1. Kecelakaan fatal yang tanpa sengaja di alaminya saat dirinya akan melaksanakan pertunangan dengan kekasihnya. Kecelakaan itu sampai membuat gadis yang di tabraknya menjadi lumpuh dan kehilangan masa depan hingga dirinya harus bertanggung jawab ( Selingan pembuka kisah )
2. Persahabatan dan persaudaraan di masa lalu antara Letnan Sakti dan Letnan Jatmiko membuat Letnan Jatmiko menikahi seorang gadis dalam keluarga tersebut namun gadis itu teramat sangat membencinya hingga dirinya memilih untuk pergi dan mengalah daripada keluarga yang telah membesarkan namanya menjadi tidak harmonis.
Seiring berjalannya waktu, luka menganga di hati Bang Jatmiko perlahan terobati dengan hadirnya tambatan hati namun sang mantan kembali di tengah mereka.
SKIP bila tidak sanggup bersinggungan dengan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Berjuang lagi.
Bang Jatmiko begitu terkejut mendapati kenyataan bahwa kedua orang tua Rindang adalah petinggi militer. Namun dirinya yang sudah memutuskan untuk maju tidak mungkin untuk menyerah begitu saja sebelum berperang.
"Ada urusan apa kamu dengan putri saya Rindang?" Tanya Pak Agat sembari terus menatap mata Bang Jatmiko.
"Siap.. ijin.. kami............"
"Tidak ada main-main. Saya tidak mengijinkan putri saya untuk menjalin hubungan apapun dengan laki-laki..!!" Kata Pak Agat memutus ucapan Bang Jatmiko.
"Lalu bagaimana tentang KKN yang ada di desa sebelah. Bukankah tetap ada hubungan pertemanan di antara Rindang dan kawan-kawannya."
"Asal tidak da hubungan cinta, semua akan baik-baik saja." Jawab Pak Agat.
"Saya ingin menikahi Rindang."
Pak Agat tertawa mendengarnya, pasalnya beliau tau Rindang baru dua Minggu berada di wilayah tersebut dan Bang Jatmiko baru satu bulan menduduki daerah Pamrahwan.
"Punya modal apa kamu, le? Modal berani?? Atau modal dengkul??" Pak Ajat masih tergelak mendengarnya.
Sudah kepalang tanggung, Bang Jatmiko tidak ingin mundur lagi, apalagi niatnya memang tidak untuk bermain-main. Dirinya sungguh ingin membangun rumah tangga. Baginya kini, mengenal lama tidak menjamin seseorang akan memiliki kisah percintaan mulus seperti yang di harapkannya.
"Niat saya ingin menikahi Rindang adalah untuk menyempurnakan sebagian dari iman.
"Kamu tidak mencintai putri saya dan itu sudah cukup alasan untuk saya menolak pinanganmu." Kata Pak Agat.
Bang Jatmiko terdiam sejenak, ia berpikir keras bagaimana caranya melunakan hati sang calon ayah mertua.
"Bukankah dalam kepercayaan kita tidak ada kata 'pacaran'?. Jika memang niat kita tulus dan ikhlas karena Allah maka segala niat baik kita akan di permudah." Jawab Bang Jatmiko.
Pak Agat kembali tertawa terbahak namun kemudian senyumnya menghilang. "Hadiahkan putriku surat Ar Rahman..!!"
Mata Bang Jatmiko terpejam. Dirinya ragu apakah masih mengingat surat Ar Rahman tersebut atau tidak. Ia pun membuka kedua kelopak matanya lalu menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan.
"Baik, akan saya hadiahkan untuk Rindang."
:
Nampaknya Pak Agat merasa puas dengan usaha Bang Jatmiko, pria berpangkat letnan satu itu berusaha keras untuk mendapatkan Rindang dengan cara yang patut namun ada masalah setelah nya.
"Kami ini mengikuti aturan adat yang ada. Jika kamu inginkan Rindang menjadi istrimu. Kamu harus usahakan beberapa syarat yang baku dan mutlak di lakukan dan di berikan pada pihak perempuan..!!" Kata Pak Agat.
"Apa yang harus saya penuhi?"
"Penuhi seluruh kebutuhan rumah tangga..!! Tidak boleh ada yang terlewat sedikit pun, juga untuk perlengkapan wanita mulai ujung rambut hingga ujung kaki..!!" Imbuh Pak Agat kemudian.
"Akan saya penuhi..!!" Janji Bang Jatmiko saat itu.
"Saya hanya bisa memberi waktu dua hari. Tepatnya sampai Minggu malam usai Maghrib berkumandang. Selebihnya, saya anggap batal..!!!"
"Baik, saya akan menepati janji..!!"
***
Mulai detik Bang Jatmiko meninggalkan rumah Pak Agat, dirinya sama sekali tidak tidur dan langsung mencari apapun kelengkapan yang harus di penuhi sebagai syarat mempersunting gadis pedalaman.
"Ijin, Dantim. Kami sudah bisa mengumpulkan beberapa barang yang Dantim minta." Kata salah seorang anggota disana.
"Oke, terima kasih atas bantuannya. Coba nanti bergantian dengan rekanmu yang lain untuk mencari sisanya." Arahan Bang Jatmiko pada anggotanya.
"Siap.. Dantim."
...
Siang itu Bang Jatmiko menemui Rindang di tempat KKN nya. Rasa-rasanya tubuhnya sudah lumayan letih memikirkan persiapan pernikahannya dengan Rindang.
"Sulit sekali syarat dari keluargamu. Apa tidak bisa kalau syaratnya lebih ringan sedikit?" Tanya Bang Jatmiko kemudian merebahkan tubuhnya di atas velbed tenda khusus para tenaga medis.
"Itu sudah bagian dari resiko, Bang. Kalau Abang memang ingin menikah dengan gadis keturunan, pasti akan begitu syaratnya." Jawab Rindang.
"Tapi dimana Abang harus cari kerbau coklat, piring keramik motif naga. Abang dengar pesan saja harus menunggu minimal satu bulan lamanya." Bang Jatmiko memijat pelipisnya karena sungguh rasa lelah sudah kian menyiksa.
"Jangan banyak mengeluh lah, Bang. Bukannya masih banyak lagi yang harus Abang siapkan termasuk emas sebagai salah satu isi dari seserahan yang harus di lengkapi." Kata Rindang.
"Abang nggak akan mengeluh dan Abang akan tetap mencari cara bagaimana mendapatkan barang tersebut."
"Ada satu cara untuk Abang bisa meminang Rindang, tapi Abang harus beli senjata adat lagi untuk mengalahkan seseorang." Ucap lirih Rindang.
"Siapa yang harus Abang kalahkan?" Tanya Bang Jatmiko.
"Abang kandungnya Rindang, Bang Gorga. Tidak mungkin Abang tidak kenal." Jawab Rindang.
"Gorga????"
.
.
.
.
dibaca aja udh seru bgt apalagi dijadikan film