NovelToon NovelToon
Tanah Bangsawan

Tanah Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: lunar crimson

Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.

Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

014 — Kepungan

“Saya mau pulang aja Buk Le, terima kasih tawarannya nanti kalo saya ke rumah Mas Giri lagi Kahis mampir deh ke rumah Pak Le dan Buk Le,” tawar Kahis, wanita itu melambaikan tangannya tak mau mendengar.

“Udah mau waktu magrib, Nduk. Bahaya ah, mending ke rumah saya aja. Nanti kamu ada temen kok, anak saya juga gadis,” tawar wanita itu menggebu-gebu, lalu menarik lengan Kahis lagi.

Kahis mau tak mau harus menuruti permintaan kedua orang tua itu, gadis itu merasa tak enak terus-terusan menolak tawaran orang tua. Memang benar sih badannya semua capek seperti remuk, apalagi kakinya terasa melayang sangking pegel setelah menempuh jalan.

Rumah-rumah di sini tidak berjejer dan jarak antar ke rumahnya lumayan jauh, setiap rumah memiliki perkebunan yang mereka jaga. Hingga pada akhirnya Kahis sampai di rumah kecil nan sederhana milik Pak Zainud dan istrinya.

“Lho siapa nih, Buk?” Seorang gadis muncul dari dalam bilik, terlihat lebih muda daripada Kahis dan mengenakan kemben sedada lalu jarik motif selutut rambutnya pula ia sanggul. Gadis itu menatap Kahis dengan bingung, Kahis membalas tatapan itu dengan senyuman kikuk.

“Ini lho adiknya Bapak Giri, ayo masuk ah nduk kok bengong saja di sana?” Wanita itu terus saja berseru pada Kahis, mempersiapkan tikar sebagai alas duduk lalu menepuk-nepuk tempat di sebelahnya.

“Anakku, tolong buatin mbak ini teh sama bawain makanan di dapur ya,” titah wanita itu pada anak gadisnya, gadis itu mengangguk dan segera bergegas pergi ke dapur.

“Saya Injan istrinya Pak Le ini dan yang tadi anak gadis saya, kami kaya adik kaka toh? Masih terlihat muda’kam saya ini?” cengir Buk Injan, Kahis dengan muka sedikit kikuk menanggapi wanita di hadapannya sedikit kikuk.

“Ya Allah, sampean lupa harus nyamperin ke rumah tetangga depan sana, Buk!” Pak Zainud menepuk jidatnya berkeluh, lelaki itu segera berdiri dan melangkah cepat.

“Waduh Bapak ini gimana toh, tetangga itu’kan agak judes orangnya. Cepat-cepatlah sana,” Pak Zainud mengangguk patuh dengan ocehan Buk Injen—istrinya.

Tatapan Buk Injen mengarah ke Kahis lagi kemudian, menatap penampilan Kahis semuanya. Kahis berusaha melepaskan rasa tak enaknya ketika Buk Injan terus menatapnya lalu menyengir.

Rumah Buk Injan layaknya rumah gubuk biasa, dinding dan atapnya masih dibuat dari anyaman tapi gubuknya ini sangat luas. Tidak lupa di belakang rumah mereka terdampar perkebunan sayur yang luas, milik Belanda kah?

Tak lama, gadis anak dari Buk Injan keluar membawa nampan berisikan teh dan jamuan ubi goreng. Gadis itu diam tak bersuara, mengalihkan tatapannya untuk Kahis. Padahal Kahis ingin menyapa gadis itu dengan senyum, tapi ya sudahlah.

“Tehnya kok satu sih, ndok? Buat ibu sama kamu mana?” tanya Buk Injan dengan nada cemprengnya, gadis itu tampak memberikan isyarat pada Buk Injan lalu menepuk dahinya.

“Ngomong apa sih, ndok?” tanya Buk Injan membuat anak gadisnya frustasi menjawabnya, dasar tidak peka.

“Gulanya habis mbok,” ketus anak gadisnya lalu langsung pergi meninggalkan Kahis dan Buk Injan yang merasa tak enak. Kahis diam sembari memandang Buk Injan yang menyengir lalu menggaruk pelipisnya.

“Maklumin anak gadis saya ya cah ayu, dia suka gitu kalo ada tamu baru,” papar Buk Injan, gadis itu menggeleng.

“Saya yang minta maaf sama, Mbok. Maaf saya ngerepotin, saya enggak lama kok mbok setelah selesai Magrib saya langsung pulang aja,” tutur Kahis, wanita itu membalas lagi dengan gelengan.

“Kamu itu gadis nanti diapa-apain di jalan gimana, nduk?” tanya Buk Injan hingga Kahis menatapnya skeptis lalu tertawa kecil.

“Saya bisa jaga diri kok, Buk. Terima kasih ya sudah peduliin saya,” balas Kahis, wanita itu kini memilih untuk tidak membantah Kahis.

“Ini nduk ayu, cicipin hidangan ubi rebus enak lho. Mbaknya pasti dari orang berada, maaf ya cuma bisa ngehidangin gini aja,” cengir Buk Le.

