NovelToon NovelToon
Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Sisi Lain Dari Pagar Sekolah: Pengalaman Dan Penyesalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Aku punya cerita nih, soal dunia ku yang banyak orang bilang sih kelam, tapi buat ku malah keren dan penuh dengan keseruan. Aku punya circle, sebuah geng yang isinya anak-anak yahut yang terkenal jahil dan berani. Seru abis pokoknya! Mereka itu sahabat-sahabat yang selalu ada buat ngelakuin hal-hal yang bikin adrenaline kita ngacir.

Kita sering hang out bareng, kadang sampe lupa waktu. Dari yang cuma nongkrong asyik di tempat-tempat yang biasa kita tongkrongin, sampe yang agak miring kayak nyoba barang-barang yang sebenernya sih, yah, kurang direkomendasiin buat anak muda. Tapi, yah, lagi-lagi itu semua bagian dari mencari identitas dan pengalaman di masa remaja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 27

Besoknya, aku baru menyadari rencana jahat yang mereka rancang. Mereka menggunakan aku sebagai alat untuk menjatuhkan anak guru yang tidak layak menjadi juara kelas.

Saat di kelas, setiap kali guru memberikan pertanyaan, Miranda selalu mengangkat tanganku dengan antusias.

Entah bagaimana caranya, setiap kali aku mengangkat tangan, selembar kertas dengan jawaban yang sudah disiapkan oleh salah satu dari mereka—Davina, Fifin, Caca, atau Hanum—akhirnya berada di tanganku. Sungguh, cara ini benar-benar di luar nalar.

Aku hanya bisa memandang mereka dengan tatapan heran, tapi sekaligus takjub atas kerja sama mereka yang begitu sempurna. Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan ini tanpa ketahuan oleh guru atau teman-teman yang lain?

Bangku kami yang terpisah-pisah oleh bangku-bangku lain seharusnya membuat pertukaran kertas semakin sulit, tapi mereka berhasil melakukannya dengan lancar.

\~\~\~

Jam istirahat telah tiba, dan seperti biasa, kami berkumpul di kantin untuk mengisi perut. Meskipun kali ini menu andalannya cuma nasi goreng spesial pakai telur, tapi rasanya tetap bikin nagih.

"Kalian gila," sindirku dengan canda.

Namun, reaksi teman-temanku bukanlah kekecewaan atau sakit hati, melainkan gelak tawa yang menggema di sekitar kami.

"Santai aja. Lagian kan ada manfaatnya juga buat lu," celetuk Miranda sambil mengacungkan sendoknya ke arahku.

"Kalau lu masuk sepuluh besar pasti bapak lu enggak akan tuh ngomongin lu beloon, o2n, goblog. Tapi kita enggak bisa jamin kalau lu enggak akan dibanding-bandingin sama adek lu," sambung Caca, sembari menuangkan kecap ke nasgor.

Aneh memang, tapi itu Caca, suka banget sama kecap.

"Kodranya orang tua itu selalu banding-bandingin anaknya," tambah Fifin, setuju sambil mencicipi nasgornya.

"Hooh, giliran dibandingin sama orang tua lain malah ngamok," tawa Hanum, suaranya renyah meresapi ruang kantin.

Kami semua saling berbagi cerita tentang permasalahan yang ada di rumah masing-masing.

Kami tahu bahwa itu adalah privasi dan seharusnya tidak seharusnya dibagikan, tapi entah mengapa, ketika ada yang mulai menceritakan masalah keluarganya, maka satu persatu dari kami juga ikut bercerita.

Ini menjadi tanda bahwa kami saling percaya dan berharap enggak akan ada yang cepu ataupun ember mulutnya.

\~\~\~

Hari ini pulang sekolah langsung ke rumah, tanpa keluyuran seperti biasanya.

Mamak langsung nyindir, "Tumben pulang sekolah langsung pulang? Biasanya keluyuran dulu."

Aku yang sedang sibuk menata piring di rak langsung mengalihkan pandanganku ke arah mamak.

"Pulang salah, keluyuran salah. Memang ya, aku selalu salah," jawabku agak pedas.

Mamak nggak percaya dan mulai bertanya, "Kamu ngasih Aries boneka itu beneran duit hasil bungkus makaroni sama jual martabak?" Suaranya penuh curiga.

Iya, aku ngasih Aries boneka beruang warna pink yang harganya lumayan.

"Iya, mak. Kalau enggak percaya, tanya saja sama teman-temanku," jawabku dengan santai, mencoba meyakinkan mamak.

Selain dari uang yang aku dapet dari bungkus makaroni dan penjualan martabak, sebenernya duit itu juga dari aktivitas kita bersama-sama, malak bareng Miranda dan yang lainnya.

Tapi ya, nggak mungkin aku ngomongin hal itu. Udah pasti bakal kena marah atau malah digebukin.

Jadi ya, mending diem aja lah. Itu udah jadi semacam kode remaja, nggak usah cerita yang bisa bikin masalah atau ribut.

Lebih baik memilih untuk menjaga keharmonisan daripada terbuka total dan ntar bisa-bisa malah berantem.

