Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~BAB 26
•
•
Sore hari Dista baru saja pulang bekerja, ia sampai di Mansion tepat hampir mau malam. Pandangan mata Dista kala memasuki Mansion langsung tertuju pada Lingga yang sedang duduk membaca majalah. Mungkin pria itu mendengar suara langkah kaki Dista, hingga menghentikan aktivitasnya dan langsung fokus kepada Dista yang berjalan kearahnya.
“Kenapa lama sekali? Apa boutique itu akan terbakar jika kau pulang cepat?” tanya Lingga dengan ekspresi datarnya.
Sungguh Dista tidak mengerti dengan maksud sang suami, terkadang Lingga seperti bersikap selayaknya suami. Seharusnya jika Lingga mengatakan bahwa dirinya tidak penting, maka tidak seharusnya Lingga khawatir atau memperdulikan dengan segala yang Dista lakukan.
“Tadi di Boutique masuk barang, jadi aku membantu sedikit disana tadi,” jawab Dista sekalipun ia tahu bahwa itu tidak akan didengar atau bahkan dipercaya oleh sang suami.
Lingga bangkit dari duduknya, ia mengarahkan tangannya agar Dista mengikuti langkahnya. Dengan sedikit penasaran Dista mengikuti saja tidak mau banyak protes, karna protes hanya membuat pria itu marah saja.
Kala sedang menaiki tangga tatapan mata Dista tertuju pada tangan Lingga yang memegang undangan. Yang Dista yakini jika itu undangan pertunangan Vania dan Aldo. Dista jadi takut, jika nanti Lingga akan menyiksanya lagi karna kesal mendapatkan kabar pertunangan Vania.
Tapi semua dugaan Dista salah kala melihat kamar mereka banyak pakaian mewah diatas ranjang. Tatapan mata Dista terfokus pada gamis mewah berwarna merah maroon dengan hijab pashmina warna yang sama.
“Aku akan membawamu untuk pergi ke acara pertunangan Vania, jadi aku tidak mau kau berpenampilan buruk. Ini semua pakaian yang harus kau pilih salah satu untuk dipakai nanti malam, aku akan memakai pasangan yang kau pilih.” Perjelas Lingga panjang lebar yang membuat Dista langsung tersenyum.
Pandangan pertama Dista jatuh kepada gamis maroon itu, ia melangkah untuk melihat lebih detail pakaian yang telah mencuri hatinya. Sementara Lingga hanya berdiri dengan tangan berkacak pinggang memperhatikan Dista yang terus tersenyum menatap pakaian.
“Tuan, ini perias handal yang kau inginkan untuk merias wajah Nona Dista,” Suara itu membuat Dista langsung berbalik badan. Terlihat Malik berdiri disamping pria yang berlagak seperti wanita.
“Hem, hiasi istriku secantik mungkin.. Aku ingin menunjukkan kepada Vania, berikan penampilan yang terbaik untuknya.” Perintah Lingga kepada Mery, ya sebut saja namanya itu.
Lingga berlalu pergi, sekali pun ia belum bertanya pakaian mana yang Dista pilih. Tapi, dari tatapan mata Dista saja Lingga sudah tahu mana yang disukai wanita itu. Tangan Lingga dicekal oleh Dista hingga langkah pria itu terhenti.
“Ada apa?” tanyanya, Lingga seperti tidak akan marah membuat Dista menjadi tidak takut.
“Terimakasih atas semua yang kau berikan hari ini, aku suka,” ucap Dista yang hanya mendapatkan anggukan saja dari Lingga.
Sementara Malik hanya diam memperhatikan cara suami istri itu berkomunikasi. Sejujurnya hatinya memanas melihat Dista memegang tangan Lingga dengan cara seperti itu.
Lingga melepaskan tangannya dari Dista, lalu ia melangkah pergi meninggalkan Dista begitu saja. Sebelum Malik mengikuti sang tuan, ia tersenyum kepada Dista yang juga sama tersenyum.
“Jaga dirimu baik-baik nanti di sana, semoga Tuan tidak menyakiti mu lagi.” Ucap Malik yang mana membuat Dista mengangguk pelan.
Pria itu berlalu pergi, Dista tersenyum tipis. Ia melihat kearah gamis maroon yang telah ia pilih itu, malam ini akan menjadi malam sebagai pengakuan Lingga atas status dirinya yang sebenarnya.
“Ayo nyonya cantik, saatnya kita mulai berdandan..” Kata pria yang bergaya seperti wanita itu.
Pada akhirnya Dista pasrah mengikuti arahan dari perias wajah, ia ingin cantik agar Lingga tidak malu di hadapan rekan bisnis dan bahkan Vania sendiri. Padahal baru saja diakui bukan diperlakukan dengan baik saja sudah membuat Dista bahagia.
•
Lingga duduk di sofa dengan kaki yang terus bergerak membuat Malik menjadi bingung tentunya.
“Tidak ada hal yang bisa membatalkan pertunangan Vania?” tanya Lingga kepada Malik.
Ketahuilah sudah ada lima kali Lingga menanyakan hal itu, dan jawaban dari Malik tetap sama. “Tuan, sudah tiga kali kau membuat acara Nona Vania gagal. Dan sekarang dia lebih menjaga pengawasan, hingga tidak ada lagi celah untuk menghacurkan pertunangan itu.” Jawab Malik disertai penjelasan yang ia harap semoga Lingga mengerti.
Lingga berdecak sebal, ia tidak tahu alasan apa yang membuat Vania tetap saja mempertahankan hubungannya dengan Aldo.
“Jika dibandingkan dengan Aldo, aku kurang apa?” tanya Lingga kepada Malik yang langsung terkejut mendengar itu.
Ketahuilah Lingga merupakan sosok pria yang paling percaya diri. Tidak pernah sesekali merasa rendah atau bahkan tidak layak seperti ini. Tapi, memang Vania telah membuat kehidupan Lingga berubah drastis. Bahkan telah mengubah sifat Lingga yang berubah menjadi kasar dan semena-mena.
“Kau hanya kurang ramah saja, Tuan. Dan nona Vania menginginkan kebebasan dan tidak banyak aturan,” Perkataan Malik mengantung karna melihat ekspresi dari Lingga yang berubah masam.
“Sementara kalau hidup bersamamu, Maka nona Vania harus mematuhi banyak aturan yang harus lebih menjaga sikap.” Sambungnya, Lingga hanya menghela napas panjang saja.
Dengan membawa Dista kali ini ke acara pertunangan Vania, berarti mengakui secara nyata hubungan pernikahan mereka. Lingga akan diakui sebagai sosok yang memiliki istri dan wanita itu adalah Dista.
“Ck, malang sekali nasibku!” Umpat Lingga yang mana membuat Malik tersenyum tipis.
“Malang? Hei, Tuan! Kau beruntung memiliki Nona Dista yang begitu sempurna dan indah..” Gumam Malik di dalam hati.
Keduanya hanya saling diam dengan pikiran masing-masing, Lingga yang benci dengan kenyataan bahwa Vania benar-benar menolaknya kali ini. Sementara Malik tidak bisa lepas memikirkan Dista, ia selalu mengkhawatirkan wanita itu.