Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

"Iya kenapa? Aku ngantuk banget." ucap Luna beralasan.

"Yasudah, nanti kita bicarakan lagi, selamat malam."

"Hm." ucap Luna yang meninggalkan Dio lebih dulu masuk ke dalam kamarnya.

***

Pagi hari di kantor.

Indra gelisah bukan main, ruangan ber AC dan hawa dingin pagi hari harusnya bisa mendinginkan pikirannya, tapi tidak berlaku untuk hari ini ... Bulir-bulir keringat terus membasahi keningnya, leher dan juga bagian tubuh lainnya.

Indra terus memantau cctv untuk memantau kedatangan Dio, sungguh dirinya tidak sanggup untuk meredakan amarah boss nya jika mengetahui kabar yang akan indra katakan hari ini.

Yang di tunggu akhirnya tiba, Dio berjalan dengan gagahnya menggunakan jas berwarna coklat senada dengan celana dan motif dasi yang pas pilihannya sendiri.

Ketika sampai di ruangannya, Dio langsung memeriksa email terbaru dan mengecek pekerjaan yang kemarin belum selesai sepenuhnya.

*Suara pintu di ketuk

"Masuk."

"Pak."

"Ada apa dengan raut wajahmu? Tidak seperti biasanya." Ucap Dio yang menyadari keanehan asistennya itu.

Indra mengigit bibir bawahnya, dan dengan segenap keberanian yang ada akhirnya dia mengatakan, "Pak Lutfi dan pak Bimo sudah mengerahkan seluruh team kepolisian dan orang kepercayaan nya untuk menyelidiki kasus penyiraman kemarin. Dan kemarin dua orang itu hampir tertangkap."

Wajah Dio seketika memerah, membayangkan apa yang akan terjadi jika pelaku di tangkap dan keluarga nya tahu, bahwa dirinya lah dalang dari kasus ini. Walaupun sasaran Dio bukan Luna, melainkan Aldo ... Tapi tetap saja, hal buruk pasti akan terjadi padanya jika semua ini terbongkar.

Dio berjalan ke arah Indra dengan sangat cepat, di cengkramnya leher baju indra dengan sangat kuat sampai asistennya itu sedikit tersengal karena lumayan sesak, "Mm-maaf pak."

"Bodoh kamu!" Sahut Dio sambil mendorong Indra, sampai dia tersungkur ke lantai.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya hah?! Kenapa otakmu yang cerdas itu tidak di gunakan pada saat seperti ini!!"

Indra tidak menjawab, pria itu berusaha berdiri dan tetap menundukan pandangannya di hadapan Dio yang sedang terbakar emosi.

"Kemana sekarang perginya dua orang yang sama bodohnya dengan kamu itu?"

"Mm-mereka ada di apartemen saya pak!"

"Waaaaaaaah ... Benar-benar kamu si bodoh dari yang paling bodoh indra, aku menyesal memperkejakan kamu menjadi asisten pribadiku, kinerja mu sungguh buruk, kau bukan membantuku, tapi memperburuk keadaanku sekarang ini," ucap Dio sambil memijat keningnya yang sedikit frustasi.

Indra sedikit mendongakan wajahnya, pria itu tidak lagi menunduk , "Maaf pak, dari awal perjanjian bekerja disini hanya untuk urusan bisnis yang berjalan di kantor ini, saya tidak berpengalaman untuk mengerjakan tugas kriminal seperti yang bapak perintahkan saat itu," ucapnya dengan percaya diri.

"Jangan banyak bicara kamu! Sekarang juga perintahkan dua orang sial4n itu menjauh dari negara ini, dan tempatkan mereka di pelosok, beri mereka uang untuk menanggung hidupnya selama 5 tahun lamanya, paling tidak sampai kasus ini sudah berhenti di usut, saya tidak sudi nama baik saya tercoreng apalagi berurusan dengan hukum, akibat kebodohan anak buahmu itu."

"Baik pak."

"Sampaikan semua perkembangannya, jangan sampai saya terlewat berita sedikitpun," ucap Dio yang mulai sedikit tenang.

Indra menganggukan kepalanya, "Saya pamit pak," ucap Indra yang langsung meninggalkan ruangan Dio.

