Tag khusus : Membaca Pikiran
Thalita terbangun kembali setelah meminum racun buatan suaminya.
Deo begitu ambisius ingin menyingkirkan istrinya itu agar bisa menikahi adiknya.
Namun takdir berkata lain, Thalita kembali hidup dan memasuki area istana kerajaan sebagai seorang putri yang terbuang.
Thalita yang awalnya seorang wanita kantoran itu harus menjalani berbagai rintangan sebagai seorang putri buangan.
Apakah Lita mampu mengubah takdirnya menjadi putri yang terhormat ?
Dan apakah ia bisa menundukkan hati sang pangeran yang begitu dingin di kerajaan itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bimbang
Putri Zhiping tersudutkan dengan ucapannya barusan. Ia tidak mungkin ingkar janji. Janji dengan Pangeran Liang Zee untuk menikah dengannya. Ia juga sudah janji akan memenuhi permintaan putri Jian.
Tak terpikirkan olehnya jika putri Jian ingin menukar penawar racun itu dengan Pangeran Liang Zee. Seharusnya ia harus lebih hati - hati, padahal ia sudah tahu jika putri Jian adalah orang yang licik dan berambisius.
"Bagaimana Putri Zhiping, apa kamu sanggup untuk mengabulkan permintaanku?" tanyanya seolah sudah tahu jawaban apa yang akan keluar dari mulut putri.
Putri Zhiping tersentak dalam lamunan. Meski bimbang ia harus memutuskan sekarang. Antara Pangeran Liang Zee atau Bhao.
"Putri Zhiping, apa kamu tak ingin melepaskan Pangeran Liang Zee demi seorang anak ?" Menatap lekat ke arahnya. Ia yakin jika Putri Zhiping akan menyerah.
Putri Zhiping masih membeku, ia ingat betul bagaimana Pangeran Liang Zee ikut berperan dalam misinya. Jika ia memilih Pangeran Liang Zee maka pengobatan Bhao akan terhenti. Jika ia memilih Bhao, hati pangeran akan terluka. Secara tidak langsung ia sudah mengetahui perasaan pangeran terhadapnya.
Putri Zhiping masih berperang batin. Ia tidak bisa memberi keputusan sekarang. Hari pernikahannya sudah dekat. Ia tidak mungkin membatalkan pernikahan. Permaisuri Jian Lie pasti sangat terluka juga hatinya.
"Putri Zhiping ?" panggil putri Jian lagi.
Putri Zhiping menatap tegas, "Ya, aku penuhi permintaanmu." akhirnya putri mengambil sebuah keputusan. Ia tidak tahu itu sebuah keputusan yang salah atau benar.
"Keputusan yang bijak." menepuk bahu sang putri sebelum beranjak pergi.
Putri Zhiping mengepal erat, tak terasa bulir air matanya menitik tanpa ia sadari.
"Air mata ini ? Untuk apa aku menangis. Keputusanku sudah benar. Aku tidak boleh egois. Hanya karena seorang pria aku tidak mungkin lemah." mengusap kasar air matanya.
Putri Zhiping bergegas pergi ke rumah Feng untuk mengetahui perkembangan Bhao.
Dan percakapan mereka terdengar jelas oleh Zan Zizi. Zan Zizi tersenyum lebar, masih ada peluang untuk mendapatkan hati sang putri.
.
Pangeran Liang Zee merasa bosan di dalam kamar, ia ingin pergi menghirup udara bebas. Tapi pengawal - pengawal itu seperti mata yang terus mengawasi. Pikirannya menjadi buntu agar bisa keluar dari sini.
Tak lama kemudian, suara pelayan wanita yang masuk membuyarkan lamunannya.
"Pangeran Liang Zee, ini makan siang Anda!" seru pelayan Dhaici meletakkannya di atas meja.
Pangeran Liang Zee tak berselera untuk makan. Terbesit dalam benaknya untuk melakukan penyamaran lagi. Ia segera beranjak.
Ketika pelayan Dhaici berbalik akan pergi, Pangeran Liang Zee dengan cekatan memukul tengkuknya hingga ia jatuh tak sadarkan diri.
Dan segera ia melakukan penyamaran mengenakan pakaian wanita.
Pelayan Dhaici dipindahkan tubuhnya ke atas tempat tidur yang biasa ia gunakan untuk istirahat. Baru setelah itu ia dengan langkah menunduk ke luar kamar.
Tak ada seorang pengawal pun yang mencurigai dirinya.
"Aman," selorohnya dan bergegas pergi ke luar.
Sepanjang langkahnya ia terus menunduk lalu membaur bersama pelayan lain.
Saat di depan pintu gerbang istana, ia hendak ke luar dari barisan. Seketika langkahnya tertahan oleh seorang pelayan.
"Hai, kamu mau pergi kemana ? Bukankah permaisuri meminta kita untuk segera datang menghadap." ujar seorang pelayan.
