NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:905
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18 Soren

Namanya Soren. Seorang lelaki yang berasal dari kota paling ujung. Paling dekat dengan pembatas. Namun di belakangnya bukanlah Danger Mori, melainkan sungai yang sangat luas. Ia merantau ke ibu kota, yakni kota Solar Wind. Untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang occhio. Sebenarnya, ia tidak merantau sendiri. Ia berangkat bersama dua puluh sembilan teman satu kotanya. Totalnya jadi tiga puluh orang yang terdiri dari sembilan perempuan dan dua puluh laki-laki. Dua di antaranya merupakan teman SMP-nya. Selebihnya, baru dikenal ketika berada dalam kendaraan menuju kota Solar Wind.

Kota kelahiran Soren bernama kota Kawa Glyn, yang merupakan salah satu kota yang tidak terlalu maju. Bahkan di sana hanya ada kendaraan darat dan belum ada furaisafin. Perjalanan mereka dari kota Kawa Glyn menuju Solar Wind menempuh jarak selama lima hari. Seharusnya mereka bisa naik furaisafin ketika sampai pada kota yang memiliki transportasi tersebut, namun terkendala biaya yang mahal. Sehingga, Soren dan rombongannya rela naik bus biasa untuk sampai ke kota tujuan. Walaupun pada akhiri hanya Soren dan seorang perempuan yang merupakan salah satu rombongannya yang lolos. Teman sekota Soren yang lolos itu masih berada di kelas A sampai sekarang. Mereka juga hampir tidak pernah bertemu secara langsung lagi. Terlepas karena kelas yang berbeda, juga karena mereka memang tidak pernah akrab sebelumnya.

Sudah satu tahun sejak itu terjadi. Artinya, sudah satu tahun ia meninggalkan rumah dan kotanya. Berdasarkan sejarah turun temurun, kota Kawa Glyn merupakan kota yang paling aman dan tidak pernah ada riwayat eternal fog yang masuk ke sana. Banyak yang menyebutnya kota perlindungan. Bahkan, pemerintah hampir memindahkan markas occhio ke kota Kawa Glyn. Namun, karena seiring berjalannya waktu keadaan jauh lebih baik dan aman. Maka markas occhio tetap berada di tengah-tengah ibu kota, yaitu kota Solar Wind.

"Hei, kenapa melamun?" tanya Annora.

Seperti biasa, mereka makan bersama di kantin. Lontaran pertanyaan yang membuat lamunan Soren buyar.

"Lauk malam ini hambar," jawab Soren seadanya, karena lauk itu memang terasa kurang garam.

"Mau?" Annora menawarkan toples kecil berisi garam himalaya.

Soren mengangguk dan Annora menuangkan sedikit garam pada nampan Soren. Sekali lagi lelaki itu melamun. Terbayang wajah keluarganya. Sebab ketika menjalankan misi di kota Axial Tilt, ia menemukan sebuah rumah kecil dan menemukan sebuah keluarga yang tewas akibat menghirup kabut hitam dan serangan para strano. Itu mengingatkannya pada keluarganya. Sebab isi rumah itu sama persis dengan yang ada di rumahnya. Seorang ibu, ayah dan anak perempuan.

"Baiklah, Soren. Apa yang mengganggumu kali ini?" tanya Annora yang benar-benar yakin bahwa Soren terlihat agak berbeda.

"Sejak kapan kamu seperti Cora?" tanya Soren sebab cara bicara dan kekhawatiran Annora mirip dengan Cora.

Annora tertawa tersipu. Ketahuan. Ia diam-diam memang meniru Cora sebab ia suka cara Cora bertanya dengan penuh selidik itu. Sebab Cora memang orang yang peka dan teliti.

"Lupakan. Sekarang habiskan makanan yang sudah aku taburkan garam himalaya itu."

Lelaki itu mengangguk dan fokus pada sisa makanan.

"Annora, apakah kamu pernah terpikir untuk pulang dalam waktu dekat ini?" Soren tiba-tiba bertanya ketika Annora hendak beranjak dari tempat duduknya.

Kedua alis perempuan itu bertaut karena pertanyaan itu, "Lais akan ceramah panjang lebar jika alasan pulang hanya karena rindu."

