Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Di luar dugaan Nadia dan Angel, Vanesa terus berusaha agar kedua temannya itu bisa masuk universitas yang sama dengannya. Tak habis akal, Vanesa bahkan meminta bantuan Alex untuk mencari ide bagaimana caranya agar mereka tidak terpisahkan.
“Aku nggak mau pisah sama mereka, Om. Aku sudah anggap mereka seperti saudara, aku nggak mau punya teman baru” rengek Vanesa pada Alex. Mereka bertemu di tempat biasa.
Alex hanya tersenyum memandangi Vanesa yang duduk di depannya. Wajah lucu Vanesa tidak bisa membuat Alex berfikir apapun.
“Om...” rengek Vanesa dengan manjanya. Gadis berdiri dan berpindah duduk di samping Alex membuat laki-laki itu merentangkan tangannya menyambut Vanesa. Sekarang Vanesa sudah duduk di atas pangkuannya.
“Bantu aku” katanya sambil memainkan dasi Ales.
“Memangnya rencana mau kuliah dimana?” tanya Alex yang akhirnya merespon gadis itu. Vanesa menggeleng, dia tidak tahu uniersitas mana yang dia inginkan. Orang tuanya ingin dia mengambil jurusan bisnis agar mempermudah mereka untuk mewariskan bisnis mereka kepada Angel.
“Bagaimana kalau di unversitas milik keluarga, Om. Om akan membantu kedua teman kamu itu untk mendapatkan beasiswa kalau mereka memang berprestasi” Vanesa bangkit dari dada Alex dengan wajah yang berseri.
“Benar, Om. Om punya universitas?” tanyanya bersemangat.
“Bukan punya pribadi, tapi Om bisa atur. Yang penting teman kamu itu memang berprestasi” Vanesa mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat.
“Nggak usah di ragukan Om. Mereka itu pintar kok” kata Vanesa membanggakan Nadia dan Angel.
“Makasih yah, Om” Vanesa memberi kecupan di bibir pada Alex sebagai rasa terima kasihnya. Dia rasanya sudah tidak sabar menyampaikan kabar gembira ini pada Nadia dan Angel.
“Bukannya kamu bilang kedua teman kamu itu punya penyokong dana, kenapa mereka tidak minta di biayai saja” Vanesa pernah cerita kalau kedua temannya juga sama seperti dirinya.
“Mereka sudah bubar, Om”
“Kenapa?”
“Yang satu pindah ke luar negeri dan yang satu, entahlah. Dia kayaknya jatuh cinta sama laki-laki itu dan ngga terima laki-laki itu berdua sama istrinya. Jadi akhirnya dia berhenti sebelum terlalu jauh.”
Alex diam sejenak, “Lalu kamu bagaimana? Kalau aku tidak bisa meninggalkan istriku, apa kau akan tetap menemaniku seperti ini?”
Giliran Vanesa yang terdiam, dia melihat Alex penuh makna lalu kemudian tersenyum.
“Om mau tahu isi hatiku?” Alex hanya menaikkan sebelah alisnya mempersilahkan Vanesa untuk berbicara.
“Aku juga jatuh cinta sama Om. Aku juga cemburu melihat Om dengan istri Om, aku mau Om hanya milikku saja. Aku tidak rela membagi Om dengan siapapun walaupun aku ini hanya sekedar hiburan untuk Om”
Kejujuran Vanesa membuat peredaran darah di dalam tubuh Alex serasa terhenti, dia mematung untuk waktu yang cukup lama sampai tepukan lembut Vanesa menyadarkannya.
“Jangan terbebani dengan perasaanku ya, Om. Aku tidak akan melakukan apapun untuk membuat Om membalas perasaanku karena aku tahu kalau Om sudah memiliki kehidupan yang lain dengan keluarga Om” Vanesa tentu sadar diri kalau dia tidak akan mungkin bisa memiliki Alex seutuhnya.
“Aku tidak akan rela kalau Om menyuruhku membuang perasaanku, aku mau tetap mencintai Om sampai ada orang lain yang membuatku bisa berpaling dari, Om. Mungkin di kampus baru ada laki-laki tampan yang menggodaku, aku ini kan cantik dan kaya jadi tidak akan sulit membuat orang jatuh cinta pada...”
