Duda Meresahkan

Hari sabtu pagi Anisa bangun cukup siang. Anisa menikmati hari liburnya. Sekitar jam 9 pagi Mamah masuk ke dalam kamar Anisa.

"Sayang."

Mamah mendekat ke Anisa yang masih di bawah selimut.

Mamah membangunkan Anisa. Anisa membuka matanya.

"Iya Mah."

"Ini Mamah sudah belikan gaun buat kamu. nanti malam di pakai ya."

Anisa lalu bangun dan duduk di kasur. Mamah memberikan paper bag ke Anisa. Anisa mengambil gaun di dalamnya.

"Suka ngga?"

"Suka aja Mah. Yang penting muat sama Anisa."

"Nanti kamu coba ya. Takutnya kebesaran atau kekecilan. Tapi sepertinya sih tidak. Soalnya Mamah pesan di butik langganan kita."

"Iya Mah. Nanti Anisa coba."

"Ya sudah Mamah keluar dulu. Kamu mandi dan turun sarapan."

"Iya Mah."

Mamah lalu pergi keluar dari kamar Anisa. Anisa melihat warnanya sebenarnya ngga suka. Tapi karena nanti mau pergi ke acara orang tuanya jadi Anisa tidak begitu mempedulikan penampilannya.

Setelah Mamah pergi, Anisa tiduran lagi. Anisa mengambil hp di bantal samping kepalnya.

Anisa melihat SW Pak Ben. bertuliskan ucapan ulang tahun untuk Quin dan harapan nya buat Quin juga.

"Sebenarnya aku ingin pergi ke acara ulang tahun Quin. Tapi mau gimana lagi aku sudah janji sama Papah Mamah," kata Anisa pelan.

Anisa melihat foto profil Pak Ben. Anisa tersenyum melihat Fotonya. Pak Ben memangku Quin waktu masih kecil dan terlihat mengenaskan.

Lalu perut Anisa terasa lapar. Anisa pun bangun dan ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Setelah selesai Anisa turun ke bawah untuk sarapan.

Di meja makan ada Mamah dan Papah yang sedang mengobrol. keduanya sudah selesai makan.

"Pagi Mah, Pah."

"Pagi sayang."

Anisa mengambil piring dan di isi nasi goreng.

"Sayang, kita ke salon yuk," ajak Mamah.

"Ngapain Mah."

"Ya kita perawatan. Biar nanti malam kita terlihat cantik."

"Iya benar kata Mamah. Sana kalian ke salon."

"Malas ah Pah. Mamah aja sana."

"Loh kenapa malas. Biasanya kamu paling seneng ke salon."

"Tapi sekarang Anisa lagi malas Mah."

Papah dan Mamah saling tatap.

"Ya sudah kalau kamu ngga mau ke salon. Biar Mamah panggil tukang salon suruh ke rumah aja ya."

"Terserah Mamah aja."

Mamah lalu mengambil hpnya dan menelfon salon langganan nya untuk ke rumah.

Anisa selesai makan, langsung ke kamar lagi.

"Anisa kenapa Mah?"

"Mamah juga ngga tau."

"Tapi nanti malam dia mau ikut pergi kan?"

"Jadi dong. Tadi Mamah kasih gaun ke Anisa ngga bilang apa apa."

"Sukur lah kalau gitu."

Anisa di kamar malas malasan. Hanya tiduran saja. Sekitar jam 11 lewat, Mamah mengetuk pintu kamarnya.

"Iya Mah."

"Orang salon sudah datang."

Anisa bangun lalu membukakan pintunya.

"Mba salon nya sudah datang sayang."

"Iya Mah."

"Mba silakan masuk," Mamah menyuruh Mba salon suruh masuk ke kamar Anisa.

Anisa mempersilakan Mba nya masuk ke kamarnya. Mba salon langsung memulai dengan lulur badan Anisa.

Jam dua siang akhirnya sudah selesai. Badan Anisa sudah merasa segar, enteng dan wangi. Mba Salon pun keluar dari kamar Anisa.

Anisa tadi merasa mengantuk jadinya langsung tidur setelah Mba salon pergi.

