NovelToon NovelToon
Inspace

Inspace

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: camey smith

Dalam keheningan hidup yang terasa hampa, Thomas menemukan pelariannya dalam pekerjaan. Setiap hari menjadi serangkaian tugas yang harus diselesaikan, sebuah upaya untuk mengisi kekosongan yang menganga dalam dirinya. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya. Tanpa peringatan, ia dihadapkan pada sebuah perubahan yang tak terduga: pernikahan dengan Cecilia, seorang wanita misterius yang belum pernah ia temui sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon camey smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Another Day

Mereka berada di atas sebuah kapal mewah yang melaju dengan anggun di atas permukaan laut yang tenang. Dengan dek yang luas terbuat dari kayu cokelat gelap yang mengilap, dilengkapi dengan reling dari baja tahan karat yang berkilauan di bawah sinar matahari. Di sekeliling kapal, kursi-kursi lounge empuk tersusun rapi, menawarkan kenyamanan sempurna untuk menikmati pemandangan laut yang memukau.

Di bagian belakang kapal, sebuah area terbuka menyediakan ruang yang sempurna untuk bersantai, dengan jacuzzi yang mengundang dan bar yang lengkap dengan segala jenis minuman. Suara musik yang lembut terdengar dari speaker tersembunyi, menciptakan suasana yang santai namun mewah.

Suasana penuh dengan semangat petualangan dan keceriaan. Angin laut yang sejuk berhembus lembut membawa aroma asin yang khas. Langit biru yang luas terbentang tanpa batas, dihiasi oleh awan-awan putih yang berarak lambat.

Fabio dengan keterampilan yang terasah mengambil alih kemudi, menavigasi kapal dengan percaya diri menuju titik memancing yang telah lama ia incar. Helena yang selalu siap dengan kamera di tangan, menangkap setiap momen, dari tawa lepas hingga tatapan penuh antisipasi.

Thomas yang sebelumnya sempat merasa canggung, kini terlihat begitu fokus dengan pancingannya. Ia menatap ke dalam air, menunggu dengan sabar, berharap ikan besar akan tergoda oleh umpannya. Cecilia, yang duduk di sampingnya, tidak bisa menahan diri untuk tidak sesekali menggoda Thomas, “Jangan sampai ikan-ikan itu tertawa melihat teknik memancingmu, ya.”

Tiba-tiba tali pancing Thomas terasa berat. Dengan cepat ia berdiri, menarik tali pancing dengan semua kekuatannya. “Aku mendapatkannya!” teriaknya penuh kemenangan. Namun ketika ia berhasil mengangkat tangkapannya, bukan ikan besar yang muncul, melainkan sepatu bot tua yang basah kuyup.

Fabio dan Helena tidak bisa menahan tawa mereka, sementara Cecilia bertepuk tangan, “Wah, sepertinya kamu menangkap harta karun yang langka, Thomas!”

Fabio yang mendengar riuh rendah tawa berbalik dan melihat Thomas dengan wajah yang penuh kebingungan, memegang sepatu bot basah yang tergantung di ujung tali pancing. “Sepertinya kita telah menemukan ikan legendaris Tommy: Ikan Sepatu Botus Ridiculousus!”Fabio mengangkat satu alisnya lalu tertawa terbahak-bahak sembari memegangi perutnya yang sedikit membuncit.

Helena yang masih tertawa menambahkan “Tidak ada yang bisa mengalahkan kejeniusanmu dalam memancing, Thomas!”

“Jangan khawatir, kita akan menggantung sepatu bot ini di atas kapal sebagai trofi. Siapa tahu, mungkin ikan-ikan lain akan tergoda untuk bergabung dengan koleksi kita.” Cecilia menepuk-nepuk bahu Thomas seolah suaminya itu tengah melewati duka.

Thomas, yang awalnya merasa malu, akhirnya ikut tertawa. “Baiklah, baiklah,” ucapnya, “tapi setidaknya sepatu bot ini tidak akan membuat kita lapar.”

“Mari kita lanjutkan petualangan kita, siapa tahu kita menemukan ikan yang lebih… ikan,” kata Fabio sambil masih tertawa.

Fabio mengayunkan kemudi mengarahkan kapal ke tempat lain. dengan sepatu bot yang kini menggantung di atas kapal, mereka melanjutkan perjalanan, siap untuk menghadapi apa pun yang lautan tawarkan—baik ikan sungguhan maupun ikan sepatu bot.

Fabio memperhatikan horizon dengan mata yang tajam, mencari spot memancing terbaik, sementara Helena dengan cekatan mengabadikan momen-momen tak terlupakan dengan kamera digitalnya.

Kapal itu berhenti setelah Fabio merasa yakin bahwa spot itu merupakan spot yang paling tepat. Di atas kapal yang bergoyang lembut di tengah lautan, Fabio dan Thomas berdiri berdampingan, memegang pancing mereka dengan harapan tinggi.

Fabio dengan pengalaman memancingnya yang lebih banyak, memberikan beberapa tips kepada Thomas. “Ingat, Tom, kuncinya adalah kesabaran dan ketenangan,” ujarnya sambil menunjukkan cara melempar tali pancing dengan gerakan yang mulus.

Thomas yang masih pemula dalam hal memancing, mengikuti arahan Fabio dengan penuh perhatian. Ia melempar tali pancingnya ke laut, menunggu dengan penuh harap. “Seperti ini, kan?” tanya Thomas mencari persetujuan.

