NovelToon NovelToon
Benih Twin'S CEO Kejam

Benih Twin'S CEO Kejam

Status: tamat
Genre:Action / Poligami / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Tamat
Popularitas:157.5k
Nilai: 5
Nama Author: Mom Ilaa

Karena dipaksa untuk segera memiliki anak, Jovan sang CEO dari perusahaan ternama diam-diam menikah lagi. Dengan kejamnya, dia mengusir Seina selaku istri pertamanya yang dikira mandul. Namun nasib buruk pun menimpa Jovan yang mana istri keduanya mengalami kecelakaan hingga membuatnya keguguran bahkan rahimnya terpaksa harus diangkat demi menyelamatkan nyawa Ghina.

Lima tahun kemudian, Seina yang dikira mandul kembali dengan tiga anak kembar yang memiliki ketampanan mirip Jovan.

“Bunda, Oom itu milip Kakak Jelemy, apa Oom itu Ayah kita?” tanya Jelita, si bungsu.

“Bukan!” elak Seina.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasanya Masih Rindu

“Naik... naikkk... ke puncak gunung... tinggi.. tinggiii cekaliii... kiliii kanaaaan... kulihat saja.... banakkk... cogaaannn... gantenggggg...” pekik Jelita dengan riang karena mereka kini dalam perjalanan pulang.

“Hah? Cogan ganteng? Apa altinaaa tuh?” tanya Jhansen tidak paham lagu yang dinyanyikan adik kembarnya.

“Hehe... Jelita ganti dikit lilikna, nda apa-apa kan, Bunda?” Jelita bertanya ke Seina yang duduk di samping Jhansen.

“Tidak boleh, lirik lagu punya orang jangan diubah sembarangan, sayang,” ucap Seina.

“Huhhh dacal!” seru Jhansen menjulurkan lidahnya pada adik perempuannya itu yang cemberut.

“Memangnya, siapa cogan yang Jelita bilang itu, hm?” tanya Seina. Sedangkan Jeremy, ia bingung melihat Ibunya dan Jelita tiba-tiba akur hari ini.

“Kemalin Jelita nangis-nangis kalena Bunda. Tapi kenapa meleka nda malahan lagi hali ini ya?” gumam Jeremy lalu ia terkejut mendengar ucapan Jelita.

“Kakak Jelemy dongg Bundaa.... Kakak Jelemy kan milip Ayah.”

“Belalti Jencen milip juga cama Ayah, kan?” Tunjuk Jhansen ke mukanya sendiri.

“Nda, kamu bucu.”

“Ekhee... Bunda, Jelita nakal.” Jhansen mengadu. Ia tidak terima karena wajahnya juga mirip Jeremy, dan hanya berbeda pada tahi lalat dan lesung pipinya.

“Ya ampun, tiada hari tanpa kejahilan Jelita dan tangisan Jhansen. Lama-lama, Bunda makan kalian. Rawrrr...” Canda Seina seraya menggelitik kedua anak itu.

“Hihihi... ahaha... gelii...”

Jeremy menutup telinganya mendengar tawa Jelita mirip sekali kunti-kunti di film.

Seiring waktu berjalan, tiba-tiba ada yang meledak membuat mobilnya oleng kanan kiri.

“Aaaaa Gempaaa tanahna begettal, Bunda.” Pekik Jelita yang seketika berubah teriakan keras sambil memeluk Jhansen yang juga ketakutan.

“Pak, apa yang terjadi?” tanya Seina pada kedua bodyguard di depannya.

“Ban mobil belakang meledak, Nyonya.” Bodyguard itu terpaksa harus menepi. Jeremy pun tertawa kecil melihat kedua adiknya sudah salah sangka. Tetapi, bocah itu pun ikut turun dari mobil bersama Ibu dan adiknya karena mobilnya perlu diperbaiki sementara.

“Bunda... panasssss Jelita penen es klim,” pinta Jelita dan Jhansen di samping kiri Jeremy yang memegang payung untuk mereka agar terik matahari yang panas tidak membakar kulit mereka.

“Duh ... jangankan es krim, sinyal saja tidak ada di sini, sayang.” Keluh Seina sambil mengangkat hape kesayangannya tinggi-tinggi tetapi garisnya masih satu bahkan hilang semua.

“Panggil Ayah aja, Bunda!” usul Jelita.

