Merindukan Cinta Suami

“Pasti karena kamu kan?” ucap Dery menuduh Alin, perubahan dari anak kembarnya pasti karena Alin. Itulah menurut Dery.. Iya tak sadar kalau perubahan sikap anaknya disebabkan karena dirinya sendiri. Alin berdecak kesal tadinya ia malas meladeni Dery tapi karena dia selalu di pojokan seperti itu siapa saja pasti  jadi geram sendiri.

“Kenapa kamu jadi nyalahin aku! Kamu tuh memang nggak mikir Mas, perubahan anak-anak kamu itu karena kamu sendiri! makanya jadi laki-laki jangan sibuk urusin cinta masa lalunya aja tapi keluarganya sendiri dianggurin.” balas Alin kesal. Iya bisa melihat Renata yang berada di mobil kini datang menghampiri Deri. yang bergelayan manja di lengan mantan suaminya itu.

Alin malas sekali melihatnya, apalagi Renata nampak menunjukkan kalau dia menang dan Dery adalah miliknya. Awalnya memang Alin merasa kalah dari Renata tapi kalau dipikir-pikir lagi untuk apa dia merasa begitu?? memperjuangkan cinta yang sama sekali tidak pernah memperjuangkannya, hanya lelah dan sia-sia saja kan? Jadi sekarang biarlah dua insan yang saling mencintai ini bahagia pikir Alin. waktunya terlalu berharga untuk mengurusi hal-hal yang tidak bermanfaat seperti itu.

“Halah udah lah Lin dulu anak-anak oke-oke aja sewaktu aku nggak ada waktu buat mereka, tapi sekarang kenapa mereka berubah? pasti kamu yang udah nyuci otaknya!”

“Picik pikiranmu Mas! tapi terserah ya..  terserah kamu mau ngomong apa, kamu bilang kalau aku mencuci otak mereka silakan! silakan saja..  aku nggak peduli!! waktu yang akan menjawab semuanya.. lagian mereka bukan anak kecil Mas.. mereka sudah hampir 14 tahun kamu lupa? bahkan 3 bulan lagi mereka akan masuk sekolah menengah pertama kamu lupa?? ya, Mungkin kamu lupa karena kamu terlalu sibuk sama keluarga baru kamu.. tapi, ya udahlah ya, aku terlalu sibuk untuk ngeladeni kamu!”

“Sok sibuk banget sih kamu Mbak Alin! apa sih.. cuman ngurusin butik doang sibuknya udah kayak ngurusin perusahaan aja!” sahut Renata.

“Emang mau ngurusin perusahaan, kamu nggak lupa kan Mas siapa aku dan keluargaku?” sindir Alin lagi.

Deri mendadak kicep, ya memang sebelum menikah dengan dirinya Alin memang berasal dari keluarga yang kaya, Alin bahkan menentang papanya untuk menikah dengan dirinya dulu, dia rela tidak dianggap anak oleh orang tuanya demi membela dirinya dan sekarang setelah berpisah darinya tentu Alin akan kembali lagi pada keluarganya.

“Emang nya mbak Alin itu kaya mas?”

“Benget! Bahkan orang tua nya punya perusahaan di Singapura. Selama ini kakak nya lah yang mengurus disana,”

“Wah hebat juga ya.. Kenapa kamu gak minta salah satu perusahaan nya mas?” ucap Renata dengan enteng nya.

“Kamu gila! Orangtuanya saja dulu tidak menyukai aku, gimana mau dapet perusahaan,”

“Huh! Sudahlah.. ayo kita berangkat.. kamu lupa bos kita baru,”

“Ayo..”

Deri dan Renata langsung masuk ke dalam mobil, sejak tadi Renata ingin mengatakan sesuatu mungkin saat ini adalah momen yang pas.

“Emm mas, kamu jadi mau ngesahin pernikahan kita?”

“Ya jadilah! Emang kamu nggak mau aku akuin di depan yang lainnya?”

“Nggg.. gimana kalau kita nggak usah kasih tahu dulu sama temen-temen kantor kita, bos kita kan baru Mas gimana kalau salah satu dari kita harus di rumahin, aku nggak mau ya! Aku nggak mau tergantung sama kamu, selama ini aku kan udah terbiasa cari uang sendiri Jadi aku males ah kalau harus dipecat!”

