NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.1M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Beraksi (2)

Lombok

Deburan ombak kecil bergerak saling berkejaran menuju tepi pantai. Sekelompok burung camar terbang tinggi membentuk formasi indah melintasi lautan lalu mendarat di tepian pantaì. Kembali lagi ke udara begitu ada ķehadiran manusia yang akan mendekat. Terbang...seolah atraksi pesawat tempur yang melakukan akrobatik menghiasi langit biru berhias awan putih.

Indah. Tentu saja suguhan indah dan memberi bahagia bagi wisatawan yang tengah healing di villa yang menghadap panorama alam eksotis itu. Namun saat ini keindahan pantai itu tidak menjadi perhatian sepasang suami istri usia senja yang sedang berdiri renggang di balkon villa. Keduanya saling diam membisu. Larut dalam pikiran masing-masing.

"Mi----" Krisna melangkah mengikis jarak. Mencoba merayu.

"Jangan mendekat!" Ratna mengangkat tangan sehingga Krisna berhenti di jarak 60 cm. "Mami lagi marah sama Papi. Mami kecewa tau nggak!" Air mata yang dari tadi ditahan, luruh membasahi pipi.

"Kenapa harus ada rahasia diantara kita? Kenapa gak jujur sampai bertahun-tahun lamanya? Kenapa harus memberi bahagia berbalut dusta? Kenapa, Mas?" Ratna melampiaskan kemarahannya sambil tergugu dalam tangis. Ia meronta saat Krisna meraihnya dalam pelukan. Namun kalah tenaga sehingga pasrah dalam dekapan suami yang sudah menemani selama puluhan tahun lamanya.

"Aku mau pulang ke Ciamis. Aku kecewa sama kamu, Mas." Lagi, Ratna berusaha meronta dari tubuh tinggi besar yang mendekapnya.

"Lampiaskan marah Mami sepuasnya. Papi akan terima. Asal jangan pernah pergi meninggalkan Papi. TIDAK BOLEH." Dua malam telah dilalui dengan kemesraan sambil memadu kasih dalam luapan bahagia. Pagi ini semuanya berubah 180° usai Krisna membuka tabir masa lalu.

"Aku mau pulang sendiri ke Jakarta sekarang!" Ratna bergegas masuk ke dalam kamar usai pelukan suaminya merenggang. Diikuti Krisna yang mengekori di belakang.

"Mami gak bisa pulang. Tas Mami udah Papi sita. Kita akan pulang sama-sama. Tapi setelah Mami mau mendengar penjelasan Papi." Krisna tetap bersikap lembut menghadapi Ratna yang ketus.

Ratna tidak mempedulikan ucapan Krisna. Tasnya benar tidak ada. Beralih melangkah menuju pintu untuk keluar. Meski tidak tahu harus pergi kemana saat hati diselimuti marah itu. Yang penting jauh dari Krisna. Sayangnya, pintu pun terkunci.

"Mi, jangan pernah pergi dalam keadaan marah. Bahaya. Ayo kita duduk....kita bicara baik-baik. Kan Papi belum jelasin semuanya." Krisna membujuk Ratna yang bergeming di depan pintu dengan tatapan penuh kemarahan. Berhasil menuntunnya untuk duduk dan memberikan minum segelas air putih.

Krisna memperhatikan sang istri yang berangsur reda amarahnya. Meski tetap berwajah ketus bahkan memalingkan wajah menghindari mata saling tatap.

Krisna menghela nafas berat. "Banyak alasan kenapa Papi tidak jujur. Pertama karena Papi gak ingin Mami sedih dan menjadi kepikiran. Kedua, kalau Mami tahu Papi yakin Mami akan melabrak Rio. Dan itu beresiko. Rio bakal nyuruh orang menyebarkan foto ke media."

"Yang Papi pikirkan selanjutnya adalah Ibu. Ibu pasti sedih dan malu bakalan menjadi gunjingan tetangga. Karena foto-foto itu sangat meyakinkan seolah Papi sudah melakukan hubungan badan dengan perempuan lain. Akhirnya, dilema...saat Papi harus menolong Dara, anak kecil tak berdosa yang sakit-sakitan, jadinya Papi setiap pergi harus berbohong sama Mami. Selain itu...demi Allah, Papi setia sama Mami, setia sama pernikahan suci kita."

Krisna memperhatikan perubahan raut wajah Ratna yang kini terpekur.

"Sekarang Rama sedang mendekati Zara untuk mencuri hape yang Papi sebutkan. Semua barang bukti foto ada di hape itu. Jika bisa diambil, masalah selesai. Si Rio bisa dijebloskan ke penjara. Rama bebas memutuskan Zara."

Ratna berubah menatap Krisna dengan raut kaget. "Jadi Papi gak serius menjodohkan Rama dengan Zara?!"

