Pernikahanku hancur karena hadirnya orang ketiga yang mengaku sebagai putri dari seorang pengusaha terkenal di kota jakarta. Suami dan mertua yang yang matre memilih untuk mencampakan aku demi seorang wanita pembohong itu.
Selain aku di campakan aku juga sering mendapatkan perlakuan kasar dari mertua dan suamiku. namun aku bahagia karena aku masih memiliki seorang adik ipar yang sangat amat baik kepadaku, dia selalu membelaku. dan aku janji suatu suatu saat akan aku jadikan dia adik kandung sungguhan.
Jika wanita yang mengaku dirinya adalah putri orang terkaya di kota jakarta, terus aku ini siapa?
*******
Ikuti ceritaku ya, karena tidak kalah seru dari yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mike Lovez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Papi...kenapa sih menyuruh Tiara pergi dengan mas Dedy...papi lupa bahwa Tiara belum resmi cerai dengan mas Danang." Protes Tiara.
"Memang kenapa sayang?....kalian kan teman dan papi sama ayahnya Dedy juga sahabat apa salahnya kalian dekat. Lagian kalau papi lihat Dedy adalah pria baik-baik. Kalau soal gugat ke pengadilan biar pak Petra saja yang mengurusnya kamu tidak perlu kuatir sayang." Ujar Tuan Viktor.
"Gapapa pih....hanya saja Tiara belum siap untuk punya pasangan lagi...Tiara takut pih gagal lagi tunggu saja dulu." Ujar Tiara.
Tuan Viktor rencana jika Danang tidak mau mengurus surat cerai ke pengadilan biar pengacara keluarga Tiara saja yang mengurus semuanya.
Sesampai di rumah Tiara langsung mandi dan makan malam bersama dengan orang tuanya, setelah itu Tiara kembali masuk ke kamar dan membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk.
Rasanya nyaman sekali saat membaringkan tubuhnya. Ternyata bedah rasa kenyamanan saat di rumah mantan suami dengan di rumah sendiri.
Kalau dirumah mantan suami sebelum tidur memikirkan dulu masalah apalagi yang akan dia hadapi besoknya. Sementara dirumah orang tua tidak ada yang di pikirkan karena sudah ada yang menyiapkan semuanya.
"Mih...rencana besok papi mau ke showroom mobil untuk beli ganti mobil putri kita, dia pakai mobil lamanya walaupun terlihat masih bagus tapi kasian dia...biar mobilnya itu di pakai saja sama para pengawal" ujar Tuan Viktor.
"Terserah papi saja, kalau mami ikut papi" ujar nyonya Maudy...
Nyonya Maudy dan Tuan Viktor masuk ke kamar mereka dan istirahat. Sementara Tiara masih sibuk chat dengan Alea dan Dara. Sampai akhirnya Tiara ketiduran.
******
Pagi hari telah tiba. Bukan pagi yang indah bagi Miranda tentunya. Disaat tubuhnya penuh luka dan tidak berdaya kini Miranda harus menjalani kehidupannya dengan sangat berat.
Brakkkk brakkkk
Terdengar suara gedoran pintu yang sangat kuat. Hal itu membuat Miranda yang baru saja bisa tidur akhirnya harus mengurungkan niatnya untuk melanjutkan tidurnya.
Bagaimana tidak baru merasakan ngantuk karena menahan sakit semalaman tiba-tiba ada gedoran pintu dari luar.
"Aduh bu....ada apa sih masih pagi-pagi buat emosi aja Miranda lagi nggak enak badan bu. Bisa tidak jangan bikin masalah." Ujar Miranda.
Terlihat tubuh penuh luka dan wajah pucat yang terlihat sangat kesakitan. Seperti efek dari kedinginan dan kesakitan semalam membuatnya tidak bisa tidur sampai pagi.
"Oalah....kamu jangan malas-malas ya, dulu waktu Tiara masih menjadi istri Danang dia tidak perna mengeluh begini walaupun dia sakit. Saya dan Danang butuh sarapan. Rumah ini juga butuh di bersihkan. Ini sudah siang, Miranda! Sudah siang. Saya yang punya rumah ini ingat kamu hanya numpang." Ujar bu Bianca, sembari menepuk pipi Miranda.
Bu Bianca merasakan panas yang lumayan tinggi saat menepuk pipi Miranda. Tapi dirinya tak mau tahu. Yang penting Miranda harus bekerja dan melayani dirinya dan sang anak.