“Gimana calana panggil Ayah?” tanya Jhansen seraya garuk-garuk kepala.

“Memang kamu tahu nama Ayah?” tanya Jeremy juga.

“Bunda... Bunda.. nama Ayah Jelita kemalin ciapa?” tanya Jelita melompat-lompat. Dari ucapan Jelita, Jeremy pun mengerti bahwa Seina menceritakan tentang Ayah mereka kemarin.

“Jovan,” kata Seina cepat.

“Hah, ciapa?” tanya Jhansen kurang jelas. Namun Jelita lebih dulu teriak.

“AYAHHHHH TOPAANNN!!!”

Jeremy, Jhansen dan Seina terperanjat bersama-sama mendengar teriakannya.

“Ihhh napa panggil topan? Kamu mau kita kena putinnngg beliung??” sentak Jeremy.

“Oh iya hehehe... calah deh.” Jelita cekikikan.

“Sudah... sudah, kalian jangan teriak lagi. Nanti suara Jelita bisa hilang lohhh,” tegur Seina. Jelita langsung mengatupkan mulutnya. Ia tidak mau suara indahnya berubah.

“Telus kita gimana pulangna, Bunda?” tanya Jhansen mulai lelah menunggu bodyguard mereka yang belum selesai di sana.

Tiba-tiba terdengar suara kendaraan dari kejauhan.

“Bunda... Bunda itu ada mobil cakit!!” Tunjuk Jelita ke arah mobil yang melaju ke arahnya.

“Itu ambulans, sayang. Bukan mobil sakit.”

“Ahaha... mobil mana ada cakitna... hahaha.” Tawa Jhansen.

“Mobil yang nda ada bencinna lah!” cetus Jelita.

“Bukan Bunda, itu mobil polisi.” Ucap Jeremy.

“Ahahaha...” Akhirnya Ibu dan ketiga anak kembar itu tertawa bersama-sama.

Bipp...

Mobil itu berhenti di depan Seina lalu kaca jendelanya perlahan diturunkannya. Seina pun menyipitkan mata dan melihat orang yang menyetir di dalam sana tidak asing.

“Hai, Nona! Butuh tumpangan?”

“Butuh bangetttt, Angkel Poli!” jawab Jelita dan Jhansen dengan serentak, kecuali Jeremy hanya diam memperhatikan polisi pria itu.

“Ehhh... kalian bertiga?” Polisi laki-laki itu kaget lalu ia membuka kacamata hitamnya. Sontak, Seina dan pria bule itu saling menunjuk.

“Elmer?”

“Sei?”

Jelita dan Jhansen bertatap muka. Kedua bocah itu bingung Ibu mereka kenal pada Polisi itu.

“How are you?” tanya Seina mendekat.

“I fine, you?” balas Elmer lalu membuka pintu untuk mereka. Salah satu bodyguard lantas mendekatinya sebelum Seina menyuruh anak-anak kembarnya itu masuk ke mobil polisi.

“Tidak apa-apa, dia teman saya, kok. Gara juga kenal dia.” Seina menjelaskannya lalu bodyguard pun pergi membiarkan Seina dan triple cadel masuk ke sana.

“Wow, aku tidak sangka empat tahun tidak bertemu, kamu sangat berubah sekarang,” ucap Elmer kembali menyetir dan membawa Seina ke bandara karena itu tujuan Seina sejak awal.

“Kau juga berubah, Elmer. Haha...” Tawa Seina seraya memukul pelan lengan Elmer. Wanita itu sontak kaget karena lengan pria itu keras.

Di jok belakang, si kembar hanya duduk seraya mengamati Ibunya yang mengukirkan senyum manisnya terus.

“Hahaha kaget ya??” Tawa Elmer.

“Hm, kok bisa??” tanya Seina heran.

“Iya dong, Elmer yang dulu bukanlah Elmer yang sekarang. Dulu gemulai sekarang gentleman, haha.” Tawa Elmer membuat Seina di sampingnya tertawa lagi. Si kembar pun menahan tawa, mereka paham pria itu dulu punya kepribadian lain tetapi sekarang, pria itu sudah gagah perkasa. Wajahnya lumayan tampan.

“Oh ya, kenapa kalian bisa ada di sini, Sei?” tanya Elmer dengan suaranya yang kembali normal dan tegas.

“Libulan, Angkel!” jawab Jhansen.

“Owalah, seru dong!”