"Tentu tidak. Mana mungkin Papi merelakan anak kita nikah sama anaknya Rio yang manja itu. Malahan Papi nguping obrolan Rama sama Damar waktu di Ciamis. Rama suka sama gadis yang nolong Cia waktu itu, Mi."

Ratna lagi-lagi membelalakkan matanya. Baru tahu, karena Rama tidak pernah cerita atau mungkin saja belum sempat cerita.

Krisna meraih tangan Ratna dan mengecupnya. "Maafin Papi ya, Mi. Maafff----" dengan nada penuh penyesalan kembali mengecup kedua tangan istrinya itu.

"Baiklah, Mami maafkan. Tapi Mami masih marah sama Papi."

"Alhamdulillah...makasih sayang." Krisna tersenyum lebar dengan wajah semringah. Beralih menciumi seluruh wajah Ratna. Terakhir mengecup bibir.

"Berapa lama marahnya, Mi?! semenit, dua menit?!" Krisna menggoda istrinya yang masih berwajah masam.

"TUJUH TAHUN!" Ratna menjawab ketus.

Membuat Krisna terhenyak. "Mi, marah lebih dari tiga hari aja gak dibolehin. Dosa. Apalagi 7 tahun. Jangan ya, Mi!" ujarnya merajuk seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim.

"Memangnya apa yang Papi lakuin selama ini bukan dosa?! Nabung kebohongan 7 tahun." Ratna meradang. Merasa terpancing lagi marahnya.

"Iya...Papi kan udah ngaku salah. Tapi kan berbohong kepaksa---" Krisna *******-***** tangan Ratna dengan kepala menunduk.

Ratna memejamkan mata. Sesungguhnya hatinya mudah luluh dan tersentuh setiap kali Krisna merajuk padanya. Ia memang senang melihat sang suami yang suka bermanja padanya. Indikator jika posisinya sebagai istri sekaligus ibu begitu berharga di mata suaminya itu.

"Mi...kalau Mami udah gak marah, kita pulang secepatnya. Papi akan sewa sewa jetpri. Perasaan Papi gak enak keinget Rama."

Ratna menghela nafas panjang. "Gak perlu nunggu Mami reda marah. Mungkin waktu yang akan memyembuhkan. Ayo kita pulang!" Ratna beranjak lebih dulu untuk membereskan koper.

...***...

Jakarta

Ceklek

Pintu tidak terkunci. Saat kaki siap melangkah masuk, Rama mendengar suara ketukan langkah sepatu menaiki tangga. Pintu pun ditutup kembali.

"Sayang, kok masih di luar. Ayo masuk!" Zara menarik tangan Rama yang nampak berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Gak enak ah, mending nunggu pemiliknya dulu."

"Ya ampun, sayang. Masih aja malu-malu. Anggap aja ini kamarmu juga." Zara mendorong tubuh Rama sampai terduduk di tepi ranjang. Dengan cepat ia duduk dipangkuan Rama dengan tangan mengalung di leher.

"Nanti bibi lihat. Jangan ya!" Rama dengan gerak cepat pula menggendong tubuh Zara. Memindahkan tubuh ramping itu rebah di kasur. Ia beringsut menjaga jarak.

"Ah, padahal aku aja yang bawa jusnya jangan si bibi." Zara dengan kesal memukul-mukul kasur. Mengira penolakan Rama karena malu.

"Nanti keburu Papa pulang kan ga asyik gak bisa berduaan di kamar." sambung Zara sambil mendecak kesal.

"Om Rio pulang kapan dari Makassar?!" Rama menatap Zara sekilas. Beralih mengedarkan pandangan ke arah lain. Posisi tidur telentang dengan kaki menjuntai ke bawah, membuat rok mininya makin terangkat ke atas. Bahaya untuk kesehatan mata dan otak.

"Papa gak jadi berangkat. Semalam pulang lagi karena pesawatnya delay lama. Jadinya males katanya."

Rama jelas terhenyak meski kemudian bisa menetralisir lagi mimik wajahnya.

"Sekarang Om nya mana? Kok aku gak lihat."

"Papa lagi nganter Mama ke dokter. Tadi pagi Mama sakit kepala." Zara mengulurkan kedua tangan. Meminta Rama menariknya karena mau bangun. Rama menurut. Tentunya dengan terpaksa dan siaga jika sampai Zara memeluknya.

Sesuai prediksi Rama. Zara berniat akan memeluk saat tubuh seksinya sudah tegak berdiri. Dengan senyum dan gelengan kepala, Rama menolak halus. Lalu mengajaknya pindah duduk ke sofa. Bersamaan dengan ART yang datang membawakan dua gelas jus mangga.

"Sayang, ini punyamu, yang ini punya aku tanpa gula." Zara memberikan gelas jus yang sebelah kiri kepada Rama.

"Cheer---" Zara mengangkat gelas jus miliknya ke udara untuk bersulang.

Tring. Terdengar bunyi gelas beradu.