Jam 4 sore Anisa bangun. Anisa duduk diam cukup lama. Sebenarnya Anisa malas banget mau ikut pergi sama orang tuanya. Tapi Anisa juga ngga berani bilang kalau ngga mau ikut. Lagian Anisa sudah janji juga.

Anisa pergi ke kamar mandi untuk mandi. Anisa berendam dengan air hangat.

Setengah jam, Anisa baru selesai mandi. Anisa mencoba gaun yang tadi di kasih Mamahnya.

Ternyata gaun nya sedikit kebesaran dan tidak ketat di badan Anisa. Tapi Anisa tidak peduli karena memang tidak antusias untuk pegi. jadi tidak mempedulikan dengan gaun yang kebesaran.

Jam setengah 7 malam pun tiba. Mamah pergi ke kamar Anisa untuk melihat Anisa sudah siap apa belum.

Saat Mamah masuk ke kamar Anisa, Anisa sedang mengikat rambutnya.

"Loh kok rambutnya di ikat. Di gerai aja sayang."

"Ngga ah Mah. Di ikat aja."

"Jelek dong kalau di ikat. Sini Mamah bantu sisir."

Anisa yang tadinya ingin tampil biasa saja akhirnya hanya bisa diam saat Mamah merapikan penampilannya.

"Baju kamu kebesaran ya sayang? Kok ngga bilang sih tadi."

"Ini pas kok Mah."

"Ngga sayang, ini kebesaran. Ganti ya."

"Ngga usah Mah, Anisa sudah nyaman pakai ini."

Anisa tetap ngga mau ganti gaun. Mamah pun ngga mau paksa takut Anisa jadi tidak mau pergi.

"Ya sudah kalau gitu. Sekarang kita turun yuk. Kamu sudah terlihat cantik sekarang."

Anisa dan Mamah berjalan keluar dari kamar langsung turun ke bawah. Papah sudah menunggu di ruang keluarga.

"Sudah siap?"

"Sudah Pah," jawab Mamah.

"Gimana Pah adek, sudah cantik belum?" tanya Mamah saat sudah sampai depan Papah.

"Sangat cantik dan sempurna. Ya sudah ayo kita berangkat."

Ketiganya keluar dari rumah dan langsung masuk ke mobil. Pak supir yang menyetir mobilnya.

Pesta ulang tahun Quin di adakan dua kali. Sore tadi acara bersama teman teman Quin dan juga bersama anak yatim piatu. Sedang malamnya acara bersama keluarga inti.

Tante Maya mengundang orang tua Anisa tanpa Pak Ben tau. Yang Pak Ben tau hanya acaranya hanya makan bersama ke dua keluarga saja.

Saat acara mau di mulai, Tante Maya minta tunggu sebentar lagi.

"Ben tunggu sebentar lagi ya. Mamah mengundang teman Mamah bersama keluarganya. Mereka sedang di jalan."

"Baik Mah kalau gitu."

Tante Maya sudah memberi tau pada besarnya siapa yang di undang nya. jadi orang tua Pak Ben tidak masalah karena mereka juga kenal baik dengan keluarga yang di undang Tante Maya.

Quin sudah terlihat capek. Tapi Quin masih bertahan karena mau makan malam dulu bersama Nenek dan Kakeknya.

Anisa bersama orang tuanya turun dari mobil. Ketiganya langsung masuk ke dalam restoran. lalu pelayan restoran mengantarkan sampai di ruang VIP. Saat mau sampai Mamah bilang mau ke toilet dulu.

"Papah sama Adek masuk aja dulu. Nanti Mamah menyusul. Mamah mau ke toilet."

"Baik Mah."

Pintu di buka oleh pelayan, dan Anisa bersama Papahnya masuk. posisi tangan Anisa memegang lengan Papahnya.

"Selamat malam. Maaf telat."

Sapa Papah, dan semuanya menengok.

"Tante...." kata Quin yang melihat Anisa masuk.

Pak Ben melihat ke Anisa dengan tatapan sangat tajam. Gimana tidak menatapnya tajam, Anisa memegang lengan Papahnya orang yang di kira Pak Ben adalah Deddy Sugar nya. Anisa yang di tatap tajam Pak Ben reflek menarik tangannya yang tadinya memegang lengan Papahnya.

jangan lupa like komentar dan vote terimakasih...