Ternyata apa yang di rasakan oleh Tiara dulu sekarang sudah mulai di rasakan oleh Miranda. Bu Bianca tidak peduli dengan sakit yang di rasakan oleh Miranda.
"Bu...aku lagi sakit jadi tidak bisa masak, kalau bisa ibu beli makanan jadi saja untuk makan, atau ibu belanja dan masak sendiri Miranda mau istirahat. Aku di rumah ini sebagai istri sah bu, bukan babu dan satu lagi jangan samakan aku dengan mantan istri mas Danang" ujar Miranda.
Bu Bianca mulai menunjukkan sikap aslinya. Mana mungkin bu Bianca mengeluarkan uang lebih untuk beli makan diluar. Masa sendiri aja mereka tak mau mengeluarkan uang banyak padahal untuk mereka makan sendiri. Mereka suka menyalakan si tukang masak dulu dari pada intropeksi diri.
"Aduh bu...apa sih masih pagi-pagi sudah brisik aja....Danang masih ngantuk tahu. Ganggu Danang tidur aja sih." ujar Danang.
Sepertinya adegan perdebatan antara menantu baru dan mertua pagi ini membuat Danang terganggu. Dia segera bagun dan menegur kedua perempuan yang ada di rumahnya itu.
"Lihat ini wanita pilihan kamu jam segini belum bagun. Giliran bagun pura-pura kesakitan dan tidak mau masak. Memang dia pemilik rumah ini apa. Dia pikir ibu dan kamu tidak butuh makan. Rumah ini tidak butuh di bersihkan. Enak aja sudah siang masih selonjoran di kasur kayak ratu aja, kalau mau hidup enak di rumah sendiri aja dasar miskin." ujar bu Bianca..
"Mas lihat ibu....masa aku sakit aja di suruh masak dan mengerjakan rumah padahal bisanya ibu lakukan sendiri." ujar Miranda.
"Kamu kenapa nggak mau masak....jangan malas kamu bagun atau kamu mau mati" bentak Danang membuat Miranda terkejut. Miranda pikir dengan dia bicara begitu Danang kasian dengannya dan membiarkan dia tidur. Namun sebaliknya Miranda terkejut dengan reaksi danang dan perlakuan kasar Danang.
Tubuhnya yang terasa sakit semua membuat Miranda lemas dan tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan suami dan mertuanya di pagi ini.
"Kenapa kamu diam saja sialan sana pergi masak" bentak Danang.
"Mas sudah berapa kali aku bilang. Aku lagi nggak enak badan dan demam tinggi karena kejadian semalam. Apa kamu tidak pu
nya hati manusia sama sekali" pekik Miranda.
Danang melihat wajah wanita yang sudah menjadi istrinya hampir satu minggu ini. Dia melihat wajah Miranda yang memang pucat dan terlihat seperti orang sakit.
"Halah manja! Kalau hanya demam biasa gitu jangan kayak orang sakit parah! Kamu masih bisa berdiri. Itu artinya kami masih kuat buat masak. Sana pergi belanja karena aku mau sarapan cepat ya nggak pake lama" bentak Danang.
"Tapi mas aku ini sakit! Kenapa kamu setega itu sih sama aku" pekik Miranda. Dia mencoba untuk meminta kebaikan hati Danang kali ini.
"Tidak ada tapi-tapi, Miranda! Kalau suami kamu bilang masak ya masak. Memangnya kamu mau suami kamu makan di luar dan sakit perut gara-gara kamu yang tidak mau menuruti perkataan suami kamu?" tanya bu Bianca.
"Sudah jangan ngelantur cepat pergi beli sayur dan masak sekarang. Tidak pakek lama aku mau cepat." ujar Danang memberikan selembar uang berwarna merah.
Sekarang Miranda merasakan apa yang perna di rasakan oleh Tiara. Betapa menderitanya saat masih hidup bersama dengan Danang. Dan untung Miranda datang untuk menyelamatkannya dari keluarga Toxic itu.
"Loh banyak sekali. Jangan kamu memberikan uang sebanyak itu kepada istri kamu." ujar bu Bianca menarik kasar uang itu dan mengantinya dengan selembar uang biru..
Bagi bu Bianca uang seratus ribu itu sangat banyak jangankan seratus ribu. Dua puluh ribu saja sudah sangat banyak menurut bu Bianca.