Awan menyingsing berdendang di langit senja yang muram. Desir angin menusuk hangat dingin di malam yang membeku. Debur ombak memecah keheningan malam. Seorang gadis berusia 18 tahun tergeletak di lantai sebuah ruangan kosong tepi pantai. Wajahnya membengkak bekas dipukuli, tangan dan kakinya penuh dengan luka darah yang mengering.
Dinginnya angin malam menusuk sampai ke tulang membuat Chika membuka matanya. Chika memegang kepalanya yang terasa berat. Chika merintih menahan sakit. Chika sungguh tidak mengerti, apa kesalahan yang dia perbuat sehingga disiksa seperti ini.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana nasib Chika? Dosa apa yang diperbuat Chika?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Hampir Unboxing
Taxi yang ditumpangi mama Malika, tante Rima dan Chika melaju kencang. Karena sebuah mobil Jeep dengan kecepatan tinggi menyeruduk bagian belakang taxi mereka. Tidak hanya itu, Jeep itu juga menembaki taxi mereka. Sopir taxi berusaha mengamankan penumpang dan juga taxinya.
DOR!
Kali ini sebuah tembakan dari mobil Jeep mengenai ban mobil taxi. Mobil taxi oleng dan memperlambat laju jalannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan mobil Jeep untuk menabrak mobil taxi agar terpental masuk ke dalam jurang. Mobil taxi berputar-putar mengeluarkan suara jeritan ban yang beradu dengan panasnya aspal. Sisi kiri mobil taxi terbentur keras bahu jalan. Taxi dipaksa berhenti. Taxi banyak mengeluarkan asap.
Dari dalam mobil Jeep keluar beberapa orang pria yang menggunakan masker. Mereka mencek kondisi taxi itu. Semua penumpang dan sopir taxi tidak sadarkan diri. Mereka membuka pintu penumpang dan mengeluarkan Chika dari mobil taxi. Salah seorang dari mereka mengangkat tubuh Chika dan memasukkannya ke dalam mobil Jeep. Mobil Jeep melaju kencang.
🌑 Di rumah sakit
Keenan tidak tenang, Keenan mengkhawatirkan Chika. Keenan ingin mencari informasi dari Shinta dengan berpura-pura amnesia. Shinta masuk ke dalam ruangan Keenan.
"Keenan, bagaimana keadaanmu?" Shinta berdiri di samping Keenan berbaring.
"Keenan? Namaku Keenan? Kamu siapa?" Keenan memegang kepalanya.
"Kamu kenapa?" Shinta menoleh ke arah pintu.
Kebetulan saat itu Dokter Gita masuk ke ruangan Keenan untuk melakukan pemeriksaan. Shinta bertanya ada apa dengan Keenan. Keenan tidak mengenalinya dan tidak ingat dirinya sendiri. Dokter Gita mendapatkan sinyal dari Keenan. Dan Dokter Gita mengatakan Keenan mengalami amnesia.
Nampak dengan jelas Shinta tersenyum lebar, kelopak mata bagian bawahnya membentuk bulan sabit. Dan dengan cepat Shinta merubah ekspresi wajahnya dengan cemberut dan mengerutkan keningnya. Shinta seolah khawatir dan merasa bersalah.
Setelah Dokter Gita meninggalkan ruangan, Shinta mendekati Keenan dan meraih jemari tangannya. Shinta menangis, Shinta menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa waktu itu Shinta menolak cinta Keenan, karena penolakan itu Keenan mencoba bunuh diri.
Keenan membulatkan kedua matanya, Keenan tidak menyangka Shinta sangat luar biasa dalam aktingnya. Tak heran bertahun-tahun Keenan jadi budak cintanya. Keenan akan mengikuti permainan Shinta demi mengetahui motif dibalik penculikan Calista.
"Hmmm, kamu siapa?" tanya Keenan.
"Sayang, aku ini Shinta. Tunangan kamu," Shinta menangis di hadapan Keenan.
"Tunangan?"
"Iya," jawab Shinta.
"Chika, siapa Chika? Mengapa di otak ku dipenuhi nama Chika?" Keenan memegang kepalanya.
"Chika. Dia orang yang telah menghancurkan hubungan kita!"
"Benarkah?"
"Chika orang yang menggagalkan pernikahan kita!"
"Aku ingin bertemu dengannya! Ayo bawa aku bertemu dengannya!" Keenan bangun dari tempat tidurnya.
"Untuk apa?" Shinta mengerucutkan dahinya.
"Ingin menghukumnya!" Keenan terlihat emosi.
"Ok, tunggu sebentar." Shinta keluar dari ruangan Keenan.
Keenan mengirim pesan ke Roy untuk membawa pengawal dan mengikuti Keenan tanpa sepengetahuan Shinta. Karena Keenan akan menemui Chika bersama Shinta.
