Kembali, Untuk Mencintai-Mu

Murni dan Ani pun segera keluar dari kamar Mark yang tak terusik lagi.

Erika di pelukan Mark perlahan membuka nya dan Ia melihat belahan dada Mark yang sedikit terbuka lalu menjauhkan sedikit wajahnya hingga bisa melihat wajah Mark yang begitu tampan saat tertidur.

mata Erika mengerjab berulang kali dan tangannya seketika menujuk alis Mark yang tebal, bulu mata yang panjang, hidung yang mancung dan melengkung tajam, garis bibir yang tak terlalu tebal juga tak tipis.

Erika menggeleng kepalanya pelan lalu perlahan Ia melepaskan diri dari pelukan Mark tapi bukannya terlepas Mark malah memeluk Erika lebih erat.

"mau kemana?" tanya Mark dengan suara seraknya yang khas bangun tidur.

"ehh? hmm? itu?? ak--aku kebelet mas." cicit Erika gugup.

Mark pun dengan enggan melepaskan Erika yang segera membenahi bajunya yang berantakan dan berlari ke arah kamar mandi.

Mark duduk sambil memijit pelipisnya, sudah lama sekali Ia tidak tertidur selelap ini. di kehidupan pertama nya Lana selalu membuatnya sakit kepala dengan segala permintaannya yang terlalu memusingkan bahkan untuk istirahat saja Lana selalu membuatnya lelah setiap jalan dan belanja tanpa memperdulikannya yang sibuk bekerja juga letih pulang bekerja.

beberapa saat kemudian,

Erika keluar dari kamar mandi dan tak menemukan Mark di sekitarnya.

"Mas?" Erika mengedarkan pandangannya.

Erika berjalan keluar kamar nya dan melihat dari lantai atas ke bawah ternyata Mark ada di bawah.

"sayang?" Murni tak sengaja mendongak melihat Erika yang terkejut sehingga Mark pun ikut melihat.

"ayo sini makan.?!" ajak Murni dan Mark tersenyum kecil mengambilkan piring dengan lihainya membuatkan sarapan roti rasa kesukaan Erika.

"Sayang? ini keinginanku sejak dulu, kamu bahkan tak pernah mau makan dari apapun yang aku siapkan untuk-mu walau kamu tahu tanganku terluka membuatnya." batin Mark begitu bersemangat menyiapkan sarapan Erika.

Murni ternganga melihat tindakan Mark, "ini kacang nya nak?"

Mark menggeleng kepalanya, "Ika alergi kacang ma." jawab Mark membuat Murni kaget padahal Ia hanya menguji saja.

"kamu tahu nak?" tanya Murni memicingkan matanya.

Mark terdiam sesaat lalu tersenyum simpul, "aku pernah dengar mama bicara begitu, apa aku salah?" Mark terpaksa berbohong dan Murni menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"benarkah Mama pernah bahas itu." gumam Murni malah bingung.

.

Erika malu duduk didekat Mark malah mencari aman disebelah Murni.

"kenapa disana?" tanya Mark tak suka.

Murni pun membantu Erika berdiri dan membawa menantunya itu ke bangku sebelah Mark, betapa merahnya pipi Erika saat ini.

"kamu harus sabar menghadapi menantu Mama nak, Erika ini pemalu dan belum pernah berpacaran jangan membuatnya takut padamu." kata Murni membuat Mark terkejut menatap Erika yang menundukkan kepalanya seperti pencuri tertangkap basah.

Mark baru tahu kalau Erika tak pernah berpacaran, "lalu?? bagaimana dia mau menikah denganku? haiish..! aku harus bertanya pada Ika." batin Mark yang belum sempat bertanya pada Erika.

Murni begitu bahagia melihat Mark begitu perhatian pada Erika walau sempat syok saat tahu Erika belum pernah berpacaran.

"Ma? apa Mama tidak mau operasi?" tanya Mark serius sambil memberikan segelas air putih untuk Erika yang meneguk minuman pemberian Mark.

"Mama akan mau Operasi kalau Erika udah hamil." jawaban Murni membuat Erika tersedak.

Mark langsung menoleh ke Erika, "Ika? kamu nggak apa?" tanya Mark cemas mengelus punggung Erika yang geleng-geleng kepala.

