NovelToon NovelToon
Dunia Dalam Mimpi

Dunia Dalam Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lekyusi Dj

Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 24 LIBURAN

Alunan musik merdu dipadukan dengan suara khas yang mendayu menambah khimatnya lagu yang diputar. Memutar kembali memori indah yang barusan berlalu membuat wajah berseri-seri karena kenangan yang dibuat bersama.

Lirik lagu manis yang membuat perasaan semakin berbunga-bunga, membawakan senyum tercetak jelas di wajahku. Indahnya sore ini seindah rangkaian kenangan yang akan selalu memenuhi memori di kepalaku.

Aku teringat kejadian manis dimana Delon mengambil sisa saus di wajahku saat aku makan bakso bersamamanya.

"Delon, kamu bisa jangan terlalu manis enggak sih. Aku pengen lupain kamu dari pikiranku tapi kamu kayaknya enggak bisa hilang dari pikiranku." Kesalku dengan diriku sendiri

“Kak Eva, Kak Eva, Kak Eva….”

Aku merengut kesal mendengar suara Endro yang selalu memanggilku.

“Ganggu banget sih tu bocah.” Kesalku

Aku mematikan musik yang kuputar lalu membuka pintu kamarku.

“Apa?” Tanyaku sewot

“Ketus banget kak.” Kata Endro

“Ngapain kamu ganggu kakak?” Tanyaku lagi

“Kak yang bener aja? Aku ganggu kakak? Enggak kebalik?” Tanyanya lagi

“Emangnya kakak ganggu kamu? Perasaan dari tadi kakak di kamar terus.” Jawabku kesal

“Ya karena kakak di kamar, terus setel lagu yang sama dengan volume yang besar itu udah ganggu aku.” Katanya kesal

“Perasaan kamar kita kedap suara, jadi enggak mungkin musiknya nembus sampai ke kamar kamu.” Jawabku membela diri.

“Itu yang harus aku tanyain ke kakak, kok bisa kamar aku yang kedap  suara masih dengar musik kakak

yang udah diputar ratusan kali dari tadi.” Sewotnya

“Biasa aja kalau ngomongnya, lebay banget sampai bilang ratusan kali. Perasaan kakak baru dengar lagunya sekitar belasan kali enggak sampai ratusan.” Jawabku tidak mau kalah

“Apaan cuman belasan, coba kakak lihat jam berapa sekarang dan pikir dari jam berapa kakak nyetel lagu yang sama. Aku aja sampai mau muntah dengarnya kak, syukur rumah kita agak berjarak sama tetangga kalau enggak mungkin kamar kakak udah dilempar batu sama tetangga.” Katanya

Aku melihat jam di tanganku.

“Astaga, udah jam  8 malam, kok bisa? Perasaan kakak dengerin lagunya enggak sampai sejaman.” Kataku bingung

“Wahh fix sih kakak udah gila.” Katanya membuatku semakin kesal.

“Ya udah sih, lagian kakak enggak buat kamu rugi juga. Jadi terserah kakak lah mau dengerinnya berapa kali.” Kataku tidak mau salah.

“Dasar cewek, maunya menang terus.” Kata Endro

“Heh, belajar dari mana kamu? Enak aja bilang kayak gitu, lagian kan kakak juga emang enggak salah. Kamu aja yang lebay, dengerin lagu yang sama berulang kali bisa bantu kamu hafalin liriknya.”

“Udah kok, aku udah hafalin liriknya karena kakak. Bahkan aku malah curiga, kakak sengaja putarin lagu ini

berulang kali karena kakak lagi jatuh cinta kan?” Tanya Endro

Aku tergagap mendengar pertanyaan Endro, anak sekecil ini kok bisa udah tau yang namanya jatuh cinta? Ini siapa yang ngajarin dia?

“Sembarang aja kalau kamu ngomong, enggak selamanya kalau orang denger lagu jatuh cinta tandanya dia lagi jatuh cinta. Lagian kamu tu masih bocah enggak baik bahas cinta-cintaan, fokus kamu tu tambahin tinggi

badan kamu terus belajar sama main bukan belajar hal-hal yang harusnya belum kamu paham.” Kataku

“Kan aku udah bilang aku ini bukan bocah lagi kak. Udah kakak enggak usah mengalihkan pembicaraan, sekarang

kakak jujur aja kakak lagi jatuh cinta sama siapa?” Tanyanya curiga

“E-enggak ada, siapa yang jatuh cinta. Ngawur aja kamu tu dek.” Kataku dengan gelagapan.

“Hayoloh, enggak usah bohong kak. Aku tebak kakak lagi jatuh cinta sama kak Delon kan? Udah jujur aja kak, tadi aku lihat loh kakak dianterin sama kak Delon pake motor.” Katanya menggodaku.

