NovelToon NovelToon
Di Balik Layar HP

Di Balik Layar HP

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Iqbal Maulana

Dimas Ardiansyah, seorang pria dari desa yang merantau ke Kota Malang untuk bekerja. Ia bekerja di sebuah perusahaan ternama di kota tersebut. Namun, ia harus menyadari bahwa bekerja di perusahaan ternama memiliki tekanan yang jauh berbeda.
Ketika ia merenungi semua masalah dan melampiaskannya ke hp hingga senja tiba. Dimas yang akhirnya pulang ke kos tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat menawan hingga beban pada pekerjaannya hilang sejenak setelah melihat gadis tersebut.
Apa yang akan dilakukan oleh Dimas setelah ia bertemu dengan gadis itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iqbal Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membawa

Dimas berdiri di depan cermin, merapikan kerah kemejanya dengan cermat. Hari ini adalah hari besar bagi dirinya dan Maya. Ia akan mengajak ibunya, Ibu Siti, untuk pergi ke Semarang dan bertemu dengan orang tua Maya. Ia ingin semuanya berjalan sempurna, karena ini adalah langkah pertama menuju pernikahan impian mereka. "Ibu, udah siap?" tanya Dimas sambil mengetuk pintu kamar ibunya. Ibu Siti membuka pintu dengan senyum lebar. "Udah, Dim. Ibu cuma tinggal bawa tas ini aja. Kamu udah siap?" Dimas mengangguk. "Udah, Bu. Ayo, kita berangkat. Maya udah nunggu di stasiun."

Setelah memastikan rumah terkunci dengan baik, Dimas dan Ibu Siti berjalan menuju mobil. Perjalanan ke stasiun berlangsung dengan suasana yang hangat dan penuh canda tawa. Sesampainya di stasiun, Maya sudah menunggu dengan senyum ceria. "Assalamu'alaikum, Bu," sapa Maya sambil mencium tangan Ibu Siti. "Wa'alaikumsalam, Maya. Gimana kabarnya?" balas Ibu Siti dengan hangat. "Alhamdulillah baik, Bu. Yuk, kita masuk ke peron, keretanya sebentar lagi berangkat."

Mereka bertiga masuk ke peron dan tak lama kemudian, kereta yang akan membawa mereka ke Semarang tiba. Perjalanan di dalam kereta diisi dengan obrolan ringan dan sesekali candaan yang membuat suasana semakin hangat. Sesampainya di stasiun Semarang, mereka disambut oleh orang tua Maya, Bu Dina dan Pak Dodi.

"Assalamu'alaikum," sapa Dimas sambil menjabat tangan Pak Dodi dan Bu Dina. "Wa'alaikumsalam, Dimas. Ini pasti Ibu Siti ya?" tanya Pak Dodi dengan ramah. "Benar, Pak. Senang bisa bertemu langsung," jawab Ibu Siti dengan senyum. "Senang bertemu dengan Anda juga, Bu. Yuk, kita langsung ke rumah. Pasti capek setelah perjalanan panjang," ajak Bu Dina.

Perjalanan menuju rumah Maya dipenuhi dengan percakapan hangat tentang perjalanan, kabar keluarga, dan rencana ke depan. Setibanya di rumah, mereka disambut dengan aroma masakan khas Semarang yang menggugah selera. "Silakan masuk, Bu. Mari kita duduk dulu, nanti kita makan siang bareng," ajak Bu Dina. Di ruang tamu, mereka duduk dengan nyaman. Bu Dina dan Pak Dodi menjamu dengan teh hangat dan kudapan ringan. "Maya sering cerita tentang Ibu dan Dimas. Kami senang sekali akhirnya bisa bertemu," kata Pak Dodi. "Iya, Pak. Kami juga senang bisa ke sini dan bertemu dengan keluarga Maya," jawab Ibu Siti.

Obrolan mereka terus mengalir, membicarakan berbagai hal dari cerita masa kecil Maya hingga rencana masa depan. Dimas dan Maya saling bertukar pandang, merasa lega karena suasana begitu hangat dan akrab. Setelah makan siang yang lezat, mereka memutuskan untuk jalan-jalan menikmati kota Semarang. Mereka mengunjungi beberapa tempat terkenal seperti Lawang Sewu dan Simpang Lima. Dimas dan Maya merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama keluarga mereka. Malam harinya, setelah kembali ke rumah, mereka duduk di teras dengan angin malam yang sejuk.

"Pak, Bu, sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan," kata Dimas membuka percakapan serius. "Silakan, Dimas. Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Pak Dodi dengan penuh perhatian. "Saya ingin melamar Maya dan ingin minta restu dari Bapak dan Ibu," lanjut Dimas dengan tegas. Pak Dodi dan Bu Dina saling berpandangan dan tersenyum. "Kami sudah lama menunggu momen ini, Dimas. Kami senang Maya menemukan seseorang seperti kamu," kata Bu Dina. "Terima kasih, Bu. Terima kasih juga, Pak. Saya janji akan selalu menjaga dan membahagiakan Maya," jawab Dimas dengan suara mantap. Ibu Siti yang sejak tadi mendengarkan dengan cermat menambahkan, "Saya juga senang Dimas bisa bertemu dengan Maya. Saya yakin mereka berdua akan saling mendukung dan membahagiakan."