“Betul betul betul!!” jawab Jelita.

“Kalau begitu, kenapa cuma kalian? Mana Ayah kalian, hmm?”

Hening. Pertanyaan itu membungkam mulut mereka kecuali Jeremy yang berkata, “Udah nda ada.”

“Ihhh Kakak Jelemy jahat, kata Bunda, Ayah macih ada tauuuu!!” seru Jelita.

“Ayah di mana emang?” tanya Jhansen.

“Lumahna nenek lah, Kakak Jen lupa?”

“Emang benelan Ayah ada di cana?” tanya Jhansen masih tidak tahu apa-apa dan ragu-ragu.

“Ada lah, Bunda cendili aja bilang kemalin Ayah ada di cana teluss Ayah itu...”

“Jelitaaa....,,” ucap Seina memberi kode mata membuat Jelita diam. Elmer pun bingung pada perdebatan mereka.

“Hm, sepertinya Seina belum kembali pada suaminya, apakah itu artinya aku punya peluang untuk memiliki dia?” pikir Elmer sesekali melirik Seina yang cantik.

“Suaminya ini emang bodoh! Kenapa dia sebodoh itu menyia-nyiakan wanita cantik seperti dia? Aishhh...” lanjut Elmer membatin.

“Dadahhh Angkeelll!! Campai jumpa nanti!!” teriak Jelita kepada Elmer sebelum ia masuk ke bandara bersama Ibu dan kedua kakaknya.

Eomer melambaikan tangan dengan senyuman manisnya. Ia senang melihat anak Seina tumbuh sehat. Ia juga senang karena rindunya terbalaskan.

“Tapi kok....., rasanya masih rindu ya? Apa aku susul saja?” batin Elmer memandang pesawat Seina yang mulai berangkat.

....

Susul saja, sekalian kasih pelajaran tuh Jovan pak polisi 🤭 jangan lupa like dan supportnya ya biar saya semangat nulisnya sampai tamat, maaf kalau ceritanya masih amburadul 🙏🫰 terima kasih

1
Abinaya Albab
kurang cocok sih sama judulnya soalnya Jovan gk ada kejam²nya cm sedikit jahat itu pun cm sama seina dlu dan cm mulutnya yg jahat & gk bisa bela diri juga
Piyah
lanjut
Abinaya Albab
kenapa gk ayah lagi sih panggilnya...klo papa kn udh sebutan buat gara dibedain donk
Abinaya Albab
klo aku sih enggak...tp kslo sei bisa sih
Abinaya Albab
gk masuk akal baru juga ketemu
Abinaya Albab
Februari hanya sampai tgl 29 itupun 4th sekali...bener ya cm cerita tp jangan ngasal juga donk
Cicih Sophiana
kok aneh yah si kembar nginep kok pada diem aja gak ada yg nyariin... Seina Gara dan Vara kok cuek gak takut apa anak" di culik
Cicih Sophiana
Seina jg aneh anak nya gak kok gak nyariin...
Cicih Sophiana
laki laki bodoh itu Jovan...
Abinaya Albab
pingin dapat brondong 😱
Innara Maulida
wajir si si sulung benci sama bpk nya,,bagus jgn balik lagi sama Jovan
Abinaya Albab
ini gk ada apa yg cari si cadel kok mpe gk pulang ke rumah gara Vara seina Salwa apa gk merasa kehilangan
Abinaya Albab
benci bgt sama karakter nya Jovan tp sayang ttp jadi jodohnya seina 😮‍💨
Hasrie Bakrie
Duh tuan Elgar koq GK punya hati, ingin membuang cucu kandungnya 🥹
Hasrie Bakrie
Semangat
Hasrie Bakrie
Lanjut
Hasrie Bakrie
Seru banget ceritanya tpi muter² akhirnya mumet dan menguras emosi 😁
༎ຶP I S C E S༎ຶ: semangat kaka 🤭 dikit lagi bisa ke bab terakhir 😁 maaf kalau konfliknya agak berat hehehe, terima kasih dah mampi 😍 jangan lupa baca cerita baruku nanti malam, ada bayi kembar cadelnya lagi
total 1 replies
Hasrie Bakrie
Pasti Mauren yg jahat
Hasrie Bakrie
Elsa ato Seina kembaran Elson ya thor
Hasrie Bakrie
Kayak Ghina saudara ma Seina dan Gara deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!