“Ha? Kakak jatuh cinta sama tu kutub? Ya enggak mungkin lah, mana tahan kakak sama sikap dia yang dingin kayak gitu.” Kataku ngeles

“Heleh, di mulut aja kakak bilang gitu padahal dalam hati kakak membenarkan semua yang aku katakan tadi kan?” Katanya dengan yakin.

“Sotoy banget jadi bocil, udah-udah sana jangan ganggu kakak. Mending kamu siapin semua barang-barang yang harus kamu bawa besok bukan malah ngerecokin kakak.” Kataku mengusirnya

“Udah semua, aku bukan kakak yang lelet. Semua yang aku butuhin udah aku packing.” Katanya dengan bangga

“Baguslah kalau gitu, jadi kamu enggak perlu nyusahin kakak karena harus bantu urus barang-barang kamu.”

“Aku bukan bocah kali kak, aku ini udah besar jadi udah bisa urus diri sendiri.”

“Iya deh iya yang paling besar, tapi perutnya aja yang besar.” Kataku meledek

“Dihh bawa-bawa fisik orang, lihat aja aku bakal cerita semuanya sama Bunda.” Katanya sambil berjalan menuju ke kamarnya sambil mengomel.

Aku hanya menggelengkan kepala melihat adekku yang sudah mulai dewasa dalam berpikir padahal umurnya masih sangat kecil.

(HARI KE-14)

 Aku menuruni tangga dengan koper besarku, semua sudah berkumpul di teras rumah sedang menungguku.

“Kakak, lama banget sih.” Teriak Endro dengan kesal

“Sabar dek, kamu pikir koper kakak enggak berat?” Kesalku sambil  berjalan menuju ke bagasi mobil.

“Udah-udah, kalian jangan berantem. Kita mau jalan jauh jadi Bunda enggak pengen dengar bahan debatan kalian pagi-pagi.” Kata Bunda

“Udah semua kan barangnya, atau masih ada yang belum dimasukkin ke bagasi mobil?” Tanya Ayah

“Udah semua Yah.” Jawabku

“Ya udah kalau gitu ayo kita masuk mobil.” Ajak Ayah

Aku duduk di kursi belakang bersama adekku, Bunda dan Bu Sumi duduk di bangku tengah sedangkan Ayah duduk di depan bersama Mang Dadang, sopir pribadi Ayah.

“Yah kok Mang Dadang belum masuk sih, ini kita mau jalan jam berapa?” Tanyaku mulai kesal

“Memangnya siapa yang bilang kita dengan Mang Dadang?” Tanya Ayah kembali

“Lah, terus kita sama siapa?” Tanyaku bingung

“Maaf saya terlambat, tadi di jalan macet.” Kata Delon yang sudah duduk manis di samping Ayah.

Mataku melotot bingung melihatnya.

“Nah, ini yang gantiin Mang Dadangnya. Ayah sengaja minta Nak Delon yang menemani kita karena Mang Dadang tidak bisa jalan jauh. Istrinya lagi hamil tua, jadi Mang Dadang harus stay disini.” Jelas Ayah

Aku mengangguk paham, aku baru teringat dengan istri Mang Dadang yang memang sedang mengandung anak pertama mereka.

“Tapi kenapa harus dia sih Yah?” Tanyaku sewot

“Udah lah kak, jangan pura-pura enggak suka gitu. Bilang aja kakak senang kan karena Kak Delon bisa ikut?” Sambar Endro membuat wajahku merah.

“Bocil diam ya, enggak ada yang nyuruh kamu bicara.” Kesalku sambil mencubit kedua pipinya yang seperti bakpao.

“Duhhh, sakit kak. Lihat ni pipi aku sampai merah gini.” Kesalnya sambil mengusap pipinya.

“Rasain, siapa suruh ganggu kakak.” Kataku sambil menjulurkan lidah mengolok dia.

“Udah-udah, Bunda capek denger kalian berdua bertengkar terus. Nak Delon kita jalan aja, enggak usah dengar mereka berdua.” Kata Bunda kepada Delon

Delon lalu melajukan mobil.

Aku diam-diam tersenyum bahagia, bagaikan takdir kami selalu dipertemukan.

Kurang lebih 8 jam lamanya kami berkendara dan sampai di rumah Bu Sumi sore hari.

“Akhirnya kita sampai juga, capek juga duduk diam di mobil.” Kataku sambil menarik dengan rakus udara segar di desa.

“Mba Eva” Teriak seorang perempuan yang kuyakini adalah Rani

Dia berlari ke arahku.

“Rani, hati-hati nak. Kamu bisa jatuh.” Tegur Bu Sumi

Tepat setelah mengatakan itu, Rani tidak sadar dia menginjak sebuah kulit pisang dan berhasil membuatku melongo melihat kejadian di hadapanku.

“Astaga, Rani”

1
Ayang
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!