***

"Bagaimana ciri-ciri orang yang mencelakai anak saya?" Ucap Bimo pada beberapa preman yang ada di bawah naungan Latif.

"Tinggi besar pak, seluruh tubuhnya hampir bertatto. Mereka membawa senjata api pak pada saat penyergapan, sayangnya di antara kami tidak ada yg merekam maupun memotret wajahnya karena keadaan sangat kacau malam itu." Jawab salah seorang preman itu dengan lantang.

"Tenang saja Pak Bimo, percayakan semua pada orang yang sudah berkompeten seperti anak buah saya ini, begitu juga dengan team kepolisian. Cepat atau lambat kasus ini Kan terungkap, " ucap Latif menenangkan Bimo.

"Terimakasih Pak Latif, sudah membantu, lalu bagaimana dengan Dio? Apakah dia ikut mengusut juga?"

"Sama-sama pak Bimo, Luna menantu kesayangan kami semua, apapun akan kamu lakukan untuknya. Dan Dio, dia sangat mencintai Luna ... terlihat jelas pada saat di rumah sakit, bagaimana anak saya memperlakukan Luna, dia pasti mengerahkan semuanya untuk mencari pelaku yang sudah mencelakai istrinya itu,"

"Ya, saya lihat kemesraan mereka saat di rumah sakit, saya bahagia anak saya di kelilingi oleh orang yang sangat menyayanginya,"

***

Di sebuah resto.

"Dio sepertinya sangat sulit untuk aku dekati, aku sudah kehabisan cara," Ucap Kinan pada Ervina yang sedang makan siang bersama.

"Kamu tenang saja sayang, Tante yakin sebentar lagi Dio akan berpisah dengan Luna, kamu hanya harus bersabar sedikit lagi."

"Baiklah tante, Kinan bersabar."

Mendengar itu Ervina tersenyum, akhirnya Kinan masih mau menunggu Dio.

"Kinan mau beli kue tart kesukaan Dio, nanti kita antar ke kantornya ya, Tante mau temenin?"

"Baik sekali kamu pada Dio, terimakasih. Tentu saja Tante temani."

*Sore hari

Di dalam perjalan, ternyata Ervina mendadak sakit kepala, wanita paruh baya itu akhirnya memutuskan untuk pulang saja, dan batal mengantar Kinan ke kantor Dio.

Kinan dengan percaya diri berjalan di kantor Dio dan meminta resepsionisnya untuk mengizinkan Kinan masuk ke ruangan Dio.

"Mohon maaf Bu Kinan, tapi pak Dio baru saja pulang," ucap resepsionis ya bertugas.

Kinan berdecak sebal, padahal ini baru jam 15.30, seharusnya Dio masih berada di kantor, akhirnya Kinan memberanikan diri untuk mengantarnya langsung ke apartemen Dio, tanpa memikirkan keberadaan Luna dimana, dia tidak perdulikan itu.

*Di butik

Hari pertama Luna bekerja, di suguhi setumpuk pekerjaan yang tidak bisa di handle oleh karyawannya, dan harus Luna yang mengerjakan, Project untuk acara di Singapore tinggal sebentar lagi, jadi Luna memilih untuk lebih lama di butik agar pekerjaannya cepat selesai.

"Dio juga pasti pulang malam, biasanya kan memang begitu." Gumam Luna sambil tangannya sibuk memilih motif kain.

*

Sedangkan di luar sana, tepatnya di gedung apartemen Dio ... Seorang wanita yang tak lain adalah Kinan berlenggak lenggok berjalan menggunakan dress merah menyala yang sangat kontras dengan kulit putihnya, tapi sayang ... kecantikannya tidak bisa membuat Dio menyukainya.

*Bel berbunyi.

"Luna? Kok dia tekan bel." Ucap Dio yang sedang sibuk membuat makanan di dapur untuk Luna.

Pria itu akhirnya berjalan ke arah pintu, dan membuka nya dengan penuh semangat, seketika wajah Dio murung saat melihat sosok di balik pintu, orang yang tidak di inginkan sekarang ada di hadapannya, ingin sekali langsung mengusirnya detik itu juga tanpa bertanya maksud kedatangannya apa.

"Dioooooooo, tadi aku ke kantor, tapi kamu udah pulang." Ucap Kinan manja.