⚠️ Tolong budayakan membaca dengan tertib dengan cara membaca sampai selesai di setiap bab nya , dan di larang boom like juga lompat bab 😊 ⚠️
Aletta Xaviera , gadis cantik yang hidup dengan kesederhanaan , yang harus rela bertransmigrasi kedalam tubuh Alettha Vanesha Aldebaran , seorang gadis cantik yang terlahir di keluarga konglomerat namun memiliki fisik yang lemah.
Mampukah Aletta menghadapi kehidupan dia yang baru?
Dan bisakah dia menghadapi masalah yang di tinggalkan oleh jiwa Alettha mengenai hubungan nya dengan sang tunangan.
Atau dia lebih memilih untuk menjadi dirinya sendiri hingga bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupnya.
Penasaran?
Ikutin terus ceritanya ya ...😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @adiramanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alettha ( 29 )
☆☆☆♡♡☆☆☆
"Rafka"ucap Alettha terkejut saat menyadari orang yang telah memeluknya tadi.
"Ngapain lo disini?"ketus Alettha yang kemudian menjaga jarak dari Rafka.
"Sebenarnya sudah sejak tadi aku disini , dan aku sempat terkejut saat melihatmu tiba tiba datang ketempat ini"ucap Rafka sambil memperhatikan jejak air mata di pipi Alettha.
"Apa kamu sedang ada masalah?"tanya Rafka lagi yang kemudian mengulurkan tanganya ingin menghapus jejak air mata di pipi Alettha , namun tangannya tiba tiba di tepis oleh Alettha.
"Bisa lo tinggalin gue sendiri , pura pura saja lo enggak tahu kalau gue di sini"ucap Alettha tanpa mau melihat kearah Rafka.
"Sebenci itukah kamu denganku?"
"Gue lagi enggak ingin bahas apapun Raf , dan gue harap lo mau mengerti"ucap Alettha yang merasa lelah jika harus berdebat dengan Rafka.
"Jika begitu biarin aku di sini , dan anggap saja jika kamu tidak melihatku"ucap Rafka yang kemudian fokus dengan ponselnya.
Membiarkan Alettha yang terdiam sambil melihat kearah luar , meski sebenarnya Rafka juga penasaran kenapa Alettha bisa menangis , namun dia memilih untuk diam dan tak ingin membuat Alettha semakin membencinya.
Hingga lebih dari tiga puluh menit Alettha terdiam , Alettha kemudian bicara pada Rafka yang sekarang duduk di hadapannya yang hanya terhalang sebuah meja di tengah tengah mereka.
"Berhentilah Rafka , apapun yang sedang lo rencanakan dengan bokap lo , gue tidak akan pernah merubah keputusan gue , dan jika bokap lo nyakitin kakek maka gie sendiri yang akan bertindak"sambil menatap datar Rafka di depannya.
"Rencana apa maksud lo?"yang pura pura tidak paham maksud dari perkataan Alettha.
"Cobalah untuk tegas dengan hidup lo Rafka , meski dia adalah orangtua lo , tapi jika dia menyuruh lo untuk melakukan hal yang merugikan orang lain , maka janganlah lo ikutin keinginannya"
"Kenapa lo bisa berpikiran seperti itu , sedangkan lo sendiri tidak tahu seperti apa keluarga gue?"ucap Rafka yang mulai terpancing amarahnya.
"Gue memang tidak tahu seperti apa keluarga lo , tapi jika lo mau sedikit saja mencaritahu mengenai keinginan bokap lo , maka lo akan tahu jika dia hanya memanfaatkan lo untuk mencapai keinginannya"
"Gue memang perduli sama lo Alettha , tapi gue enggak suka jika lo sampai mengatakan hal yang buruk soal bokap gue"ucap Rafka kesal dengan perkataan Alettha , hingga Rafka juga sampai merubah cara bicaranya pada Alettha.
"Terserah lo mau percaya apa tidak , toh gue enggak perduli , gue hanya kasihan sama lo , dan jika lo ingin mencaritahu , lo bisa ketempat ini"sambil meletakkan secarik kertas yang bertuliskan sebuah alamat di meja.
Lalu kemudian Alettha memilih pergi dari tempat itu , meninggalkan Rafka yang terlihat memperhatikan kertas yang di tinggalkan oleh Alettha tadi.