“Apa lah Buk Le bilangnya gitu, saya juga makannya gini kok enak juga apalagi kalo digoreng,” bantah Kahis dan segera mengambil satu potong ubi rebus yang masih panas.

Waktu terus berputar layaknya roda, namun bedanya waktu tidak mempunyai penghenti dan bekerja di luar kehendak. Sama pun dengan apa yang dirasakan oleh Kahis, tak terasa waktu kini telah petang dan langit-langit telah tiba di penghujung sore.

Buk Injan tiba-tiba beranjak dari duduknya, merenggangkan badan berisinya setelah berceloteh ria pada Kahis. Gadis itu menyimak dengan tenang sesekali hanya mengangguk mengiyakan, dia bukan tipe orang yang langsung akan membalas perbincangan.

“Nduk, tak siapkan makan malam dulu ya. Gadisku udah beres masaknya, kecium sampe sini,” ujar Buk Le lalu melangkahkan kakinya ke rumah bagian belakang, kini Kahis sendirian sembari menatap ruang tamu sederhana.

Tiba-tiba gadisnya Buk Le menampakkan diri, arahnya tatapannya juga tertuju pada Kahis lalu matanya celingukan melihat sekitar dengan bergegas ia menghampiri Kahis.

“Mbak, pura pura enggak tahu apa bagaimana sih?!” sentak gadis itu kepada Kahis yang benar-benar tak tahu apa-apa dengan nada rendah, menatap sekitar matanya menatap was-was.

“Maaf maksud kamu kenapa ya? Nanti saya bentar lagi pulang kok setelah magrib, maaf ngerepotin kamu banget,” tutur Kahis, gadis itu menggeleng cepat.

“Saya Linggar. Ayok mbak ikut saya cepet!” ajak Linggar itu memaksa, menarik lengan Kahis yang belum sempat menghabiskan satu potong ubinya yang barusan ia comot.

Kahis tetap kekeuh sembari menatap Linggar itu nyalang, ada apa? Akhirnya Linggar itu melepas cekalan kasarnya pada Kahis dan menjatuhkan bokong untuk duduk di hadapan Kahis.

Linggar itu perlahan dengan mata berlinang menatap mata Kahis kikuk. “Cukup saya aja Mbak untuk hari ini, jangan sampai kena dua,” ujar Linggar itu memelankan suara, satu tetes linangan air mata terjatuh.

“Saya enggak mau gini, Mbak. Bapak sama Ibuk salah, saya ngerasa bersalah sekali kalo ngebiarin mereka begituin mbaknya,” papar Linggar itu dengan mata yang berkaca-kaca.

“Aku enggak ngerti, maksud kamu apa?” tanya Kahis sekali lagi, gadis itu hanya menggeleng tanpa memberi penjelasan.

Drap.

Drap.

Linggar tersentak dengan suara derapan kaki orang-orang, kepalanya bergerak tak santai dengan tatapan yang menyorot panik. Linggar menatap Kahis, akhirnya Kahispun bangun meminta Linggar untuk berdiri.

Brak.

Pintu yang hanya berlapis bambu itu terbuka ambruk, gerombolan orang-orang dari desa secara tiba-tiba datang dengan terangan banyaknya obor-obor yang berkobar. Rumah gubuk itu terkepung oleh orang-orang desa, Linggar tampak panik begitupun Kahis yang hanya bisa menebak kemungkinan yang ada.

1
Arlingga Ve Mustafa🇮🇩🇹🇷
hadir,,,, semangaat ea,,, 💪💪
Yi Yid
siapa ini? carlio kh
Zizi
smngt kak up nya🌹🌹
lunariesse van der hourver: terima kasih semangat juga 💗💗💗
total 1 replies
hazelsgn
p
Ikhsan
bagus kak,keren
Ikhsan: sama sama kak
lunariesse van der hourver: terimakasih
total 2 replies
Bilqies
gak kurang sih cuma udah kewajiban kamu sebagai orang tua untuk membesarkan dan membiayai anaknya
Bilqies
1 kata egois
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
Mhila izuna
mampir thor
si ciprut
dua dulu😁
si ciprut
saya sih bukan mau mencela atau bagaimana. cuma untuk sesi bab awal lebih baik fokus pada tokoh utama dulu. entah itu perkenalan dari tokoh protagonis. dari segi pendidikan atau visual ataupun yg lainnya. fokus itu dulu. baru bab selanjutnya adalah jalan cerita kisah yg akan disampaikan.
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗
lunariesse van der hourver: baiklaaa terima kasih krisarnya kakk
total 1 replies
Yiab Yoje
thorrr
lunariesse van der hourver: apaaaa
total 1 replies
husnia wahidah
prolognya bagus bgt, heran
lunariesse van der hourver: makasih ya sengku
total 1 replies
husnia wahidah
kapan up nya thor? seru banget baru kali ini nemu cerita kaya gini
lunariesse van der hourver: ditunggu ya seng
total 1 replies
Legiyan Lyn
keren
niara kahishaa
mantap bgt thor
hazelsgn
hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!