Pangeran Liang Zee yang menyamar menjadi pelayan wanita tadi tak berani menyahut. Ia hanya mengangguk saja sebagai balasan.
Gerobak milik petani terlihat melintas tak jauh dari tempatnya berdiri ke luar istana, bergegas ia kabur mengambil kesempatan itu. Menyelinap lalu menyembunyikan diri dari pantauan para prajurit.
Agak jauh ia rasa sudah aman, ia memisahkan diri dari gerobak petani itu.
Pangeran Liang Zee menghembuskan nafas lega, tak sia - sia penyamaran yang ia lakukan berhasil juga.
Ia ingin menemui Putri Zhiping.
.
Putri Zhiping terlihat gelisah, wajahnya murung tak bersemangat saat mengajar. Ia mendesah berat. Dilihatnya para pekerja yang membangun sekolahan tengah berlalu lalang. Ia pun terpaksa mengakhiri pembelajaran lebih awal.
"Anak - anak, sampai di sini pelajaran hari ini. Jangan lupa pelajari lagi dan hafalkan di rumah."
"Baik Putri!" sahut anak - anak kompak.
Putri Zhiping terlonjak kaget dengan kedatangan seorang pria yang mengenakan pakaian wanita.
"Pangeran Liang Zee, kamu membuatku terkejut!" sentaknya tanpa sengaja. Lalu tertawa terpingkal melihat penampilan Pangeran Liang Zee yang seperti wanita.
"Jangan mentertawakan ku !" Pangeran Liang Zee berkacak pinggang.
Putri Zhiping menghentikan tawanya. Agaknya perutnya ikut berguncang merasa geli.
"Aku susah payah agar bisa ke luar dari istana, tapi apa yang aku dapatkan darimu?" Pangeran Liang Zee mengerucutkan bibirnya. Terlihat tetap tampan meski sedang marah.
Putri Zhiping menghargai usahanya, "Ya ya, baiklah." ia mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa tadi.
"Putri Zhiping ada yang ingin aku sampaikan padamu." ujar Pangeran Liang Zee berharap bisa membantunya. Ini terkait dengan kesembuhan Bhao. Tapi, sialnya buku itu tak ia bawa. Gegara menyamar menjadi pelayan wanita, tujuan utamanya jadi lupa.
"Ada apa ? Kebetulan kamu datang. Aku juga ingin menyampaikan hal penting padamu." ujar Putri Zhiping yang mulai serius.
"Hal penting apa ?" Pangeran Liang Zee jadi penasaran.
Sebenarnya Putri Zhiping tak tega untuk menyampaikan ini. Tapi ini harus ia katakan meski akan sangat menyakitkan.
"Pangeran Liang Zee, ada satu hal yang harus kamu ketahui."
Pangeran Liang Zee masih menyimak, tampaknya putri akan berkata serius.
Ini teramat sulit. Putri Zhiping tak bisa mengatakan kalau ia akan membatalkan pernikahannya.
"Apa Putri ?" Pangeran Liang Zee masih menunggu.
"Bagaimana dengan persiapan pernikahan kita ?" Putri Zhiping mengalihkan pembicaraan yang seharusnya menjadi topik utama.
Pangeran Liang Zee mendesah, "Aku bosan. Ibu melarangku ini itu. Aku seperti terpenjara dalam istanaku sendiri."
"Kasihan, memangnya apa yang diminta oleh permaisuri Jian Lie sampai kamu tersiksa seperti ini?"
"Ibu itu seorang wanita, tapi aura seram dan kejamnya terpancar begitu kuat dari wajahnya. Aku takut jika harus menolak. "
"Itu artinya, orang tuamu menyanyangimu." hibur sang putri.
"Kurasa itu bukan bentuk kasih sayang, penekanan namanya."
Mendengar curhatan sang Pangeran, Putri Zhiping tak ingin menambah beban pikirannya. Ia tahu di masa depan dunia membutuhkan sosok pemimpin yang baik seperti dia. Mungkin dengan melepas pangeran, dia akan mendapatkan yang lebih baik darinya.
"Oh, ya, katanya ada yang ingin kamu sampaikan, apa ?" sang putri mengganti topik.
"Aku menemukan sebuah buku. Buku itu berisi resep penawar racun. Mungkin dengan mempelajari buku itu, Bhao akan tertolong."
Putri Zhiping mendesah, "Maaf, sudah merepotkan mu sampai menbuatmu jauh - jauh datang ke sini untuk memberi tahu itu. Aku sudah mendapatkan penawar itu. Ada sedikit perubahan pada tubuh Bhao setelah minum penawar itu."
"Sungguh, kamu telah mendapatkan penawar itu ?" Pangeran Liang Zee ikut senang mendengarnya.
Putri Zhiping terlihat kecewa, "Aku menukarmu dengan penawar itu, maafkan aku Pangeran Liang Zee." ucapnya dalam diam.
semangat thor,, sehat and sukses slalu 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😘
semangat truss yaa thor,, 💪🏻💪🏻💪🏻😘