"Tunggu, Zara! Sebelum minum, aku ada surprise dulu buat kamu." Rama menyimpan gelasnya di meja. Kedua telapak tangannya digosokkan seolah merasa gugup karena akan memberikan kejutan.

"Beneran, sayang?! Zara menatap tidak percaya. Dijawab Rama dengan anggukkan kepala.

"Uuhhh aku jadi deg-degan." Zara pun menyimpan minumannya di meja yang sama. Dengan gaya centil meliuk-liukkan badannya.

"Aku siapin surprisenya di luar kamar. Kamu tunggu 10 menit ya. Pintunya aku kunci dulu. Aku takut kamu ngintip. Oke, cantik?!" Rama mengedipkan sebelah mata.

Zara tersenyum semringah mendengar kata mesra dari Rama yang baru pertama kali di dengarnya itu.

"Oke, handsome." Zara membulatkan dua jarinya sambil membalas kedipan mata.

Ceklek. Rama mengunci pintu kamar Zara dari luar. Menyimpannya di saku celana. Melangkah lebar menuju ruang paling ujung sambil mengaktifkan alat komunikasi dengan Damar.

"Mar, waktu gue gak banyak. 5 menit harus beres. 5 menit lagi buat kabur. Jangan sampai Om Rio keburu datang." Rama berbicara sambil memakai sarung tangan. Ia sudah berdiri di depan brankas.

"Oke. Sudah siap?!" Damar menyahut. Sedari tadi ia siaga memantau lewat spy cam yang menempel di baju Rama.

"Oke. Angkanya!" Kening Rama mulai berembun keringat saking tegang. Ia menekan angka-angka yang disebutkan Damar.

Klik. Pintu brankas terbuka. Tiga ponsel warna merah dikeluarkan dengan cepat untuk diteliti.

"Done!" Lirih Rama usai menukar ponsel yang dicarinya dengan ponsel pengganti yang dibawanya. Disusun kbali dengan rapih.

"Aku keluar sekarang!" lanjutnya mengkonfirmasi kepada Damar. Dengan langkah cepat setengah berlari menuruni tangga.

Rama membuka pintu utama yang tidak dikunci. Menjadi terkesiap melihat ada orang berdiri saat pintu terbuka.

"Om! Bikin kaget aja!" Rama memaksakan terkekeh untuk menyamarkan wajah tegangnya.

"Mau ke mana, Rama?!" Rio yang berdiri dengan istrinya menyapa dengan wajah datar.

"Ke kantor dulu, Om. Aku udah dari tadi ketemu Zara. Permisi ya, Om Tante...."

"Tunggu!" Rio menahan bahu Rama yang akan lewat.

"Pintu gerbang sudah dikunci. Kamu gak bisa keluar!"

.

.

.

Dari kediaman Krisna Adyatama. Damar berlari cepat menuruni anak tangga dengan ponsel menempel di telinga. Sudah tersambung tapi belum ada jawaban dari sebrang sana.

Sampai ke dalam mobilnya barulah panggilan terhubung.

"Pak, langsung ke TKP. Rama dalam bahaya!" Damar melempar ponsel ke jok sampingnya tanpa menunggu jawaban. Klakson dibunyikan berkali-kali agar security cepat membuka pintu gerbang.

Tbc....

"

1
Prilya Mcvee
Oalaah akbar.. jdi sebelum adek nya ternyata kepincut kakak nya dlu🤣🤣
Aku baca yg Ami dlu baru si puput.
ga papa yey, gak dpt kakaknya dpt adek nya dong.. tambah awet muda klo sama si Ami😆😆
Erna Yunita
ada udang dibalik rempeyeeeeekkkkk.... 😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎
Ismu Aji
Luar biasa
Prilya Mcvee
ya Allah mi.. Amii.. pinter beud dah modus nya🤣
Prilya Mcvee
ya Elaaah kesian amat kang panciii🤣🤣
Sri
apa Akbar juga jadi fans berikutnya?
Ismu Aji
Luar biasa
🐙OctOMom's
baru mulai baca, belum bisa komen....tapi kayanya ini karya bagus, yg baca nya banyak bangeet
Erna Yunita
aq datang menyapa 🤗
Henym
Luar biasa
Melda Herawaty
bagusss banget ini novel rasanya ga puas sekali baca 👍👍
Elta Rosita
jd ikut menangis....
Elta Rosita
amiiiiiiiiiii......
Mahyudin Mahyu
suka banget sweeet pokoknya bikin baper senyum senyum sendiri kalau udah mulai baca jadi lupa sama kerjaan dirumah
Mahyudin Mahyu
seringnya jatuh cinta sama tokoh didunia fiksi ada ngga didunia nyata
Mahyudin Mahyu
ikut terharu
Mahyudin Mahyu
mau ya neng sayang kasihan aa rama
Mahyudin Mahyu
iya aku juga ikutan baper baca novel ini senyum senyum sendiri
Mahyudin Mahyu
pengen juga nih jadi horang kaya
pipi gemoy
ngulang baca 🌹👻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!