\~\~\~

Malamnya, aku belajar setengah mati karena besok ada ulangan harian. Saking groginya, pikiranku kayak nggak karuan.

Takutnya, kalau pas di kelas aku ngandelin Miranda dan yang lainnya terus, eh tiba-tiba mereka ilang entah ke mana, dan guru nanya aku, trus aku bingung nggak bisa jawab.

Pasti mereka bakal curiga kalau sebenernya aku tuh beloon.

 Jadi, aku putusin buat nyelametin diri sendiri dengan baca buku sampai kebablasan. Biar otakku bisa kebangun dari tidur panjangnya dan ngejawab pertanyaan guru dengan pede.

\~\~\~

Lagi asyik-asyiknya baca buku cetak, tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan aku langsung kaget ngeliat siapa yang masuk. Dan ternyata, bapak yang tiba-tiba muncul!

"Lanjutin-lanjutin," ucap bapak dengan wajah yang kaget abis liat aku lagi belajar.

Aku memang jarang kelihatan belajar sih. Biasanya lebih suka santai-santai aja. Soalnya udah sering banget didapuk sebagai "Si Goblog" jadi ya, meskipun belajar, hasilnya tetep aja kayak gitu. Jadi males deh.

Tapi, karena terpaksa, akhirnya sekarang aku belajar lagi. Meskipun nggak ada jaminan bakal jadi jenius, setidaknya bisa buktiin kalau aku nggak selamanya "Si Goblog".

\~\~\~

Bangun pagi banget sebelum subuh, semangat banget rasanya! Aku langsung beres-beres rumah, kayak yang biasanya. Ngepel, nyapu, masak, dan  nyuci baju.

Iya, pakek tangan. Soalnya, masa-masa itu (2014), ekonomi keluarga masih di posisi "gitu-gitu aja".

\~\~\~

Aku sarapan dan udah pakai seragam lengkap. Hari ini aku pake baju batik, tapi bukan yang biasa. Roknya yang kotak-kotak, warna antara orange atau kuning, sementara bagian atasnya putih dengan sedikit sentuhan warna yang sama kayak roknya, cuma di ujung lengan dan kerah baju doang.

"Pak, nanti aku pulang sore," ucapku saat hendak berangkat.

"Tumben izin?" tanya bapak dengan rasa penasaran yang terlihat jelas di wajahnya.

Aku hanya diam, merasa serba salah.

\~\~\~

Serba salah banget rasanya. Kayaknya nggak ada pilihan yang bener-bener tepat. Enggak belajar, ya pasti disebut malas atau goblok. Tapi kalau belajar, malah dianggap aneh.

Pulang sore dianggap salah, pulang cepat juga dianggap salah. Bahkan giliran pulang cepet pun masih dianggap salah.

Kadang-kadang pergi tanpa izin duluan juga disalahin, tapi sekarang aku minta izin pun masih dianggap salah. Nggak ada yang puas, kayaknya.

Tapi aku juga nggak bisa ngelawan. Aku cuma bisa berusaha sebaik mungkin, tapi tetap aja ada yang nggak suka atau nggak puas.

\~\~\~

"Alisa berangkat dulu, pak. Assalamualaikum," ucapku kemudian, mencoba menutup percakapan dengan sopan.

"Waalaikumsalam," jawab bapak dengan suara yang sedikit terdengar berat, mungkin masih menyimpan keraguan atau kebingungan atas tindakanku.

\~\~\~

Aku berangkat sekolah dengan perasaan yang dongkol. Dan lebih dongkol lagi, ketika harus melintasi tanah liat yang kehujanan semalaman.

Katanya sih akan diperbaiki, tapi jalannya masih belum benar-benar baik dan malah semakin parah.

"Bajingan!" umpat seorang cowok dengan frustrasi ketika mencoba menaiki tanjakan dengan sepeda motornya

Ban motornya terperosok ke dalam lumpur. Akhirnya, dengan susah payah dia berhasil naik, meninggalkan aku yang masih berusaha menaklukkan tanah liat licin itu.

Dan sekarang, giliran orang di depanku yang mencoba menaklukkan tanah liat itu.

Aku mengenalnya, dia Gina, kita satu SD dulu. Sekarang, sepertinya dia masuk ke kelas VII C. Dulu, dia suka menggangguku, menyuruh-nyuruh, dan sekarang aku merasa kesal banget padanya.

Tiba-tiba, terdengar suara guubrak, dan aku melihat Gina terjatuh masuk ke siring.

 "Mbak, hati-hati!" teriak seorang cowok dari kelas yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa dia adalah seorang senior.

"Udah jatuh baru bilang hati-hati," gumam Gina dengan nada kesal, menyulut tawa dari orang-orang di sekitarnya.

Adegan lucu itu semakin diperparah oleh kondisi seragam barunya yang kini kotor oleh lumpur dari selokan.

Aku tak bisa menahan tawa, meskipun seharusnya aku tidak seharusnya ikut tertawa.

1
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Atika Norma Yanti: salam kenal juga ya😄
total 1 replies
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Anita Jenius
seru nih mengangkat masalah pembullyan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!