Apakah perjalanan kisah Zeva dan Askara kembali berlanjut setelah 6 tahun berpisah. Pertemuan keduanya di rumah sakit yang sama. Zeva yang sudah menjadi Dokter muda beberapa bulan di rumah sakit dan tidak lama Askara yang tiba-tiba bergabung di rumah sakit yang sama sebagai senior.
Kecanggungan pertemuan keduanya. Karena masa lalu yang mereka alami bersama. Kasus kematian model terkenal. Membuat keduanya kembali dekat. Askara yang mengetahui kelemahan Zeva sebagai seorang Dokter yang ternyata memiliki ketakutan dan bukan seperti seorang Dokter pada umumnya. Askara yang tetap mendampingi Zeva sebagai senior dalam profesional pekerjaan.
Namun kedekatan keduanya tidak lepas dari dari rasa sakit hati Zeva yang merasa di permainkan dan tidak ingin terjebak dengan masalah hati dengan pria yang sama untuk kedua kalinya.
Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
Bagaimana Askara yang menyembuhkan luka yang pernah di berikannya pada wanita yang dulu pernah mengisi hari-hari nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Zeva yang sangat lemah.
Ruang operasi.
Zeva, Inggit, Alvin, 2 Suster dan ada 1 Dokter wanita senior dan ada juga Dokter Askara yang ikut di dalam ruang operasi itu. Operasi pertama Zeva yang sangat di takuti dan pasti sangat di hindarinya.
"Dokter Alvin apa sudah mempelajari penyakitnya?" tanya Dokter Maya.
"Iya Dokter saya sudah mempelajari," jawab Alvin dengan mengangguk.
"Kamu jelaskan kepada dua rekan kamu yang baru bergabung. Agar mereka berdua paham dan bisa melihat mengikuti operasi ini dengan baik dan pasti bisa membantu," ucap Dokter Maya.
"Baik Dokter," sahut Alvin.
"Dokter Zeva dan Dokter Inggit. Kita akan melakukan pembedahan pada bagian belakang kepala pasien. Seperti yang kalian berdua bisa melihat jika pasien sudah dalam keadaan telungkup. Ada benjolan kecil di dalam kepala pasien. Kita akan mengambil benjol itu. Ini pertama kali bagi Dokter Inggit menangani operasi besar dan untuk Dokter Zeva pertama kali masuk ke dalam ruang operasi karena baru mendapat izin dan bisa langsung melihat jalannya operasi,"
"Ini akan menjadi pengalaman untuk operasi selanjutnya yang pasti akan ada lagi dan juga pasti akan Dokter Zeva menangani sendiri. Jadi anggap ini operasi pertama Dokter," jelas Alvin secara singkat.
Jika Inggit hanya mengangguk-angguk saja. Namun berbeda dengan Zeva yang terlihat diam dan hanya melihat pasien tersebut dengan wajah Zeva yang tampak sudah mulai pucat. Padahal belum melakukan operasi sama sekali.
Walau tangannya pasti belum langsung melakukan pembedahan. Tetapi dia ada di sana dan dia tidak tahu seberapa tahan dirinya berada dalam ruangan operasi itu. Askara yang berdiri di depan Zeva terus memperhatikan mimik wajah Zeva. Askara yang paling tahu bagaimana perasaan Zeva saat ini yang penuh dengan ketakutan.
"Baiklah kalau begitu akan mulai operasinya. Karena kalian sudah mendengarkan penjelasan singkat dari Dokter Alvin. Sebelum mulai kita berdoa dulu," sahut Dokter Maya.
Hal yang memang dilakukan Dokter sebelum melakukan operasi seperti biasa mereka akan berdoa agar diberi kelancaran dan keselamatan pada pasien.
"Doa selesai! Mari kita mulai," sahut Dokter Maya.
Mereka langsung mengubah posisi mereka dengan Askara yang berdiri di samping Zeva dan Alvin yang berada di samping Askara yang dekat dengan kepala pasien yang akan melakukan pembedahan. Sementara Inggit dan Maya berada di posisi berhadapan dengan mereka.
Alvin dan Dokter Maya sudah mulai mengambil pisau bedah yang akan melakukan pembedahan secara bersamaan. Semua ada di dalam ruangan itu sudah siap dan termasuk Suster. Namun tidak dengan Zeva yang semakin takut dan semakin lemas.
Pisau bedah yang sudah mengenai bagian kepala itu membuat Zeva meremas pakainya di bagian bawah dengan matanya terpejam. Ada yang ingin dikeluarkan dari dalam mulut yang bungkam itu. Namun harus ditahan agar tidak keluar. Karena akan sangat bahaya jika sampai keluar.
Tubuh Zeva yang sudah semakin lemas dan rasa takut yang berlebihan sehingga membuat Zeva berkeringat. Padahal bukan dia yang melakukan operasi. Suster yang melihat keringat Zeva langsung melap membuat Zeva membuka mata kembali yang tersadar.
Lalu mata Zeva melihat kembali ke arah kepala tersebut yang pisau itu sudah tergores dan mulai terbelah yang membuat Zeva semakin tidak tahan. Zeva yang semakin lemah yang membuatnya hampir saja jatuh pingsan dan untung Askara tiba-tiba merangkul bahu yang lemah itu dan Zeva kembali tersadar dan menoleh ke arah Askara pria yang jauh lebih tinggi darinya itu.
