Suamiku, Tolong Balas Cintaku!
"Sayang, pernikahan kita tinggal menghitung hari. Aku ga sabar buat tinggal bersama ... Liat muka kamu bangun tidur, dan masakin makanan buat kamu." Ucap seorang wanita yang menyadarkan kepalanya pada bahu seorang pria yang sedang mengemudikan mobil, yang tak lain adalah calon suaminya.
"Aku Juga ... Gak bisa sehari aja gak ketemu kamu." Pria itu mengecup puncak kepala wanitanya.
Vadio dareen dan Mauryn ananda, sepasang kekasih yang akan melaksanakan pernikahannya dalam hitungan hari. semua persiapan dari A-Z sudah hampir selesai, undangan pun sudah tersebar pada semua orang terdekatnya.
*BRAKKKKK
Sebuah truk besar menabrak beberapa kendaraan di lampu merah dan menjadikan kecelakaan beruntun pada hari itu.
"Sssayang..." Ucap mauryn dengan kepala penuh darah dan tubuh yang terjepit mobil yang sudah ringsek.
"Tahan sayang, badan aku gak bisa gerak sama sekali. TOLOOOONG TOLOOOONG." Teriak Vadio, berharap pertolongan dari orang yang ada disekitarnya.
Semua orang yang ada disitu mengalami luka parah, bahkan banyak pula yang tewas di tempat. Banyak orang yang bergantian menolong, sampai pada akhirnya ada beberapa orang yang hendak menolong Mauryn dan Vadio.
"Tolong pacar saya dulu pak, dia kesakitan." Ucap Dio terbata bata.
"Gak bisa pak, kita harus mengeluarkan bapak dulu, baru bisa mengeluarkan mbak nya, di pintu samping ada korban juga ... Kita gak bisa masuk lewat situ."
Akhirnya Dio bisa keluar di bantu oleh beberapa orang disana, Dio merasakan sakit pada seluruh tubuhnya, saat dia di baringkan di trotoar jalan, sekilas dia melihat Mauryn yang di bawa dengan tandu dan langsung masuk ke ambulance, karena darah yang terus keluar dari kepalanya.
Sayang, kamu harus bertahan. Ucap Dio dalam hati.
Saat ini pria yang menjadi pelindung Mauryn tidak bisa apa apa, untuk berdiri sendiri pun Dio tidak mampu, pada akhirnya pria itu tidak sadarkan diri.
***
Doa dan tangisan mengiringi pemakaman Mauryn Ananda. Mauryn tidak bisa di selamatkan akibat pendarahan hebat yang terjadi pada kepalanya, dia menghembuskan nafas terakhir saat sedang di larikan ke rumah sakit.
Keadaan berbeda terjadi pada Vadio Dareen.
Pria itu kritis, terhitung sudah tiga hari dari terjadinya kecelakaan.
"Gimana keadaan anak sayang dok?" Tanya Latif Fito seorang pengusaha ternama di kota itu, pria paruh baya itu adalah papanya Dio.
"Sudah membaik, tapi pasien belum bisa respon sepenuhnya. Akibat beberapa luka dalam dan saraf yang rusak di beberapa bagian tubuhnya, kami akan terus memberikan yang terbaik untuk anak bapak," Ucap Dokter yang menangani Dio.
Dua hari kemudian ...
"Mam ... Mauryn gimana?" Tanya Dio pada Ervina yang menjaga di sampingnya.
"Mauryn tidak terselamatkan," Ucap Ervina.
"Hah? Aku lihat Mauryn masih sadar kok pas kecelakaan waktu itu, mama jangan bohongin aku ... please ma, sebentar lagi aku dan Mauryn akan menikah." Ucap Dio yang beringsut bangun dari posisi berbaringnya.
Ervina menggelengkan wajahnya, "Mama gak bohong Dio, kamu harus terima kenyataan ini."
Dio menangis sejadi jadinya, Latif yang sedang menelpon di luar ruangan sampai masuk ke dalam dan menutup telponnya tiba tiba saat mendengar ruangan suara Dio.
"Ma, ini kenapa?"
"Dio menanyakan Mauryn, lalu mama menjawabnya pa," Ucap Ervina panik.
Latif menenangkan Dio,dengan seluruh kekuatannya ... "Kamu harus terima sayang, ini sudah takdir."
"Aku harusnya bisa melindungi Mauryn pa."
"Sudah, sudah ... Tidak perlu di sesalkan," Ucap Latif menepuk nepuk pundak Dio. "Lanjutkan kehidupan kamu Dio."
Sejak saat itu sikap Dio berubah total.
***
"Kak Luna ... aku suka yang ini, tapi jangan terbuka banget, tolong di jahitkan bahan lagi sedikit di area sini." Ucap salah seorang pelanggan di butiknya.
