"Satu luka, akan kubalas dengan seribu luka yang lebih menyakitkan!"
Dara Queen Bramasta
🌿🌿🌿
Tanpa alasan, Dara dicampakkan dan ditinggal menikah oleh kekasihnya, Ibra.
Sakit hati mendalam yang dia rasakan mengubah Dara menjadi wanita dingin dan tak berperasaan. Hatinya telah diliputi oleh dendam, dan tujuan hidupnya hanya satu, membuat pengkhianat itu menderita.
Lalu setelah ia berhasil membalas sakit hatinya, mampukah Dara berdamai dengan keadaan dan hatinya? Bisakah ia membuka hati yang terlanjur mati rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Pekerjaan
Ibra keluar kantor dengan lesu. Peringatan Papa Dara tadi terdengar serius. Selain itu, dari kalimat Tuan Axel ucapkan, sepertinya Dara memang sudah memiliki seseorang yang spesial.
"Setelah semua yang aku lakukan, tentu saja Papamu tidak akan mengizinkan aku mendekatimu lagi. Orang tua mana yang mau anaknya bersama pria yang sudah menghancurkannya" Ibra tertawa miris. Dia memijit pelipisnya pelan. "Apa aku memang harus menyerah sekarang?"
Ibra masuk ke dalam mobil. Ia menghela nafas, mau pulang, di apartemen ia akan semakin pusing jika berdebat dengan Cantika. Mau mencari Dara, dia sudah di notif merah oleh Papanya.
Ibra menghela nafas, Jika selama ini ia kebal akan cibiran karyawan lainnya tentang dirinya. Kali ini harga diri Ibra cukup tersenggol saat cibiran itu datang langsung dari Papanya Dara.
"Aku harus mencari pekerjaan lain. Aku tidak mungkin terus bekerja dengan Dara. Aku yakin, aku bisa bangkit. Dan jika takdir berkehendak, mungkin kami bisa bersama suatu hari nanti"
Ibra melajukan mobilnya menuju ke apartemen. Dia harus mempersiapkan beberapa berkas untuk melamar pekerjaan lainnya.
Setibanya di apartemen, Ibra segera menaiki lift. Dia tidak sendiri, beberapa orang juga akan menaiki lift yang sama dengannya.
"Ibra kan?"
Ibra menatap pria disebelahnya, dia mencoba mengingat siapa pria tersebut,
"Aku Dito, teman SMA kamu dulu? Ingat kan?"
Semasa SMA, Ibra memang tak banyak bergaul dengan teman - teman lain selain Dara, Camelia dan Rey.
"Ah, iya. Aku baru ingat. Kamu juga tinggal disini?"
"Iya. Kebetulan, tempat kerjaku dekat dari sini"
Keduanya sama - sama diam sejenak, "Em ... sebelumnya maafkan aku. Sekarang kamu bekerja dimana? Maaf bertanya seperti ini, soalnya kabar tentang perusahaan keluargamu viral waktu itu"
Ibra sedikit tertegun, namun semua yang Dito katakan memang kenyataan. Dia tidak boleh marah atau baper, "Kebetulan, aku sedang ingin mencari pekerjaan baru"
"Ah, kebetulan sekali. Aku bekerja di Dharma Jaya. Di tempatku bekerja, sedang ada lowongan. Tapi hanya staff biasa, kalau kamu mau kamu bisa melamar disana"
Ibra menatap Dito, "Benarkah?"
"Iya. Coba saja. Ya walau hanya staff biasa, gajinya lumayan kok"
Suami Cantika itu tersenyum, "Aku akan mencobanya. Terima kasih atas informasinya"
"Sama - sama. Senang bisa membantu teman lama"
Ting
"Kalau begitu, aku duluan. Oh ya, unitku 1007, kalau ada waktu, bolehlah kamu mampir kesana"
"Tentu. Sekali lagi terima kasih"
Mereka sama - sama keluar dari lift.
"Wah - wah, kamu terlihat senang sekali. Sebahagia apa bekerja dengan mantan, hm?"
Ibra tak menghiraukan Cantika, dia berjalan menuju ke unitnya.
"Lihat, sekarang kamu bahkan mengabaikan aku" Keduanya masuk ke dalam apartemen.
"Sudah pulang, kebetulan Mama baru selesai masak. Ayo makan bersama. Bersihkan dirimu dulu"
"Iya, Ma"
Cantika hanya melirik mertuanya kemudian ikut masuk ke dalam kamar.
"Apa?" tanya Ibra kesal.
"Apa Dara memberimu sesuatu hingga kamu terlihat sesenang itu"
Ibra melepas kemejanya lalu menaruhnya di keranjang kotor.
"Ck. Kamu semakin menyebalkan dari hari ke hari"
Ibra menatap sang istri, "Kamu pun sama. Daripada sibuk membuatku kesal, sebaiknya bantu Mama di dapur"
"Aku sudah membantunya" jawab Cantika tak terima
"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Apa yang sudah Dara berikan hingga kamu se senang ini?"
