Bukan Pelakor

Bukan Pelakor

Bab 1 Chika

Awan menyingsing berdendang di langit senja yang muram. Desir angin menusuk hangat dingin di malam yang membeku. Debur ombak memecah keheningan malam. Seorang gadis berusia 18 tahun tergeletak di lantai sebuah ruangan kosong tepi pantai. Wajahnya membengkak bekas dipukuli, tangan dan kakinya penuh dengan luka darah yang mengering.

Dinginnya angin malam menusuk sampai ke tulang membuat Chika membuka matanya. Chika memegang kepalanya yang terasa berat. Chika merintih menahan sakit. Chika sungguh tidak mengerti, apa kesalahan yang dia perbuat sehingga disiksa seperti ini.

Chika mengingat kembali kejadian hari ini. Chika bekerja di sebuah restoran ayam goreng. Chika bertugas mengantarkan pesanan ke sebuah perusahaan. Chika disuruh mengantarnya ke lantai 5. Chika tidak sengaja menabrak seorang pria berpakaian jas rapi memakai kaca mata dan minuman yang dipesan tumpah mengenai jas mahalnya.

Chika dalam kegugupan dan ketakutan memohon, meminta maaf kepada pria itu. Pria itu mengamati Chika dari kaki sampai ujung kepala. Pria itu masuk ke dalam lift. Chika menemui orang yang memesan ayam goreng dan meminta maaf karena minuman yang dipesan tumpah. Beruntung orang yang memesan tidak mempermasalahkannya.

Chika dengan perasaan bersalah meninggalkan kantor itu dengan motor matiknya. Dan di tengah perjalanan, motor yang dikendarai Chika diserempet sebuah mobil yang melaju kencang. Tubuh Chika terseret beberapa meter dari jalan raya. Kebetulan jalan pada saat itu sepi karena masih jam kerja tidak ada yang melihat kejadian itu.

Orang yang ada di dalam mobil keluar. Bukannya menolong Chika yang terkapar dengan celana yang sobek tercium aspal, tangan dan kaki berdarah, Pria berbadan kekar itu malah memegang kerah baju Chika dan menghujaninya dengan pukulan membabi buta. Chika tidak berdaya, tubuhnya lemas, tenaganya hampir habis. Untuk bernapas pun terasa lelah. Chika saat ini merasakan sakit yang teramat sangat di bagian perutnya. Pandangan mata Chika menghitam.

Dan di sinilah Chika sekarang. Di sebuah kamar kosong, Chika merasakan semua badannya sakit. Chika memaksakan diri untuk berdiri, Chika mengintip dari balik jendela ternyata dia berada di pinggir pantai. Chika perlahan membuka pintu ruangan itu yang tidak terkunci.

Chika dengan langkah pelan dan terseok-seok sambil berpegangan pada dinding berusaha keluar dari rumah itu. Chika melihat pintu tidak jauh dari tempatnya berdiri. Chika susah payah menggerakkan badannya menuju pintu keluar.

Tiba-tiba ruangan yang gelap berubah menjadi terang. Chika menghentikan langkahnya. Chika melihat seorang pria berpakaian serba hitam memakai topi dan menggunakan masker duduk santai di sudut ruangan dengan pandangan yang sangat tajam dan penuh kebencian.

Chika mengumpulkan keberanian untuk bertanya, "Maaf si ... siapa Anda? Dan mengapa saya bisa berada di sini?" tubuh Chika gemetar.

"Apa kamu mengenal Wanita yang ada di foto itu?" Pria itu menunjuk foto wanita cantik yang terpajang indah di tembok rumah itu.

Chika memperhatikan foto itu dan menggelengkan kepala.

"Pasti kamu mengenal Pria yang ada di sampingnya?"

Chika kembali memperhatikan foto di atas sana dan Chika menggelengkan kepalanya.

"Jangan bohong! Kamu merusak kebahagiaan mereka! Kamu orang ketiga di pernikahan mereka!" Pria itu bangkit dari duduknya dan mencengkram leher Chika.

"Saya tidak mengenal mereka, Anda salah orang!" Chika mencoba melepaskan cengkraman yang ada di lehernya.

"Dasar pelakor!" Pria itu melepaskan cengkeramannya dan mendorong tubuh Chika.

"Aaaaghh," Chika terhempas ke lantai.

"Calista, gara-gara kamu. kakakku koma di rumah sakit. Dia berusaha bunuh diri. Karena kamu! Semua ini karena kamu menggoda Suaminya!" Pria itu melempar botol dan tepat mengenai kepala Chika.

"Saya bukan Calista. Na ... nama saya Chika," kepala Chika mengeluarkan darah segar. Chika kembali tidak sadarkan diri.

"Bos dia mati," Anak buah pria itu berjongkok memeriksa Chika yang tidak sadarkan diri.