Maya yang duduk di samping Dimas merasa sangat terharu. "Terima kasih, Mas Dimas. Terima kasih juga, Bapak, Ibu. Aku sangat bersyukur punya kalian semua." Obrolan mereka malam itu penuh dengan kebahagiaan dan harapan. Mereka membicarakan rencana pertunangan dan pernikahan, serta persiapan apa saja yang perlu dilakukan. "Sayang, aku gak nyangka semua ini bakal terjadi secepat ini. Aku seneng banget," kata Maya sambil menggenggam tangan Dimas.

Maya tersenyum dan menatap Dimas dengan penuh kasih sayang. "Aku percaya sama kamu, Mas. Kita pasti bisa wujudin semua mimpi kita." Satu sore, ketika mereka duduk di taman rumah, Pak Dodi mendekati Dimas dan berbicara dengan serius. "Dimas, saya melihat kamu sangat serius dengan Maya. Saya ingin tahu lebih dalam tentang rencana masa depan kalian," kata Pak Dodi. Dimas mengangguk dengan penuh keyakinan. "Saya berencana untuk menikahi Maya secepatnya setelah semua persiapan selesai, Pak. Saya juga sedang mencari pekerjaan yang lebih baik untuk memastikan masa depan kami stabil."

Pak Dodi tersenyum. "Itu bagus, Dimas. Saya percaya kamu bisa memberikan yang terbaik untuk Maya. Yang penting, selalu komunikasi dan saling mendukung." "Iya, Pak. Saya akan selalu ingat itu. Terima kasih atas dukungannya," jawab Dimas dengan tulus. Sementara itu, di dalam rumah, Maya berbicara dengan Bu Dina tentang perasaan dan harapannya. "Bu, aku seneng banget bisa nikah sama Mas Dimas. Aku yakin kita bisa hadapi semua rintangan bareng-bareng," kata Maya.

Bu Dina tersenyum dan merangkul Maya. "Ibu senang kamu menemukan seseorang yang bisa membuat kamu bahagia, Maya. Ingat, dalam pernikahan, komunikasi itu penting. Jangan pernah ragu untuk bicara satu sama lain." "Iya, Bu. Aku akan selalu ingat nasihat Ibu. Terima kasih atas semua dukungannya," jawab Maya dengan haru.

Malam itu, mereka mengadakan makan malam bersama keluarga besar. Suasana penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Mereka berbicara tentang berbagai hal, dari kenangan masa lalu hingga rencana masa depan. "Jadi, kapan kira-kira rencana pertunangan dan pernikahannya?" tanya salah satu anggota keluarga. "Kami berencana untuk melangsungkan pertunangan bulan depan, dan pernikahan mungkin beberapa bulan setelahnya, setelah semua persiapan selesai," jawab Dimas. "Bagus, semoga semuanya lancar. Kami semua mendukung kalian," kata anggota keluarga yang lain.

Hari-hari berikutnya di Semarang diisi dengan kunjungan ke berbagai tempat dan bertemu dengan kerabat. Maya merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu dengan keluarga dan Dimas di kota kelahirannya. Hari terakhir mereka di Semarang diisi dengan kegiatan santai bersama keluarga. Mereka mengunjungi beberapa tempat wisata dan menikmati waktu bersama sebelum kembali ke Malang. Ketika tiba waktunya untuk pergi, Bu Dina dan Pak Dodi memberikan pelukan hangat kepada Dimas dan Ibu Siti.

"Terima kasih atas kunjungannya, Bu. Kami sangat senang bisa mengenal Anda lebih dekat," kata Bu Dina. "Iya, Bu. Terima kasih juga atas sambutannya. Kami sangat senang bisa ke sini," jawab Ibu Siti. "Jaga diri baik-baik ya, Dimas. Kami percaya kamu bisa membahagiakan Maya," kata Pak Dodi. "Iya, Pak. Saya akan selalu menjaga Maya dan berusaha yang terbaik untuk kebahagiaan kami," jawab Dimas dengan penuh keyakinan. Perjalanan pulang ke Malang diisi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Dimas dan Maya merasa lebih yakin dengan masa depan mereka setelah mendapatkan restu dari kedua keluarga.

Di dalam kereta, Dimas memegang tangan Maya dan Bu Siti kemudian berkata, "Aku bahagia banget bisa dikelilingi oleh Ibu sama Maya.” Maya tersenyum dan menatap Dimas dengan penuh cinta. "Aku juga, Mas. Aku sangaaaaattt bahagiaa." Perjalanan mereka kembali ke Malang terasa cepat karena diisi dengan obrolan penuh cinta dan harapan. Mereka merasa lebih kuat dan yakin dengan masa depan mereka. Setibanya di Malang, mereka disambut oleh teman-teman dan keluarga yang sudah menunggu dengan antusias. Dimas dan Maya merasa sangat beruntung memiliki dukungan dari orang-orang terdekat mereka.

1
jeju94
hai thor aku udah mampir nih semangat ya buat karya selanjutnya
Iqbal Maulana: oke makasi masih proses yg hembusan angin
total 1 replies
Durahman Kedu
sudah selesai apa masih terus nih.. ceritanya bagus...
Iqbal Maulana: sudah bikin karya kedua judulnya "Hembusan Angin" dengan cover cewek yg diselimuti dedaunan /Grin/
Durahman Kedu: oke.. bikin lagi gan... sukses selalu pokoknya
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!