Roy memberikan informasi yang membuat darah Keenan mendidih. Emosi Keenan memuncak. Keenan perlahan turun dari hospital bed, meninggalkan Shinta yang entah kemana. Keenan masuk ke dalam lift khusus dan menemui Roy di parkiran khusus rumah sakit.
Roy dan beberapa pengawalnya membawa Keenan ke suatu tempat. Keenan bersandar di kursi penumpang. Keenan mengganti pakaian rumah sakit dengan pakaian yang sudah disiapkan Roy untuknya. Roy menenangkan Keenan. Keenan sudah habis kesabarannya.
Tibalah mereka di sebuah club malam. Club yang terkenal dengan pengunjung kelas atas. Setiap konglomerat yang hadir di sana diharuskan memakai topeng. Keenan, Roy dan beberapa pengawalnya masuk ke dalam. Di tengah panggung pertunjukan ada seorang gadis tidak sadarkan diri terikat. Gadis itu dilelang, barang siapa yang menawar dengan harga tertinggi dia bisa membawa gadis itu pergi.
Tidak berapa lama polisi berpakaian preman masuk ke dalam club itu. Semua pengunjung berlarian melarikan diri. Keenan naik ke atas panggung, melepaskan ikatan Chika. Keenan mengangkat tubuh Chika dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
"Chika, sadar, ini aku." Keenan menepuk lembut pipi Chika.
Chika kehilangan kesadaran seperti orang mabuk. Chika memandangi Keenan. Chika perlahan membuka kancing bajunya. Keenan memegang tangan Chika menghentikan aksinya.
"Apa yang mereka lakukan?"
Roy melihat ke arah Chika dan memperhatikan tingkah laku Chika.
"Gawat Bos, Chika sepertinya diberikan Afrodisiak!" Roy memukul setir mobilnya.
"Kurang ajar! Habisi mereka semua! Tangkap orang yang telah menculik Chika!" Keenan memberikan perintah.
Chika semakin kehilangan kendali. Chika mengalungkan tangannya ke leher Keenan. Chika secara paksa menciumi Keenan. Keenan menolak Chika. Chika melepaskan tangannya dari leher Keenan dan berusaha menarik Roy yang sedang menyetir mobil.
"Chika apa yang kamu lakukan!" Keenan menarik tubuh Chika ke dalam pelukannya.
"Tolong aku Kak. Jika Kak Keenan menolak, aku akan mencari orang lain," Chika dengan paksa menciumi bibir Keenan.
"Chika, aku gak mau begini. Maaf." Keenan memalingkan wajahnya.
Mata Chika memerah, napasnya semakin menderu. Chika hendak membuka pintu mobil yang masih melaju di jalan raya. Keenan menahan Chika. Keenan menyuruh Roy untuk mengantar ke apartemennya. Mereka memasuki parkiran apartemen mewah.
Keenan mengangkat tubuh Chika masuk ke dalam lift. Chika membuka kancing baju Keenan satu persatu. Chika menyentuh dada Keenan, Chika merasa ada aliran listrik mengalir dalam tubuhnya.
"Chika, please. Jangan begini," Keenan membuka pintu apartemennya.
Keenan perlahan menurunkan Chika di ruang tamu. Chika semakin tidak terkendali, Chika membuka pakaiannya. Keenan memeluk Chika dari belakang.
"Chika, please. Sadar!"
"Kak Keenan, aku sudah tidak tahan," Chika berbalik memeluk Keenan.
"Chika," Keenan menatap ke arah Chika yang bukan lagi dirinya.
Chika sudah tidak bisa diselamatkan. Chika seperti mempunyai kekuatan yang lebih dari Keenan. Chika meninggalkan banyak bekas merah di setiap inci tubuh Keenan. Keenan meringis, Keenan masih merasa sakit di area perutnya.
Chika menarik tangan Keenan masuk ke dalam kamar Keenan. Chika mendorong tubuh Keenan ke atas tempat tidurnya. Chika melepaskan pakaiannya hingga tersisa kaca mata berenda yang menutupi dadanya dan segitiga bermuda pink miliknya. Keenan menahan nyeri di perutnya dan menahan sesuatu yang mulai menegang di bawah sana.
"Toloonngggggg! Chika jangaaaaaaaan!" Keenan menahan tangan Chika yang mulai memegang 'pusaka keramat' miliknya.
Chika terus saja menyerang Keenan dengan sentuhan, ciuman yang membuyarkan iman Keenan. Keenan tetap berusaha mengendalikan dirinya walaupun 'pusaka keramatnya' terus memohon agar bisa masuk ke dalam segitiga bermuda Chika.
"Chika, aku cinta kamu. Aku tidak akan memanfaatkan keadaan. Chika! Sadaaaaarlah!" Keenan menahan tangan Chika untuk membuka celananya.
Chika membungkam bibir Keenan dengan bibirnya. Keenan tidak dapat lagi menahan hasratnya. Keenan membalas setiap ciuman Chika. Lama-lama ciuman mereka berubah menjadi panas.
BRAAAKKK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...