"Oke sip mbak, tiga hari lagi aku chat ya buat fitting," Ucap Luna.
Luna Sabrina, seorang designer dan pemilik butik tempat dia bekerja sehari hari.
Luna adalah orang yang cekatan, setiap hari hidupnya tertata rapi, dari mulai membuka mata hingga waktunya tertidur di malam hari.
Usaha nya yang sukses, membuat dirinya lupa memikirkan tentang percintaan.
Butik Luna tidak pernah sepi pengunjung, beberapa orang besar dan selebritis di kota itu sudah sering menggunakan jasa pelayanan yang Luna sediakan.
Sore menjelang malam ...
Luna memarkirkan mobil di garasi rumahnya, mobil yang di belinya dari hasil jerih payahnya sendiri.
"Sore pap ... Tumben udah pulang?" Ucap Luna pada Bimo.
Bimo melihat wajah anaknya dengan jarak yang sangat Dekat, "Mam ... Sini." Panggil Bimo pada istrinya.
Tari yang sedang menyiapkan makanan, menunda pekerjaannya karena panggilan dari suaminya itu. "Iya pa, kenapa?"
"Liat nih, kulit anak perawan kita ... Kering, kusam begini."
"Ih kirain ada apa!" Ucap Tari yang melanjutkan pekerjaannya di dapur.
"Papa Body shaming !!!!!!" Teriak Luna.
Bimo tertawa mendengar teriakan anak satu satunya itu, "Iya iya maaf, anak papa cantik. Tapi kurang perawatan sepertinya." Ucap Bimo sambil tertawa.
"Kapan punya pacar?" Tanya Bimo.
*Luna tersedak air yang sedang dia tenggak.
"Apaan sih, tadi body Shaming, sekarang nanyain pacar. Ma ... tolonglah anakmu ini." Rengek Luna.
"Usia kamu sudah 28 tahun Luna, belum ada tanda tanda kamu pernah berpacaran, mama sama papa jadi khawatir sama pergaulan anak zaman sekarang."
"Ma ... Kok samanya sih?" Ucap Luna yang mendudukan dirinya di kursi meja makan.
"Mama papa udah tua sayang, gak bisa ngontrol pergaulan kamu di usia sekarang. Banyak loh sekarang anak muda yang menolak menikah ... Parahnya lagi mereka mencintai sesama jenis, iiihhhhh." Tari bergidik menceritakan kekhawatirannya.
Luna beranjak untuk mencuci tangannya ke dapur, tidak menghiraukan perkataan orang tuanya.
"Jadi mama papa ngira aku suka sama sesama jenis gitu?" Ucap Luna sambil mendudukan diri kembali dan bersiap untuk makan sore bersama.
"Papa khawatir sayang, zaman sekarang benar benar tidak bisa di duga duga," Ucap Bimo.
"Kami ingin kamu mendapatkan yang terbaik sayang, bukan dalam hal karir ... Tapi juga teman hidup kamu nanti. Karena selamanya kita gak bisa jagain kamu terus menerus." Ucap Tari sambil menuangkan beberapa sendok nasi ke atas piring suaminya.
"Luna ngerti, tapi gak sekarang. Luna masih fokus sama butik."
Bimo memandang wajah Tari, mengisyaratkan untuk menyudahi pembahasannya sampai disini.
***
Perusahaan yang di bawah naungan Vadio berkembang pesat, karena pria itu sangat fokus terhadap karirnya saat ini, hanya itu yang ada di fikirannya. Vadio tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada pesaing bisnisnya untuk merasakan sedikit kemajuan yang dia rasakan saat ini, ya ... pria itu berubah menjadi pria yang egois dan tidak perduli terhadap siapapun, padahal pesaing bisnisnya bisa di bilang masih mempunyai hubungan saudara dengan keluarganya, tapi Vadio tidak perduli akan hal itu.
"Buat collapse perusahaan A, saya ingin hari ini mendengar kabar itu, secepatnya!!" Ucap Vadio pada seorang asistennya.
"Tetapi pak, selama ini perusahaan A punya histori baik pada bisnis kita." Ucap Indra Lukas asisten Vadio.
"Saya tidak peduli, dan saya tidak menerima kesalahan apapun ... Sekalipun itu kesalahan kecil. Silahkan kerjakan ... atau, saya akan mencari asisten baru." Ucap Vadio menaikan sebelah alisnya.
"B-baik pak." Ucap Indra terbata.
Seperti itulah sikap Vadio setelah sembuh total dari kecelakaan yang dia alami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Azurah Azurah
menarik.
2024-11-14
0
Uthie
awal yg menarik 👍👍
2024-06-10
2
blecky
haahhh sabar vmvadio bukan jdohmu
2024-06-03
1