Soren tertawa getir.

"Aku khawatir jika tidak pernah melihat keluargaku lagi."

Annora mengangkat bahu, "Sejak kapan kamu memikirkan itu. Bukankah itu memang risiko kita berada di sini. Menjadi alat perang demi melindungi kota. Lagipula, kita 'kan ada jadwal libur. Ah, kamu belum pernah merasakan mudik ya karena baru satu tahun menjadi occhio. Aku sudah dua kali mudik dan aman-aman saja setelah tiga tahun aku menjadi occhio. Sebab, sebelum ada kamu. Aku tidak memiliki teman makan seasik kamu. Pada saat itu, makan bersama keluarga selalu aku nantikan."

Kepala Soren terangguk-angguk. Annora meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Beberapa keluarga terbantai dan beberapa kehilangan keluarganya bagi yang selamat. Kamu akan menangis histeris melihat bagaimana keadaan korban di kota Axial Tilt. Aku merasa kasihan dan mengingat keluargaku di rumah. Artinya, ternyata aku belum sepertimu yang sudah sepenuhnya menjadi alat perang. Sebab hanya dengan pemandangan itu membuatku teringat keluargaku," ungkap Soren.

Senyuman Annora tersulam. Memperlihatkan jemarinya yang terdapat cincin perak di jari manis.

"Aku masih sering menangis hampir setiap tengah malam ketika teman-teman kamarku tertidur. Jadwal menghubungi keluarga hanya satu kali selama tiga bulan. Maka aku akan menangis sambil melihat cincin ini ketika sangat merindukan mereka. Terbayang bagaimana aku ke depannya. Bagaimana jika misi yang sangat berat aku jalani hingga membuatku gagal kembali dengan selamat. Ah, sejujurnya aku sering memikirkan itu. Bahkan, ketika dulu dinyatakan lolos menjadi seorang occhio justru membuatku ketakutan, karena aku akan berada di garda terdepan menyerahkan jiwa raga demi menyelamatkan umat manusia yang sebagian besar tidak kukenali itu. Aku jauh lebih rapuh dibanding dirimu, Soren. Tapi kita adalah orang terpilih yang bisa menjadi occhio."

Tarikan napas Soren terdengar. Cerita Annora membuatnya sedikit tenang. Perempuan ceria itu ternyata menyimpan rasa sedih dan takutnya seorang diri. Annora lebih tua lima tahun dari Soren. Yakni Soren berusia delapan belas sedangkan Annora dua puluh tiga. Namun mereka seperti teman sebaya karena sikap Annora yang mampu menyesuaikan. Tapi kali ini, sikap Annora lebih terlihat seperti seorang kakak bagi Soren. Sedangkan Dean, Cora dan Archie merupakan teman seangkatan Soren dan sebaya dengannya.

"Lagipula, kotamu adalah kota yang terkenal paling aman. Dan diprediksi akan menjadi pusat tempat perlindungan di masa depan. Aku pernah terpikirkan untuk meminta keluargaku pindah ke sana," tambah Annora.

"Ya, semoga saja tetap begitu. Aku akan mudik di hari libur. Kali ini menggunakan furaisafin. Bukan lagi kendaraan lambat itu seperti satu tahun yang lalu ketika hendak merantau ke sini." Soren berkata.

Annora tertawa.

"Lalu, bagaimana keadaan Dean dan Archie."

"Mereka manusia kebal. Seperti bisa regenerasi luka lebih cepat. Lihat saja, besok kamu akan melihat mereka berjalan menggunakan jari kelingkingnya," ujar Soren bergurau yang membuat Annora tertawa lebih keras.

Sudah beberapa kali Soren menjenguk Dean dan Archie, juga teman-teman barunya di misi kota Axial Tilt beberapa hari yang lalu. Nasihat panjang lebar dilontarkan kepada Archie dan Dean oleh Soren. Walaupun tidak pernah diindahkan Archie dan dibalas kasar oleh Dean. Lelaki itu jelas masih kesal karena kekalahannya atas Soren sewaktu dilatih oleh Sunniva, si occhio elit bak model itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!