"Ayo keluar!" ajak Askara. Dia sudah melihat wajah Zeva begitu pucat dan jika di paksakan Zeva bisa menjadi pasien di rumah sakit itu dan menjadi bahan perhatian.
"Sepertinya kondisi Dokter Zeva kurang stabil. Dia hanya akan mengganggu operasi ini. Aku akan membawa Dokter Zeva keluar, kalian lanjut ke operasi ini," ucap Askara yang lainnya mengangguk saja. Lalu Askara yang membawa Zeva keluar dengan tetap merangkul bahu Zeva. Karena Zeva juga sudah tidak tahan berjalan.
***********
Akhirnya Zeva dan Askara keluar dari ruangan operasi. Tubuh Zeva yang lemas membuat kesadarannya memburuk dengan tatapan mata yang kosong dan perlahan tidak jelas dan akhirnya pingsan. Untung saja Askara tubuh kecil yang membuat Zeva tidak sampai jatuh dan Askara yang langsung menggendong Zeva ala bridal style.
"Zeva!" lirih Aksa dengan melihat wajah pucat Zeva yang sangat begitu lemas.
"Hey bangunlah!" pinta Askara. Zeva Tus merespon. Karena memang sedang pingsan.
Askara tidak membuang-buang waktu dan langsung membawa Zeva, agar Zeva bisa mendapatkan perawatan.
**********
Zeva yang berada di dalam salah satu ruang perawatan. Kondisi Zeva yang lemas membuat Zeva mendapatkan perawatan dan bahkan sampai memakai pakaian pasien dengan kondisinya yang masih tidak sadarkan diri dan mendapatkan bantuan tenaga dari infus.
Mungkin ini yang paling parah di rasakan Zeva. Operasi yang besar dan belum kuat untuk hal itu membuat Zeva sangat lemah dan pingsan.
Perlahan mata Zeva terbuka dan kembali tertutup lalu terbuka kembali yang melihat ke langit-langit kamar. Pandangan mata Zeva masih buram yang bertanya-tanya di mana dirinya.
"Makasih Askara kamu sudah menghubungi Tante!" suara terdengar sangat jauh itu membuat kepala Zeva perlahan menoleh ke samping. Zeva melihat belum begitu jelas namun bisa mengenali sosok wanita yang berbicara yang ternyata Risya dan Askara yang berada di depan pintu dengan saling berhadapan.
"Kalau begitu saya permisi dulu!" ucap Askara.
"Iya sekali lagi terima kasih!" ucap Risya. Askara menganggukan kepalanya dan langsung pergi.
Huhhhhhh.
Risya menghela nafas langsung memasuki ruangan rawat dengan menutup pintu.
"Kamu sudah bangun Zeva?" tanya Risya yang melihat putri bungsunya yang sudah membuka mata dan langsung menghampiri Zeva.
"Bagaimana keadaan kamu? Apa masih pusing?" tanya Risya.
Zeva menggelengkan kepala dengan pelan.
"Alhamdulillah, kata Dokter Askara kamu tadi pingsan. Jadi Dokter Askara menghubungi mama. Alhamdulillah jika kondisi kamu sudah baik-baik saja," ucap Risya.
Zeva mengingat kejadian sebelumnya yang membuat dia bisa pingsan.
"Aku memang sangat lemah. Aku hanya membuat malu saja," batin Zeva dengan air matanya yang jatuh.
"Hey, kenapa kamu menangis? apa yang sakit sayang?" tanya Risya. Zeva menggelengkan kepala kembali.
"Sudah-sudah, kamu sekarang istirahat jangan memikirkan apa-apa," ucap Risya. Zeva hanya menganggukkan kepalanya dengan wajahnya yang masih pucat.
Risya merapikan selimut Zeva dengan mengusap rambut Zeva dan mencium lembut kening Zeva.
"Kamu akan cepat sembuh," ucap Risya tersenyum.
***********
Setelah Askara menyelesaikan pekerjaan yang cukup banyak di rumah sakit. Askara yang kebetulan lewat dari kamar Zeva menghentikan langkahnya. Askara membuka pintu kamar itu dan melihat Zeva yang ternyata kembali tertidur.
Askara memasuki ruangan Zeva dan menghampiri gadis kecil itu. Askara memeriksa kondisi Zeva dengan memegang dahi Zeva menggunakan punggung tangannya. Saat itu mata Zeva terbuka perlahan yang melihat Askara sudah berada di sisinya.
"Apa sudah merasa jauh lebih baik?" tanya Askara. Zeva menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu istirahatlah!" titah Askara. Zeva hanya kembali menganggukkan kepala yang memang sejak tadi belum mengeluarkan suara apa-apa.
"Jika kamu butuh sesuatu kamu bisa tekan belnya," ucap Askara. Lagi dan lagi Zeva hanya menjawab dengan anggukan pelan.
"Kalau begitu aku keluar dulu!" ucap Askara yang langsung pergi setelah memastikan kondisi Zeva jauh lebih baik.
Zeva mengingat saat kejadian di ruang operasi Askara yang kembali menyelamatkan dia. Askara yang memang selalu ada untuknya.
Bersambung
happy ending..so sweet ❤️❤️
makasih mak othor,,,,selamat ya askara dan zeva, semangat terus berkarya ya mak othor,,,,
dan askara ma zeva jg akan berpisah,,,wiisss kabeh do pisah, gek bubar,,,wkk