Ibra berjalan ke arah Cantika, membuat wanita itu mundur hingga terhimpit pintu kamar mandi, "Dara tidak masuk bekerja. Kamu tentu belum lupa apa yang telah kamu lakukan padanya. Ingat Cantika, aku belum membahasnya karena enggan berdebat denganmu. Tapi jika sampai Dara kenapa - napa karena ulahmu, aku pastikan kamu akan mendekam dipenjara!"
Deg
Tubuh Cantika menegang, ancaman Ibra terdengar serius, "Sekarang minggir! Aku mau mandi!"
Wanita itu menggeser tubuhnya, jujur saja Cantika juga memikirkan hal ini. Sudah tiga hari namun belum ada kabar apapun dari anak buahnya tentang Dara. Pedro pun hilang kabar entah kemana rimbanya.
Tak mau membuang waktu, Cantika segera mengambil tas dan kunci mobil. Dia harus menemukan Pedro apapun yang terjadi. Jika pria itu sampai tertangkap polisi, maka dia akan bernasip sama.
"Loh, kamu mau kemana? Masakan sudah siap" seru Indira
"Aku ada urusan sebentar, Ma. Tawaran pekerjaan, jadi aku tidak boleh menyia - nyiakannya. Kalian makan saja dulu"
Indira hanya mengangguk, "Biarkan saja. Lebih baik makan tanpa dia" sahut Indra
Begitu keluar dari apartemen, Cantika segera menuju ke klub malam dimana biasanya Pedro berada. Hampir satu jam berkendara, akhirnya Cantika sampai disana. Ia segera masuk dan mencari pria itu. Matanya menelisik mencari dimana Pedro berada.
"Apa Pedro pernah kemari?" tanyanya pada bartender
"Sudah beberapa hari ini, dia tidak pernah datang. Beberapa orang juga mencarinya kemari"
Cantika mendengus, kemana pria itu pergi? Sejak kejadian malam itu, ponsel Pedro tak bisa di hubungi. Jelas saja Cantika khawatir.
Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubunginya kembali. Sayangnya masih sama, tidak aktif.
"Kemana dia pergi? Dia berhasil melakukannya atau justru tertangkap oleh orang - orangnya Dara atau si Axel?"
Drrtt Drrtt
Ponsel Cantika berbunyi,
[Kamu mencari temanmu?]
Deg
Tubuh Cantika mendadak tegang saat nomor tak di kenal mengiriminya pesan yang menurutnya sedikit misterius
"Siapa ini? Kenapa dia tahu aku sedang mencari Pedro?" Cantika menatap kanan kiri, dia melihat mungkin ada yang mencurigakan
Drrrt Drrtt
[Aku tahu semua yang kamu dan Pedro lakukan. Pedro sudah ada bersamaku dan kamu hanya menunggu giliran jika kamu masih mengusik wanitaku!]
"W-wanitaku? Siapa orang ini sebenarnya?!"
Tangan Cantika mulai bergetar
Drrt Drrt
[Temanmu sudah tenang disini. Kalau kamu mau menyusulnya, dengan senang hati aku akan menjemputmu]
"ARGGKK!!"
Cantika melempar ponselnya. Tubuhnya bergetar hebat. Bagaimana tidak, nomor misterius itu mengiriminya gambar Pedro dengan wajah berlumur darah serta lidah yang keluar. Cantika yakin, Pedro sudah mati.
"S-siapa sebenarnya orang dibalik semua ini?! Tidak mungkin Dara! atau jangan - jangan ini ulah Axel? Tidak! Siapapun pelakunya, aku tidak mau jadi target selanjutnya! Aku tidak mau mati!"
Dia mengambil ponselnya lalu bergegas pulang.
[Beres bos! Dia tampak ketakutan. Bahkan tubuhnya bergetar]
[Bagus! Terus pantau dia]
🌿🌿🌿
Teman - teman, maaf belum bisa double update. Sedikit sibuk, kalau sudah senggang, pasti double up lagi. Terima kasih masih setia menunggu Dara
Love you
Nmanya orng ga wras tu y gt..pdhl udh d ksih pringtan biar dia tobat,mlh mkin dndam...tar bkin end aja lh,biar d bwa mati tu dndm....
bikin tobat dan menyesal...
dsrnya dia emng sdr sih kl dara ga pnya prsaan apa2 sm dia,mkanya mnjauh....tp kl udh d skti,rey pst ga tnggal diam....
suami hasil ngerebut mah emang gk bakal bahagia cantika. bahkan ibra gk pernah mencintaimu. menikahimu hanya karena balas budi aja.. makin kamu bertingkah makin kamu menderita. karena apa...? karena kamu salah cari lawan... wkwkwkwkw...