Victor Winslow, seorang CEO sukses, terlibat dalam kecelakaan tragis saat terburu-buru menjemput anak-anaknya, menabrak seorang wanita yang kehilangan ingatannya dan tidak memiliki identitas. Sementara itu, putrinya Kayla mengalami penurunan kesehatan yang drastis dan menginginkan seorang ibu. Victor, dengan keputusan yang ekstrem, memberikan ingatan dan informasi palsu kepada wanita itu agar bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zahra xxx, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 32
Alisa duduk di kamarnya dengan gelisah. Baru saja ia turun ke dapur untuk mengambil air, dan saat itu ia melihat Victoria dan Victor masuk ke dalam ruang kerja Victoria. Beberapa menit kemudian, Victor keluar dengan raut wajah yang sangat kesal. Bahkan, Victor yang biasanya lembut terhadap ibunya, kali ini membanting pintu ruang kerja dengan kasar.
Dengan cemas, Alisa menggigit kukunya, merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Victoria darinya. "Apa sebenarnya yang disembunyikan nenek tua itu?" gumam Alisa dengan suara pelan namun penuh kecurigaan.
Alisa berasal dari keluarga terpandang, itulah yang membuat Victoria ingin menjadikannya sebagai istri Victor. Sejak kecil, Alisa memang sudah dijodohkan dengan Victor, Alisa anak dari sahabat Victoria. Namun, semua rencana itu berantakan ketika Victor jatuh cinta pada Jennie. Bahkan saat itu, Victor dan Jennie telah menikah, menghancurkan harapan yang telah dibangun oleh keluarga Alisa dan Victoria selama bertahun-tahun.
Keadaan semakin rumit ketika keluarga Alisa mengalami kebangkrutan. Ibu Alisa, putus asa, mendatangi Victoria dan memohon agar janji yang telah dibuat bertahun-tahun lalu ditepati: menikahkan Alisa dengan Victor. Victoria, yang memang tidak pernah menyukai Jennie, dengan cepat menyetujui permintaan itu.
Namun, pada saat itu, Jennie sedang mengandung anak Victor, membuat Victoria terpaksa menunda rencananya. Meskipun begitu, kebencian Victoria terhadap Jennie tidak pernah surut. Dia selalu mencari celah untuk menyingkirkan Jennie dan menjadikan Alisa sebagai nyonya Winslow.
Alisa kembali teringat peristiwa beberapa tahun lalu, saat ia pertama kali mengetahui bahwa Victornya telah menikahi seorang wanita yang merupakan mantan pelayan. Rasa sakit dan penghinaan yang dirasakannya masih terasa segar. Ia telah dibesarkan dengan harapan akan menikah dengan Victor, tetapi harapan itu hancur dalam sekejap mata. Alisa selalu merasa bahwa Victoria berhutang padanya dan keluarganya, dan ia bertekad untuk mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Alisa berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia harus menemukan cara untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. "Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus mencari tahu apa yang terjadi antara Victor dan nenek tua itu," pikirnya dengan tekad bulat.
Alisa duduk termenung di kamarnya, mengingat semua kejadian yang telah membentuk hidupnya hingga saat ini. Jujur saja, Alisa belum pernah bertemu langsung dengan Jennie. Semua yang ia tahu tentang Jennie hanya berasal dari cerita para pelayan di mansion ini. Namun, setelah insiden beberapa waktu lalu di mana Victor mencekiknya karena mengenakan pakaian seperti Jennie, Victor memecat pelayan yang biasa menceritakan tentang Jennie kepada Alisa.
Rasa sakit dan penghinaan dari insiden itu masih membekas di hati Alisa, tetapi tekadnya untuk menjadi nyonya Winslow tetap kuat. Bagi Alisa, menjadi nyonya Winslow bukan hanya soal cinta atau ambisi, tapi juga soal mengembalikan nama baiknya dan menepati janji terakhir ibunya.
Segalanya berubah ketika Victoria memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan Alisa dengan Victor. Keputusan itu menghancurkan keluarga Alisa. Ibunya yang putus asa, mengakhiri hidupnya sendiri, sementara ayahnya yang terpukul oleh kejadian itu, meninggal dalam kecelakaan beberapa bulan kemudian. Kehilangan kedua orang tuanya dalam waktu singkat membuat Alisa sangat terpukul.
