Fatima seorang gadis yang sering main jailangkung. Suatu saat yang datang di permainan jailangkung nya adalah roh Dewantara mahasiswa di kampusnya yang hilang saat naik gunung, sudah hampir satu tahun lalu dan tidak ditemukan jasadnya. Ada perkiraan jasad Dewantara dimakan binatang buas, namun juga ada yang mengira Dewantara tersesat di kerajaan jin.
Roh Dewantara terus meneror Fatima namun perjalanan waktu dua makluk beda alam itu justru saling menaruh rasa kasih dan lama kelamaan rasa cinta.
Berkat rasa cintanya pula Fatima pergi ke gunung yang berada di luar jawa itu untuk memenuhi permintaan roh Dewantara . Di sebersit hati Fatima ada harapan jasad Dewantara ditemukan bahkan ada harapan lebih dari pada itu.
Fatima :
“Hmmm ada yang bilang jika tersesat di kerajaan jin bisa kembali pulang roh dan raganya...”
Benarkah yang masuk di jailangkung roh Dewantara? Dan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Dewantara, satu tahun lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28.
“Ha.... ha.... ha... ha...” Andien masih tertawa lalu bangkit berdiri dan menari nari sambil menghadap ke arah Ningrum yang masih duduk.
“Tak kintung kintung kintung..... dik Ningrum ayo kawin... ha.. ha.... ha....” ucap Andien yang menari nari dan tertawa di depan Ningrum.
“Andien ihh...” ucap Ningrum sambil mendorong tubuh Andien. Andien masih saja menari nari dan tertawa menggoda Ningrum.
“He...he... Aku bayangkan gitu Mbak. Mas Pungki kalau pulang gila pasti gilanya macam gitu... jadi Mbak Ningrum siap siap saja... he... he...” ucap Andien lagi sambil masih tertawa ..
“Orang gila itu sudah tidak mengenal wajah orang, mungkin dia justru akan mengejar ngejar kamu. Kamu dikira Ningrum.” Ucap Ningrum sambil bangkit berdiri. Dan melangkah keluar dari ruang makan..
“Mbak, ini meja makan gimana?” teriak Andien yang kini hanya sendiri di ruang makan. Sebab Fatima sudah melangkah pergi lebih dulu karena tadi berisik suara Andien.
“Kamu beresi!” teriak Ningrum dan terus melangkah menuju ke kamarnya. Sebab dia pun di dalam hati juga gelisah
Sementara itu Fatima sudah berada di dalam kamarnya, dia masih menghubungi orang tuanya.
“Fat, aku belum dapat pinjaman buat bayar kost kamu.” Suara bapaknya Fatima di saat sudah menerima panggilan suara dari Fatima.
“Bapak jangan pikirkan lagi soal itu, sudah aku bayar Pak, aku dapat rejeki dari orang kaya. Dan ini aku akan pamit besok aku akan ke luar jawa membantu orang kaya itu untuk mencari anaknya Pak, doakan semua lancar ya...” ucap Fatima yang tidak mengatakan kalau akan pergi ke kerajaan jin.
“Hah? Kenapa tidak minta bantuan polisi kamu apa bisa membantu Fat?” tanya Bapak nya Fatima heran.
“Aku sama tim Pak, sama teman teman.” Ucap Fatima lagi.
“Terus kamu naik kapal besar? Nyebrang laut?” suara bapaknya Fatima yang masih dengan nada bingung dan heran.
“Naik pesawat Pak, sudah ya Pak, aku mau siap siapkan apa yang harus dibawa besok.” Ucap Fatima ..
“Bapak dan emak hanya bisa mendoakan Fat semoga kamu selamat dan bisa menolong orang itu. Pokoknya pesan Bapak hati hati ya... cari uang yang halal...” suara bapaknya Fatima lagi, setelah Fatima mengiyakan sambungan panggilan suara itu pun berakhir.
Setelah menaruh hand phone nya di atas meja, Fatima segera melangkah menuju ke lemari dia mengambil tas ransel besarnya dan menyiapkan barang barang yang harus dibawa besok.
Akan tetapi di saat Fatima membalikkan tubuhnya betapa kagetnya dia karena melihat sosok yang ada di dalam mimpi nya sedang berbaring di tempat tidurnya dengan santai.
“Haaaahhhhh????!!!!” teriak Fatima dengan mata melotot sambil menatap sosok pemuda memakai kemeja flanel motif kotak kotak terbaring di atas tempat tidurnya.
