoa agar Ferdy ditemukan dalam keadaan selamat.