Victoria datang ke pemakaman ibu Alisa dan membawa Alisa pulang ke mansion. Di sana, Alisa mengetahui bahwa Victor dan Jennie telah berpisah, dan Jennie meninggalkan anak-anaknya kepada Victor. Alisa melihat ini sebagai kesempatan untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya: melihat Alisa berjalan bersama Victor di pelaminan.
Meski Victoria menawarkan untuk menjadi pengganti orang tua bagi Alisa, Alisa menolak. Dia tidak ingin simpati, dia ingin Victor. Victoria, yang merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Alisa, akhirnya berjanji akan menikahkan Alisa dengan Victor setelah anak-anak Victor sudah besar. Namun, kenyataan tidak semudah itu. Kedua anak Victor, Kayla dan key, tidak pernah menerima Alisa dengan baik dan selalu membuatnya terlihat buruk di mata Victor.
Alisa mencoba berbagai cara untuk mendapatkan perhatian dan simpati dari Victor. Dia bahkan mengambil peran sebagai kepala pelayan di mansion, berharap bisa lebih dekat dengan Victor dan menunjukkan bahwa dia bisa menjadi pendamping yang tepat. Namun, semua usahanya tampak sia-sia. Di mata Victor, hanya ada Jennie. Nama Jennie terus mengisi pikirannya, seolah-olah tidak ada ruang untuk orang lain.
Frustrasi dan putus asa, Alisa sering kali menemukan dirinya berbicara sendiri, mencoba mencari tahu apa yang salah. "Mengapa hanya Jennie yang ada di pikiran Victor? Apa yang dimiliki wanita itu yang tidak aku miliki?" pikirnya dengan marah. Setiap kali melihat ekspresi dingin dan tak acuh dari Victor, Alisa merasa semakin terpojok dan tak berdaya.
Di kamar Jennie, sinar matahari pagi menembus jendela, menghangatkan ruangan dengan lembut. Mata Jennie perlahan terbuka, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Saat ia menoleh ke kanan, ia melihat Kayla sedang tidur di sampingnya, memeluk tubuhnya dengan erat. Senyum terbit di wajah Jennie saat melihat wajah imut Kayla yang damai dalam tidurnya. Ada sesuatu yang sangat menggemaskan melihat anak kecil tidur dengan begitu tenang.
Jennie menatap Kayla sejenak, menikmati momen itu, sebelum menoleh ke sisi kirinya. Di sana, Key tidur dengan nyenyak, tidak terganggu oleh cahaya atau suara apapun. Mereka berdua tampak begitu damai, seolah semua masalah di dunia ini tidak ada.
"Selamat pagi, anak-anak," bisik Jennie sambil mencium kening Kayla dan Key bergantian. Kedua anak itu hanya menggeliat sedikit dalam tidur mereka, tetapi malah mengeratkan pelukan mereka pada Jennie, membuatnya tertawa kecil. Ada perasaan hangat yang menjalar di dadanya saat merasakan cinta tulus dari kedua anak ini.
Namun, ada sesuatu yang aneh menurut Jennie. Selama tidur bersama anak-anaknya, dia tidak mengalami mimpi buruk seperti biasanya. Biasanya, mimpi buruk itu selalu datang, membawa bayangan wanita yang selalu membuatnya merasa resah. Namun kali ini, tidak ada mimpi buruk. Justru, Jennie merasa aneh karena ia merindukan wanita dalam mimpinya. Setiap kali mimpi buruk itu datang, dia selalu mencoba menyentuh wajah wanita itu, meskipun dia tidak tahu siapa wanita itu sebenarnya.
Jennie merenung sejenak, mencoba mengingat detail dari mimpi-mimpinya. "Siapa wanita itu? Apa dia orang yang aku kenal?" pikir Jennie dengan perasaan penasaran. Ingatan tentang wanita itu selalu kabur, tapi ada perasaan kuat bahwa dia penting. "Sepertinya aku harus bertanya kepada Victor," gumam Jennie, bertekad untuk mencari jawaban.
Dengan lembut, Jennie melepaskan diri dari pelukan anak-anaknya dan bangkit dari tempat tidur. Dia tidak ingin membangunkan mereka, jadi dia bergerak perlahan dan hati-hati.