Sosok itu lalu memiringkan tubuhnya dan menyangga kepala dengan satu tangannya. Tersenyum pada Fatima...
“Kamu bisa melihat aku kan? Aku tidak menakutkan kan?” suara bariton yang sering didengar oleh telinga Fatima. Fatima masih berdiri terpaku dan mata masih melotot.
“Fattt kamu dengar aku tidak?” suara bariton itu lagi, Fatima masih saja berdiri dan tidak bisa berucap apa apa.
“Hmmm Kamu belum siap ya Fat...” suara bariton itu tampak kecewa dan Fatima kini sudah tidak lagi melihat sosok itu lagi..
Fatima mengucek ucek matanya...
“Bahaya jika ada laki laki di dalam kamarku.” Gumam Fatima di dalam hati sambil mengusap usap perutnya. Dia teringat akan kata kata Syahrul tentang makluk makluk aneh hasil pernikahan manusia dan jin.
“Aku berharap Mas Dewa masih lengkap roh dan raga nya...” gumam Fatima lagi, akan tetapi tiba tiba telinga Fatima mendengar suara bariton yang tertawa terbahak bahak di atas plafon...
“Ha.... ha.... ha..... ha....ha....”
Fatima pun mendongak dan menatap ke arah suara...
“Hai... kamu menertawakan aku!” teriak Fatima
“Ha.... ha.... ha.... ha....” suara bariton itu masih saja tertawa...
Sementara itu di lain tempat, di rumah milik Hananta. Dia masih bingung sebab di saat masuk ke dalam rumahnya. Kondisi rumah sangat sangat berantakan. Benar benar bagai terjadi gempa di rumah Hananta. Guci guci mahal kesayangan nya bergelimpangan pecah berkeping keping. Pigura pigura lukisan mahal pun jatuh dari dinding dan kaca pecah berserakan.
“Aneh!” ucap Hananta yang sedang memangku lap topnya untuk mengecek rekaman CCTV.
“CCTV tidak rusak tapi tidak ada seorang pun masuk di rumahku.” Gumam Hananta tampak bingung.
“Orang yang aku kira maling dan yang melempar kepalaku tadi siapa ya? Tidak muncul juga di rekaman CCTV...” gumam Hananta lagi.
Hananta pun tiba tiba merasakan udara di ruangan rumahnya semakin dingin. Hananta mengusap tengkuknya yang mulai merasa berdiri bulu bulu kuduknya.
“Mana mungkin roh Dewa..” gumam Hananta menenangkan hatinya, dia selama ini memang tidak percaya dengan hantu atau arwah orang orang penasaran. Menurut nya orang orang yang melihat atau mendengar suara suara mistis hanya pikirannya saja atau halusinasi belaka alias mengada ada untuk menakuti nakuti orang orang penakut.
Di saat Hananta masih bingung dengan kondisi rumahnya saat ini yang masih berantakan dan memikirkan sosok misterius yang tadi dilihatnya di halaman rumahnya. Hananta dikagetkan oleh suara dering telepon rumahnya.
“Hmmm siapa.” Gumam Hananta lalu menaruh lap top di atas meja dan bangkit berdiri untuk melangkah menuju ke tempat pesawat telepon yang berdering.
Tangan Hananta gemetaran mengangkat ganggang telepon. Dia takut jika ada orang meneror lagi lewat telepon..
Hananta menaruh ganggang telepon di dekat telinga nya namun dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia menunggu lebih dulu suara sang penelpon..
“Han! Kamu itu gimana? Dalam situasi penting hand phone malah mati!” suara Pak Hasto di balik ganggang telepon yang dipegang oleh Hananta. Hati Hananta pun lega.
“Maaf Pak, hand phone saya batere habis. Dan ini rumah saya sepertinya sedang diteror orang Pak.” Ucap Hananta
“Hah! Lapor saja polisi beres. Besok kita berangkat tiket dan akomodasi sudah dipesankan oleh Ndaru. Kamu siapkan semua bekal yang harus dibawa. Aku juga akan melakukan meeting kamis pagi di sana dengan kolega dari Bali, kamu atur jadwal. Kalau kamu kerja tidak beres, aku pecat kamu!” suara Pak Hasto lalu sambungan telepon diputus begitu saja.
Hananta tangan kirinya mengepal dengan kuat... dan..
KLEK
Suara,ganggang telepon. Tangan kanan Hananta menaruh ganggang telepon dengan sangat kasar.
“Gara gara tiga anak itu benar benar membuat aku dalam bahaya.” Ucap Hananta dengan kesal.
....