“Jadi mau ditunda dulu pengesahan pernikahan kita? Sampai kapan?? bukannya kemarin kamu yang ngebet supaya kita cepat-cepat sah, katanya kamu pengen diakui didepan umum kok sekarang jadi berubah gini sih?!” selidik Dery, tiba-tiba ucapan Abian tembok hari yang mengatakan kalau Renata suka berpesona di kantor itu benar. Apa iya Renata seperti itu?

“Enggak gitu Mas, nikah kita tetep disahin, cuman aku mau disembunyiin aja dari temen-temen kantor!”

“Oke kalau gitu!”

“Oh ya, aku lupa deh ngasih tahu kamu Mas.. Pak Zayn itu orang yang pernah aku dan Ibu temui di mall sama Mbak Alin!! Aku ingat banget wajahnya itu!” alis Dery saling bertautan.  Kalau laki-laki itu yang bersama Alin waktu di mall berarti dia mengenal Alin? lalu dia juga yang jadi Hakim pas persidangan kemarin apa semua itu saling berhubungan??

“kok kamu nggak cerita sebelumnya sih Ren! Kamu tau nggak dia juga yang jadi hakim anggota pas persidangan aku sama Alin kemarin!”

“What?? Serius kamu mas?? Jangan-jangan mereka memang ada hubungan lagi di belakang kamu , terus Hakim itu cepet-cepet deh mutusin perceraian kalian supaya dia bisa leluasa dekatin mbak Alin! wah parah sih ini kalau memang bener!!” Dada Dery tiba-tiba bergemuruh dengan hebat amarah yang sudah redam sejak lama kini tiba-tiba timbul kembali. Jika benar Alin berselingkuh di belakangnya selama ini berarti Alin jauh lebih parah Dari dirinya.

“Brengsek!!” Deri membanting setir kemudi dengan kuat ingin rasanya ia meninju wajah bos barunya itu.

Sedangkan Renata sendiri dia masih menerka-nerka apa sebenarnya hubungan Alin dengan Pak Zayn. Jika memang benar mereka ada hubungan maka peluangnya untuk mendekati Pak Zayn mustahil. Tapi tidak ada yang mustahil di dunia ini bukan?? kemarin saja Dery berhasil ia rebut dari Alin, kenapa sekarang ia tidak bisa merebut Pak Zayn lagi dari Alin, Renata tersenyum licik memikirkan semua itu.. ia memikirkan betapa bahagianya dirinya yang kembali bisa merebut laki-laki yang mendampingi Alin, tapi jika mereka tidak ada hubungan apa-apa dengan Alin Justru itu lebih sangat mudah lagi. Ia membayangkan bagaimana rasanya jadi istri dari pemilik perusahaan besar yang saat ini sangat terkenal itu. Pasti hidupnya akan sangat bahagia dan bergelimang harta.

*

Alin tiba di butiknya tiba-tiba ia memikirkan setelah ini dia tidak akan sering lagi kemari. ya pasti akan sangat sibuk mengurus perusahaannya bersama dengan kakaknya Raka.

lalu ia memanggil Ika karyawan yang selalu menghandle butik jika dirinya tidak bisa datang ke sana.

“Ada apa ya Bu?”

“Begini Ka, Kamu bisa nggak kalau kamu menghandle butik ini tanpa saya?”

“Loh memangnya Ibu mau ke mana?”

“Kakak laki-laki saya baru datang dari Singapura. kami berniat ingin mengembangkan bisnis orang tua kami di sini, jadi rencananya saya dan juga Kakak saya akan membuka perusahaan di sini.  Waktu saya pasti akan habis di sana. Jadi saya ingin kamu yang menghandle butik di sini.. kalau untuk cabang di Jogja dan juga Bandung itu sudah saya serahkan pada mereka seperti biasanya.  Saya akan tetap ke sini, tapi mungkin tidak sesering seperti sekarang mungkin satu minggu sekali atau Ya gimana waktu luang saya aja lah, gimana, Apa kamu bisa?”