**€€€€€€€**
**Di lain tempat**.
Altezza merasa frustasi saat tidak menemukan Alettha dimanapun , dan sekarang dia terlihat duduk di taman sambil berpikir akan mencari Alettha kemana lagi.
"Pergi kemana kamu Lettha"ucap Altezza sambil mencengkram rambutnya untuk melampiaskan rasa frustasi yang dia rasakan karena belum bisa menemukan Alettha.
"Kenapa menyakiti diri sendiri"ucap seseorang sambil memegang tangan Altezza yang mencengkram rambutnya.
"Jadi berantakan"ucapnya lagi sambil membenarkan rambut Altezza yang berantakan.
Menyadari siapa yang berdiri di depannya , membuat Altezza langsung memeluk pinggang orang yang dia cari sejak tadi.
"Darimana saja kamu Lettha , kau benar benar membuatku khawatir"ucap Altezza sambil membenamkan wajahnya di perut Alettha yang sedang berdiri.
"Hanya pergi jalan jalan sebentar"jawab Alettha sambil mengusap kepala Altezza.
"Jangan pernah lakukan hal itu lagi , kau benar benar membuatku frustasi karena tidak bisa menemukanmu"
Dan saat mendengar perkataan Altezza barusan , membuat Alettha jadi tersenyum , sebab dia merasakan baru kali ini ada orang yang begitu mengkhawatirkan dirinya , selain Bunda Danita yang juga selalu mengkhawatirkan dirinya di kehidupannya yang dulu.
"Padahal gue pergi cuman sebentar"elak Alettha.
"Sebentar apanya , kamu sudah sepanjang hari ini menghilang"sambil mendongak melihat Alettha yang terkekeh melihat sikap Altezza yang seperti anak kecil itu.
"Benarkah?"
"Ck .. pokoknya mulai sekarang , kamu di larang pergi tanpa seijinku , dan jangan harap bisa melarikan diri dariku"ucap Altezza yang masih memeluk Alettha.
"Terserah lo aja , dan bisa lepasin pelukan lo"ucap Aletta yang malas mendebat Altezza.
"Enggak mau , aku masih ingin peluk kamu kayak gini"yang kemudian kembali meletakkan wajahnya di perut Alettha.
"Jangan pernah tinggalkan aku Lettha , tidak melihatmu sepanjang hari saja sudah membuatku kacau seperti ini , lalu bagaimana nantinya jika kamu benar benar pergi? mungkin hari itu akan membuatku kehilangan seluruh hidupku"
"Meski aku tahu kamu tidak akan mempercayai apa yang ku katakan , tapi inilah diriku yang sekarang , kau adalah sumber kekuatanku dan sekaligus menjadi kelemahanku , jadi jika kau berniat untuk pergi dari sisiku , maka pastikan jika aku menghilang lebih dulu dari dunia ini , agar nantinya aku tidak akan sakit saat melihatmu pergi dari sisiku"
Ucap Altezza panjang lebar , yang kemudian menatap Alettha yang terlihat sudah meneteskan air mata sebab apa yang di katakan oleh Altezza tadi.
"Kau menangis , apa aku membuatmu menangis sayang .."sambil berdiri dari duduknya lalu mengusap pipi Alettha yang sudah basah karena air mata.
"Enggak kok , aku enggak apa apa"yang mencoba tersenyum kearah Altezza.
"Jangan memendam rasa sakit itu sendirian , berbagilah denganku , dan aku janji tidak akan melakukan hal yang tidak kamu sukai"ucap Altezza sambil mengusap pipi Alettha.
"Aku tahu , ayo pulang"ajak Alettha yang kemudian mengandeng tangan Altezza meninggalkan taman itu.
Dan Altezza yakin jika Alettha sedang tidak ingin membahas hal yang membuatnya sampai menghilang sepanjang hari.
Hingga membuat Altezza lebih memilih untuk diam sambil menunggu Alettha yang akan bercerita padanya , sebab Altezza tidak ingin membuat Alettha merasa tidak nyaman di saat dia ingin tahu apa yang terjadi dengan dirinya.
Karena itulah untuk sekarang Altezza akan diam dan membiarkan Alettha melakukan apa yang dia ingin lakukan .
**££££££££**