"Cek identitasnya!" Pria itu kembali duduk di sudut ruangan.

Anak buahnya yang lain mengambil tas Chika yang sejak tadi dia amankan. Dibukanya dompet Chika yang hanya berisi uang 20 ribu dan mengambil kartu identitasnya dan diserahkan kepada Bosnya.

"Chika Aqila?" Pria itu mengambil kartu identitas lain yang ada di kantongnya.

"Calista Amani. Kamu, coba cari informasi tentang gadis itu! Dan kamu coba cek apa dia masih hidup?"

"Dia masih hidup Bos. Saya akan segera membawanya ke rumah sakit,"

Tubuh Chika diangkat dan dimasukkan ke dalam mobil. Mobil berwarna kuning melaju kencang meninggalkan rumah pinggir pantai. Sementara itu Pria bermasker terus mengamati foto yang ada di tangannya.

"Aku tidak mungkin salah. Dia Calista Amani. Orang yang menghancurkan pernikahan Kak Alya. Aku tidak mungkin salah."

"Bos, ini informasi gadis itu."

Pria itu membaca di dalam hati. Nama Chika Aqila, umur 18 tahun. Tinggal bersama ibu tirinya, ayahnya sudah lama meninggal dunia. Baru saja lulus SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena ekonominya. Bekerja di restoran ayam.

"Apa dia baru pindah ke kota ini?" tanya pria bermasker.

"Menurut informasi, dia sejak lahir sudah tinggal di kota ini."

"Dan apakah kamu sudah mendapatkan informasi tentang Calista?" Pria bermasker mengacak-acak rambutnya.

"Calista hilang seperti ditelan bumi Bos," jawabnya.

Ponsel Chika berbunyi, dari layar tertera 'Mama'. Pria bermasker mengabaikan panggilan dari mama Chika. Kemudian ponsel Chika kembali berbunyi kali ini dari restoran ayam goreng. Pria itu mengangkat panggilan.

"Halo Chika? Kemana az kamu? Kamu bolos di jam kerja,"

"Maaf, gadis yang punya ponsel ini mengalami kecelakaan di jalan raya. Saat ini sedang dibawa ke rumah sakit," kata Pria bermasker.

"Chika kecelakaan? Rumah sakit mana?" suara itu terdengar mengkhawatirkan keadaan Chika.

"Saya akan mengirimkan lokasi rumah sakitnya," Pria bermasker menutup panggilan telepon dan menyuruh anak buahnya mengirimkan lokasi rumah sakit kepada orang yang menelepon Chika.

"Sudah Bos, saya mengirimkan lokasi rumah sakit. Gadis itu di ruangan UGD. Bagaimana Bos, apakah gadis itu kita tinggalkan begitu saja di rumah sakit?" tanya Anak buahnya.

"Jangan lepaskan dia. Biarkan dia di rumah sakit. Aku akan terus menyelidikinya. Siapa tahu dia merubah namanya dengan identitas baru. Aku sangat yakin, dia itu pelakor yang telah membuat rumah tangga Kak Alya berantakan. Bagaimana keadaan Kak Alya?"

"Bu Alya masih sama masih koma. Bu Alya kehilangan semangat hidupnya. Dan suaminya juga menghilang."

"Calista Amani. Tidak perduli kamu merubah identitasmu dengan berbagai nama, wajahmu sudah aku ingat. Aku pasti tidak salah, dia pasti pelakor itu. Kak Alya, aku akan membalaskan dendammu. Dia tidak akan tenang. Aku akan menghancurkan hidupnya."

BBZZZZZ! BBZZZZZ!

Pria bermasker mengangkat panggilan masuk dari salah seorang anak buahnya yang berada di lain kota.

"Bos, ada yang melihat keberadaan Suami Bu Alya. Saya akan mengirimkan lokasinya,"

"Apa dia bersama Calista Amani?" tanya Pria bermasker.

"Bukan Bos, dia bersama wanita lain."

"Ikuti mereka!" perintah Pria bermasker.

"Azmi bersama dengan Wanita lain? Jadi apa hubungannya dengan Calista Amani? Mengapa foto dan identitas Calista Amani ada di dalam tas Kak Alya? Kak Alya, apakah aku melakukan sebuah kesalahan? Aaaaaggghhhhh!" Pria bermasker memukul dinding tembok dengan kepalan tangannya.

Dinding tembok rumah itu meninggalkan noda merah kepalan tangan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

🌺cataleya🌺

🌺cataleya🌺

lah gimana tuh belum lengkap cari datanya dah main hajar aja.. salah target kan, pengen ketawa takut dosa /Chuckle//Chuckle//Facepalm/

2024-07-26

2

Astrid Bakrie S

Astrid Bakrie S

Mampir ya

2024-07-24

1

Na!

Na!

menarik saya suka

2024-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!