Suara alam yang harmonis—deru ombak, kicauan burung laut, dan kadang-kadang suara ikan yang melompat dari air—menjadi musik latar yang sempurna. Dengan senyum lebar, Helena mengarahkan kamera digitalnya ke arah Cecilia yang berpose dengan anggun. Di latar belakang laut biru yang cerah dihiasi awan-awan putih yang menciptakan latar sempurna.

“Lebih ke kanan sedikit, Ceci,” ucap Helena sambil menyesuaikan sudut kamera. “Iya, seperti itu. Sekarang, senyum yang manis!”

Cecilia yang awalnya canggung, kini sudah terbiasa dengan peran sebagai model dadakan. Ia menatap kamera dengan mata yang berbinar, bibirnya membentuk lengkungan yang indah. “Bagaimana, bagus?” tanyanya, mencoba menahan tawa.

Helena mengangguk puas, “Sempurna! Kau cantik sekali, Ceci.” Ia menekan tombol kamera.

Di tengah hiruk-pikuk suara ombak dan teriakan camar, Fabio tiba-tiba mengikis jarak antara dirinya dan Thomas yang sedang asyik memperhatikan laut. "Ada yang ingin aku bicarakan, Tom." Fabio mencoba untuk bersikap serius.

Thomas menoleh, rasa penasaran terpancar dari matanya. "Tentang apa?" tanyanya.

Fabio mengambil napas, lalu mulai bercerita dengan nada dramatis, "Pagi tadi, ketika matahari baru saja menampakkan sinarnya, teleponku berdering. Dan tebak siapa? Mateo! Dia menelepon dengan semangat yang... hmm, bagaimana ya, cukup berapi-api."

Thomas tertawa kecil, "Berapi-api?" Tanggapannya tidak terlalu serius.

"Lebih dari itu," lanjut Fabio, "Dia memberikan ultimatum yang cukup... unik. Dia ingin segera menimang cucu dan tampaknya, dia menganggap kita—maksudku, aku dan Helena semua terlibat dalam misi itu."

Thomas mengangkat alisnya, "Misi? Apa kau sekarang agen rahasia yang bertugas memastikan keluarga bertambah anggota?"

"Persis!" sahut Fabio, "Dan dia mengancam akan membuangku ke jalanan jika aku gagal memastikan kau menghamili Cecilia!"

Haha. Thomas hanya tertawa kecil menanggapi pembahasan Fabio. Fabio menatap Thomas dengan pandangan yang tiba-tiba berubah semakin serius. "Kali ini aku tidak bergurau, Tommy." ucapnya dengan nada yang lebih rendah. "Tujuanmu menikah dengan Cecilia adalah memberikan cucu kepada Mateo. Apa kau melupakan proyek yang selama ini kau dambakan?"

Thomas yang merasakan perubahan suasana hanya mengangguk samar. "Aku tahu, Fabio. Aku mengerti itu sangat penting bagi Mateo, tapi tak bisa secepat itu." jawabnya, suaranya mencerminkan keseriusan yang sama. “Ini bukan tentang membuat mie instant, ini bayi, bayi Fabio!”

Fabio menatap Thomas dengan tatapan yang mendalam, suaranya rendah namun penuh dengan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan. "Lalu apa yang terjadi? Kau dan Cecilia masih saja canggung dan bahkan belum melakukan malam pertama," ucapnya seolah-olah berat untuk mengatakannya. "Bayi itu tidak akan muncul tiba-tiba." Tambahnya dengan penuh penekanan.

Thomas merasakan beratnya beban yang dia pikul tentang permintaan Mateo dan juga harapan yang dipegang Fabio, Thomas memilih diam tidak menjawab penekanan Fabio.

Fabio menatap Thomas dengan serius, kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya. "Aku tidak mau tinggal di jalanan dan membuat Helena kelaparan!" ucapnya dengan nada yang mendesak. Mateo bukanlah jenis orang yang suka cuap-cuap belaka, dia adalah pria si pahit lidah. Seluruh ucapannya pasti akan terjadi.

"Kamu harus lebih santai bersama Cecilia. Coba cari cara untuk mendekatinya dengan lebih lembut, lakukan sesuatu yang romantis, atau apapun yang bisa membuat kalian berdua merasa nyaman. Ini penting, Tommy."

Kapal yang sebelumnya dipenuhi dengan tawa dan canda, suasana berubah menjadi lebih hening. Thomas merenung, pandangannya jauh menerawang ke cakrawala. “Kita kembali ke resort.” Titahnya.

Helena yang merasakan perubahan suasana segera mendekati Thomas. “Ada apa?” tanyanya dengan lembut, suaranya hampir tenggelam oleh suara ombak.

Thomas tiba-tiba membisu, angin laut yang sejuk tiba-tiba terasa lebih dingin dan ombak yang berdebur di samping kapal seakan-akan menyuarakan kegelisahan yang kini menggelayuti hati Thomas.

“Baiklah, kita kembali ke resort,” sahut Fabio mengangguk dengan pengertian. Ia membereskan kail pancingan kemudian menyesuaikan kemudi, mengarahkan kapal kembali ke daratan. Helena dan Cecilia, yang sebelumnya asyik berfoto, kini menatap Thomas dengan heran.

Perjalanan kembali ke resort dilalui dengan keheningan yang penuh renungan. Thomas berdiri di sisi kapal, memandang ke laut yang luas, merenungkan tentang tanggung jawab dan harapan yang kini terpikul di pundaknya untuk menghadapi realitas dan tantangan yang ada.

1
Leo6urlss
Camila bener bener lu yeeee 🤣🤣
Leo6urlss
Wkwk andai menikah semudah itu pasti gw udh punya anak 5
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!