Mark beralih ke Murni, "Ma? kalau ngomong begituan jangan waktu Ika makan lah, kan dia jadi begini." omel Mark membuat Murni tertawa cekikikan sedangkan Erika semakin kalang kabut karna malu.

Mark menggeleng kepalanya melihat kelakuan Murni yang tak seperti Orang punya penyakit apalagi sampai parah yaitu sakit Jantung yang tingkat kematiannya lumayan tinggi.

.

Mark memegang tangan Erika yang hendak beranjak pergi hingga Erika pun duduk memberanikan diri menatap Mark, bagaimana pun Erika harus terbiasa dengan wajah tampan suaminya.

"apa kamu mau kita bulan madu ke Dubai?" tanya Mark membuat Erika terkejut lalu Ia tampak senang namun teringat Murni sendiri langsung menggeleng kepalanya.

"kenapa?" tanya Mark lembut.

"tunggu Mama sembuh bagaimana mas?" tanya Erika dengan serius.

"aahhh?? menantuku sayang, hanya kamu yang mengingat wanita sakit ini." keluh Murni merasa terharu.

Mark melihat Erika yang begitu tulus pun membuatnya tersenyum tanpa segan mengusap kepala Erika yang terkejut hingga Mark mengangkat tangannya.

"maaf..!" ucap Mark mengusap kepalanya sendiri dengan kaku.

Erika merasa lucu melihat Mark yang ternyata bisa malu padahal Ia hanya terkejut butuh penyesuaian, Erika mengambil tangan Mark dengan gugup lalu meletakkannya kembali di kepalanya.

Mark mengulum senyum, "ah?? aku jadi ingin mencium-mu sayang." gemas Mark membuat mata Erika membulat besar bahkan Murni pun sampai terbatuk-batuk.

Mark melihat Erika dan Murni bergantian lalu sadar dengan ucapannya segera berdiri, Mark melarikan diri seperti sudah ketangkap basah mencuri makanan.

Murni melihat ke Erika yang memerah lalu menoleh ke Ani yang membekap mulutnya seperti begitu syok dengan ucapan santai Mark.

"Hahaha" seketika tawa Murni membahana.

Erika hanya bisa menggigit bibir bawahnya, "apa mas mau menciumku? ak--aku?? malu." batin Erika yang kebanyakan malu-nya.

.

malam-malam,

Erika mengangkat panggilan sahabatnya, "halo?"

"ohh..? halo Ika? apa kabar sayangku? aku menghubungimu kemarin malam kemana hah?" omel Tyara atau akrab dipanggil Ara.

"maaf Ra, ak--aku ketiduran sama mas suami." jawab Erika sungguh malu mengatakan hal itu.

Tyara begitu heboh hingga Ia menanyakan suami Erika benarkah Mark yang terkenal, Erika terkejut ketika Tyara mengatakan kalau Mark punya kekasih nama nya Lana seorang Model papan atas dan mereka telah menjalin hubungan selama 7 tahun.

"be--benarkah?" tanya Erika seperti tidak tahu akan hal itu.

"coba tanyakan aja padanya, siapa tahu mereka udah putus. bagus deh kalau dia tinggalin itu pacarnya yang sombongnya selangit itu demi kamu Ika." kata Ara dengan senang lalu Ara meminta maaf karna Ia tak bisa datang dan Perusahaannya bangkrut padahal Ia sudah bersiap akan ke acara Pernikahan Mark dan Erika.

Erika merasa kasihan pun berniat meminta bantuan suaminya, "semoga aja mas suami mau bantu aku." batin Erika teringat suaminya begitu baik pasti mau membantu temannya.

Mark pun masuk ke Kamar dengan membawa laptopnya, Ia melihat Erika menelfon pun menghampiri Erika setelah meletakkan Laptopnya di meja.

"siapa ka?" tanya Mark dengan lembut.

"ahh? ini mas? teman baik aku namanya Tyara dan aku panggil dia Ara." jawab Erika membuat Mark terdiam teringat nama itu.

Tyara adalah sahabat baik Erika bahkan sangat membencinya di masa itu karna memisahkan Erika dengan Martin dan merusak kebahagiaan Erika.

"aku harus membuatnya berpihak padaku dari pada berpihak pada Martin." batin Mark.

"mas?" panggil Erika membuat Mark menatap Erika yang terlihat ragu-ragu.