Alex segera membungkam Vanesa dengan bibirnya, dia ******* dengan sedikit kasar bibir gadis itu hingga membuat Vanesa merasa tidak nyaman dan mendorong bahu Alex.
“Om kenapa sih, kasar banget. Aku tidak suka” kata Vanesa protes.
“Jangan pernah sebut laki-laki lain di depanku, aku tidak mau ada orang lain selain aku” kata Alex dengan wajah yang tidak ramah. Entah kenapa dia terlihat marah padahal yang Vanesa katakan hanya bercanda.
“Aku akan mengurus agar kau dan teman-temanmu bisa masuk di universitas keluargaku, dan ingat jangan macam-macam dengan laki-laki manapun. Ayo, aku akan mengantarmu pulang.”
Vanesa takut melihat wajah tidak ramah Alex, laki-laki itu tidak pernah memperlihatkan padanya sisi yang lain selain keramahan dan kelembutan yang membuat Vanesa sangat nyaman berada di sampingnya.
“Om, Om marah ya karena aku bilang aku jatuh cinta sama, Om. Aku kan sudah bilang kalau Om tidak perlu memikirkan perasaanku” Vanesa yakin kalau Alex merasa keberatan dia memiliki cinta untuknya. Vanesa jadi menyesal sudah mengaku dengan jujur kepada Alex.
Sepanjang perjalanan menuju apartemen, Alex hanya diam saja. Dia seperti tenggelam dalam pikirannya.
Alex meminggirkan mobilnya di jalan yang sepi, dia melepas sabuk penganmannya dan membalikkan tubuhnya menghadap Vanesa. Dia mengambil tangan gadis itu dan menggenggamnya lalu menciumnya dengan lembut.
“Maafkan, Om yah. Om buat kamu takut ya?” kata Alex mengusap punggung tangan Vanesa yang berada dalam genggamannya.
“Om tidak akan mengulanginya lagi, kamu mau kan memaafkan, Om” kata Alex lagi meminta maaf dengan tulus pada Vanesa akan sikapnya yang membuat gadis itu takut sampai dia hanya terus menunduk sepanjang jalan.
“Om kenapa, aku nggak akan bilang sama siapapu kalau aku jatuh cinta sama Om. Aku akan membuang perasaanku ini dengan segera” Alex menggeleng lembut.
“Om justru merasa terharu kau mencintai Om dengan tulus, Om sangat berterima kasih atas perasaan berharga kamu yang sudah mau kamu berikan pada Om”
“Lalu...?”
“Mungkin Om hanya tidak terima kalau suatu hari nanti ada laki-laki yang mengambil tempat Om di hati kamu” Vanesa tersenyum, rasa takutnya mulai menghilang melihat Alex yang kembali menjadi sugar daddy yang dia kenal.
“Nggak akan ada yang menggantikan Om, Om punya tempat yang spesial. Jadi kalau nanti kita sudah tidak sama-sama lagi, Om tetap ada di hati aku”
“Om berharap bisa memiliki waktu yang lebih lama lagi bersama kamu” Vanesa tersenyum lagi.
“Iya deh, selama yang Om mau” katanya dengan senyum lebar.
Alex mencium keningnya lalu turun ke bibir manis gadis itu, lama mereka saling berpagutan sampai Vanesa hampir kehabisan nafas. Mereka sama-sama tertawa lalu Alex kembali melajukan mobilnya untuk mengantar Vanesa kembali ke apartemen.
“Sial, kenapa aku tidak rela mendengar Vanesa akan di cintai oleh orang lain. kenapa aku malah berdebar mendengar pengakuan cintanya. Ingat Alex, kau sudah punya istri. Kau dan Vanesa hanya sebuah hiburan jangan pernah menggunakan hatimu, bodoh” katanya memaki dirinya sendiri.
“Tidak, aku memang tidak mau gadis kecil ku itu di miliki siapapun. Hanya aku yang boleh memilikinya, senyumnya itu hanya boleh dia tunjukkan padaku.”
Sepertinya Alex sudah ketularan Bintang yang jatuh cinta pada padis kecil yang lebih pantas menjadi anaknya. Lalu bagaimana dengan istrinya. Dia tidak pernah sekalipun bermasalah dengan istrinya, dia juga mencintai wanita yang sudah menemaninya hampir sepuluh tahun dan sudah memberikan sepasang anak padanya.