NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak sadarkan diri

"Jangan sembarangan menuduh! Aku tidak pernah berniat menipumu apalagi Mama Shanum. Bahkan aku pun tidak pernah terpikirkan akan menikah meskipun itu denganmu," sanggah Ayu.

 Ia memang tidak pernah berpikir akan menikah sebelum-sebelum ini. Dulu ia memang memimpikan menikah dengan seorang, tapi itu adalah Rafa, bukan Madava. Apalagi sifat mereka benar-benar bertolak belakang. Selain itu, ia tidak pernah tertarik apalagi mencintai Madava. Sebab sampai saat ini, di hatinya masih ada nama Rafa. Meskipun tidak sedalam dulu, tapi jujur saja Ayu belum bisa benar-benar melupakannya. Apalagi ia meninggalkan Rafa begitu saja dengan rahasia yang digenggamnya sendiri. Berikut kesalahpahaman yang ia yakini pasti begitu melukai Rafa.

"Kalau kau tidak berniat menipu kami, lantas cepat jelaskan, apa alasanmu merahasiakan siapa Rafi? Katakan, siapa Rafi sebenarnya?" sentak Madava kesal.

"Rafi, dia ... "

Brukkk ...

Tiba-tiba Ayu dan Madava mendengar suara benda jatuh. Keduanya lantas berlarian untuk mencari tahu apa yang terjatuh tadi. Dan betapa terkejutnya Ayu serta Madava saat melihat Rafi sudah terkulai tak sadarkan diri di atas lantai yang dingin. Bukan hanya itu, mereka melihat darah segar mengalir melalui lubang hidungnya. Sontak saja Ayu histeris. Ia memeluk Rafi seraya membangunkannya.

"Raf, bangun, Nak! Bangun! Ini Mama. Bangun, Sayang," lirih Ayu sambil mengusap darah yang mengalir dari lubang hidung dengan ujung pakaiannya.

Madava yang melihat itu sontak syok. Ia pun segera menginstruksikan Ayu agar mengendong Rafi untuk dibawa ke dokter.

"Gendong Rafi sekarang. Aku ambil kunci mobil dulu. Kita ke rumah sakit segera," titah Madava kalut.

Jujur saja, jantungnya berdentum keras sekali. Bahkan tangannya sudah panas dingin. Ia benar-benar mengkhawatirkan kondisi Rafi saat ini.

Ayu mengangguk. Ia pun segera menggendong Rafi keluar, sementara Madava bergegas masuk ke dalam kamar untuk mengambil kunci mobil. Setelahnya, Madava pun segera berlarian ke pekarangan rumah. Mobilnya masih berada di sana, belum dimasukkan ke garasi. Ia pun segera menekan kunci dan membukakan pintu untuk Ayu. Setelahnya, ia menyusul masuk dan duduk di bangku kemudi. Lalu, dalam hitungan detik, mobil pun melaju membelah kegelapan malam menuju rumah sakit.

...***...

Kini Madava dan Ayu sudah berada di rumah sakit. Sementara Rafi sedang ditangani di dalam ruang UGD.

Madava melirik Ayu yang terus-menerus menangis. Hati Madava tersentuh. Ia pun menggeser tubuhnya dan merengkuh pundak Ayu. Menariknya ke pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada.

Isak tangis Ayu masih terdengar jelas di rungu Madava. Diusapnya punggung Ayu. Ia bisa melihat kalau Ayu begitu menyayangi Rafi. Padahal Rafi bukanlah anak kandungnya, tapi rasa cintanya nampak seperti ibu kandung sendiri.

"Sudah. Jangan menangis terus! Rafi pasti sedih kalau sampai tau kau menangis karenanya."

"Apa Rafi akan baik-baik saja? Bagaimana kalaunia sakit parah dan tidak bisa diobati?" gumam Ayu merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Rafi dengan baik.

Ayu mendongakkan kepalanya. Ia menatap lekat wajah Madava yang juga sedang menatapnya.

"Mas, aku mohon, tolong Rafi! Tolong, sembuhkan Rafi! Aku berjanji, aku akan melakukan apapun sebagai gantinya. Menjadi pembantu seumur hidupmu tanpa digaji pun aku mau. Atau kalau kau ingin aku pergi sejauh mungkin, aku bersedia. Asal kau mau membantu pengobatan Rafi. Mas, aku sudah tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini. Semua orang kejam padaku. Tidak ada yang menyayangiku. Aku hanya memiliki Rafi. Bila ia pergi, lebih baik aku mati juga. Aku tak sanggup bila harus hidup tanpa Rafi. Aku mohon, Mas. Aku mohon, tolong aku. Tolong Rafi!" tukas Ayu tanpa henti.

Madava bisa melihat jelas ketakutan yang begitu besar di netra Ayu.

"Aku bukan Tuhan, aku juga bukan dokter yang bisa menyembuhkan Rafi. Tapi aku berjanji, akan membantu pengobatan Rafi. Yang perlu kita lakukan saat ini hanyalah berdoa, semoga Rafi baik-baik saja."

"Ayu, aku tahu kau sangat takut kehilangan Rafi. Dan jangan pernah lagi mengatakan kalau kau sendiri. Apa kau tidak pernah menganggap aku dan mama sama sekali? Kami ini sekarang keluargamu. Jangan sungkan meminta bantuan bila kau butuh. Aku akan selalu bersedia membantumu."

"Maaf, kalau aku tadi sempat bersikap kasar padamu. Jujur, aku menghindar karena takut bertengkar denganmu. Aku takut kata-kataku menyakiti hati mu. Kau terlalu banyak rahasia, aku bingung harus menghadapi mu bagaimana."

"Ayu, tolong jangan membicarakan kematian! Kematian itu takdir. Kita tidak sepatutnya menyerah saat kesempatan masih ada. Aku yakin, Rafi bisa sembuh. Kau harus kuat. Bagaimana Rafi bisa bersemangat untuk sembuh kalau kau sebagai ibunya justru lemah seperti ini."

Untuk pertama kalinya, Madava berucap panjang lebar pada Ayu. Ayu sampai terkesima mendengarnya.

Setelah satu jam menjalani pemeriksaan, akhirnya kondisi Rafi sudah stabil. Namun untuk saat ini, anak itu masih terlelap.

Kini Madava dan Ayu sedang berada di ruangan dokter. Mereka ingin mendengar penjelasan dokter tentang penyakit yang Rafi derita.

"Dari ciri-ciri yang terlihat, anak tuan sepertinya mengidap penyakit leukemia atau kanker darah. Namun untuk memastikan, kami akan melakukan tes darah dan biopsi sumsum tulang terlebih dahulu. Berdoa saja, semoga saja hasilnya negatif." Dokter itu berucap pelan, tapi cukup menyentak hati dan pikiran Ayu dan Madava.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰 ...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!